Satu hari kemudian, atau pada Selasa, 17 September pagi, MR dihubungi perawat NICU untuk datang ke rumah sakit. Namun, saat itu MR tak diberitahukan soal kondisi bayinya.
Saat itu, MR meminta kepada istri dan mertuanya untuk mewakili dirinya. Sebab, MR sedang dalam perjalanan ke kelurahan untuk mengurus akta kelahiran.
"Tapi perawat marah dan tidak mengizinkan istri dan mertua melihat bayi saya di ruang NICU, malah diadang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Singkat cerita, MR pun tiba di RS dan langsung pergi ke ruang NICU. Namun, ia sempat menunggu lama dan tidak diperbolehkan masuk, padahal kondisi bayinya dalam keadaan kritis.
"Saya meminta izin melihat kondisi anak saya dan akhirnya perawat menghubungi dokter dan saya diizinkan masuk Ke ruang NICU. Saya melihat ada cewek yang sedang menyusui bayi di Ruang NICU, sedangkan itu bukan di jam besuk ruang NICU. Sedangkan saya dan istri meminta izin sebagai orang tua bayi, saya susah payah tidak diizinkan masuk ke Ruang NICU," tutur MR.
"Setelah saya masuk, bayi saya dalam kondisi kritis dan sudah terpasang banyak peralatan medis, dan banyak terpasang suntikan di area tangan dan area kaki dan saya meminta izin foto anak saya tidak diperbolehkan sama dokternya," imbuhnya.
Kemudian, pada pukul 10.19 WIB, dokter menyatakan anak dari MR meninggal dunia. Setelahnya, MR pun sibuk untuk mengurus proses administrasi.
Usai mengurus surat-surat, MR menelepon perawat NICU dan diberitahukan bahwa anaknya sudah dibawa ke ruang jenazah untuk dimandikan.
MR dan abangnya pun langsung menuju ke ruang jenazah. Namun, ternyata bayinya itu belum dimandikan. Saat itu, MR juga meminta izin agar dirinya diperbolehkan ikut memandikan jenazah anaknya.
Lalu, MR membawa jenazah bayinya menggunakan mobil untuk selanjutnya dilakukan proses pemakaman.
"Anak saya sudah selesau dimandikan dan terbungkus kain kafan dan dimakamkan Selasa,17 September 2024 (sore hari)," ujarnya.
Keesokan harinya, Rabu, 18 September MR datang ke pemakaman dan meminta izin untuk membongkar makam anaknya. Sebab, istrinya terus menangis.
Pihak pemakaman akhirnya mengizinkan makam anaknya dibongkar. Pada momen itu, MR pun sempat mengambil foto dan video jenazah anaknya.
"Setelah pembongkaran makam, ternyata bayi tersebut badannya besar, dan dari ukuran panjangnya tidak sesuai surat keterangan lahir dari RSIJCP. Tercantum panjang bayi 47 cm,sedangkan di Kubur bayi lebih dari 47 cm," kata MR.
"Saya sudah meminta tolong ke pihