Jakarta, CNN Indonesia --
Seorang pria berinisial MR (27) menduga bayinya tertukar usai dilahirkan di Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Peristiwa bermula saat MR dan istrinya pergi ke sebuah klinik untuk melajukan kontrol kehamilan pada Minggu, 15 September sekitar pukul 08.30 WIB. Saat itu, dokter di klinik tersebut turut melakukan USG terhadap istri MR. Dari hasil USG, dokter menyatakan air ketuban sudah berkurang.
"Dan keterangan di kertas air Ketuban ICA 5 dan bayi harus dikeluarkan dengan cara operasi caesar. Saya dan istri sudah meminta ke dokter untuk diusahakan lahir normal sebelum dirujuk ke RS Islam Cempaka Putih," kata MR saat dihubungi, Selasa (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi dokter tidak memberikan kesempatan lahir secara normal, dokter menawarkan diri untuk membuat rujukan istri saya melahirkan di RS Islam cempaka Putih di tempat di bekerja," imbuhnya.
Masih di hari yang sama, MR bersama istri dan keluarganya pun pergi ke RS Islam Cempaka Putih. Setiba di lokasi, MR langsung menyerahkan surat rujukan yang telah diberikan dokter saat di klinik.
Istri MR kemudian juga langsung dibawa ke IGD. Di sana, istri dari MR sempat merasakan kontraksi.
Selanjutnya, istri MR dibawa ke ruang bidan untuk dilakukan pengecekan jantung dan pergerakan janin. Hasilnya, dinyatakan jantung dan gerakan janin dalam keadaan normal.
MR menyebut setelahnya sang istri kembali merasakan kontraksi. Namun, menurut dokter itu merupakan kontraksi palsu.
Operasi caesar terhadap istri MR pun baru dijadwalkan pada Senin, 16 September sekitar pukul 08.00 WIB. Namun, jadwal molor dan operasi baru dilakukan pada pukul 08.30 WIB.
"Dan bayi lahir sesuai keterangan surat lahir Jam 09.05, pas bayi diangkat oleh dokter dari perut ibunya, dokter tersebut ngomong ke istri saya aturan kemarin operasi caesar-nya karena air ketuban hampir kering," ucap MR.
Usai proses kelahiran, bayi itu sempat menangis kencang. Namun, dokter tidak memperlihatkan bayi itu kepada istri MR. Bahkan, dokter juga disebut tidak memberitahukan soal jenis kelamin maupun berat bayi yang dilahirkan.
Namun, MR selaku ayah sempat dipanggil oleh perawat masuk ke ruang operasi untuk mengazankan bayinya. Saat itu, bayi diletakkan di dalam inkubator dan terpasang selang oksigen pada hidung.
Dalam kesempatan itu, MR sempat meminta izin untuk mengambil foto dan video bayinya. Perawat sempat menolaknya, namun akhirnya diizinkan.
MR menyebut saat itu dirinya juga tak diberikan informasi apapun soal kondisi bayinya. Bahkan, perawat buru-buru membawa bayinya masuk ke ruang NICU.
"Sampai di ruang NICU saya tidak diizinkan masuk oleh perawat ruang NICU, sore hari saya dihubungi perawat NICU disuruh datang ke Ruang NICU. Dan dokter menghubungi saya melalui HP perawat izin pemasangan oksigen selang ventilator oksigen dimasukkan ke mulut bayi," ucap MR.
Satu hari kemudian, atau pada Selasa, 17 September pagi, MR dihubungi perawat NICU untuk datang ke rumah sakit. Namun, saat itu MR tak diberitahukan soal kondisi bayinya.
Saat itu, MR meminta kepada istri dan mertuanya untuk mewakili dirinya. Sebab, MR sedang dalam perjalanan ke kelurahan untuk mengurus akta kelahiran.
"Tapi perawat marah dan tidak mengizinkan istri dan mertua melihat bayi saya di ruang NICU, malah diadang," ujarnya.
Singkat cerita, MR pun tiba di RS dan langsung pergi ke ruang NICU. Namun, ia sempat menunggu lama dan tidak diperbolehkan masuk, padahal kondisi bayinya dalam keadaan kritis.
"Saya meminta izin melihat kondisi anak saya dan akhirnya perawat menghubungi dokter dan saya diizinkan masuk Ke ruang NICU. Saya melihat ada cewek yang sedang menyusui bayi di Ruang NICU, sedangkan itu bukan di jam besuk ruang NICU. Sedangkan saya dan istri meminta izin sebagai orang tua bayi, saya susah payah tidak diizinkan masuk ke Ruang NICU," tutur MR.
"Setelah saya masuk, bayi saya dalam kondisi kritis dan sudah terpasang banyak peralatan medis, dan banyak terpasang suntikan di area tangan dan area kaki dan saya meminta izin foto anak saya tidak diperbolehkan sama dokternya," imbuhnya.
Kemudian, pada pukul 10.19 WIB, dokter menyatakan anak dari MR meninggal dunia. Setelahnya, MR pun sibuk untuk mengurus proses administrasi.
Usai mengurus surat-surat, MR menelepon perawat NICU dan diberitahukan bahwa anaknya sudah dibawa ke ruang jenazah untuk dimandikan.
MR dan abangnya pun langsung menuju ke ruang jenazah. Namun, ternyata bayinya itu belum dimandikan. Saat itu, MR juga meminta izin agar dirinya diperbolehkan ikut memandikan jenazah anaknya.
Lalu, MR membawa jenazah bayinya menggunakan mobil untuk selanjutnya dilakukan proses pemakaman.
"Anak saya sudah selesau dimandikan dan terbungkus kain kafan dan dimakamkan Selasa,17 September 2024 (sore hari)," ujarnya.
Keesokan harinya, Rabu, 18 September MR datang ke pemakaman dan meminta izin untuk membongkar makam anaknya. Sebab, istrinya terus menangis.
Pihak pemakaman akhirnya mengizinkan makam anaknya dibongkar. Pada momen itu, MR pun sempat mengambil foto dan video jenazah anaknya.
"Setelah pembongkaran makam, ternyata bayi tersebut badannya besar, dan dari ukuran panjangnya tidak sesuai surat keterangan lahir dari RSIJCP. Tercantum panjang bayi 47 cm,sedangkan di Kubur bayi lebih dari 47 cm," kata MR.
"Saya sudah meminta tolong ke pihak Pengurus TPU Semper untuk anak dibawa ke klinik, karena bayi masih dan baru mengeluarkan BAB berwarna kuning kehijauan. Tapi Pihak TPU Semper tidak mengizinkan dan bayi dimakamkan kembali," lanjutnya.
Pada Kamis, 19 September, MR dan keluarga pun berdikusi. Dari hasil diskusi itu, mereka meyakini bahwa bayi yang dilahirkan dan yang dikubur berbeda.
"Yang dimakam tidak sama wajahnya dari yang pertama saya azanin dengan yang diserahkan meninggal, karena saya melihat sendiri wajah anak saya menangis kencang pas saat azanin, dan tidak ada tahu lalat di pelipis alis kiri, sedangkan yang meninggal ada tanda tahi lalat di pelipis kiri," kata MR.
Atas hal ini, MR dan keluarga pun meminta pihak rumah sakit untuk bertanggung jawab. Namun, tak pernah ada titik temu hingga kasus ini menjadi viral.
Setelah kasus itu viral, pihak rumah sakit mendatangi MR ke tempat kerjanya dan berjanji akan melakukan tes DNA serta menanggung seluruh biayanya.
"Kemarin pihak RS sudah datang ke tempat kerja saya. Direktur utamanya sudah mau memfasilitasi biaya tes DNA," kata MR.
Pihak RS Islam Jakarta Cempaka Putih mengaku telah menemukan kesepakatan dengan MR usai melakukan mediasi.
Alhamdulillah hari ini telah terjadi pertemuan dan kesepakatan dalam suasana yang penuh kekeluargaan dan intinya kami dari Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih akan memfasilitasi proses pemeriksaan tes DNA untuk menguak kebenaran," ujar Direktur Utama RS Islam Jakarta Cempaka Putih Jack Pradono Handojo dalam pernyataannya yang diunggah di akun RS Islam Jakarta Cempaka Putih, Selasa (10/12).
Pihak rumah sakit akan menanggung seluruh biaya proses di laboratorium. Dia berharap langkah ini menjadi kebaikan.
"Akan menanggung biaya yang diperlukan di laboratorium yang dipilih semoga hal ini bisa menjadi jalan kebaikan untuk kita semua," kata Jack.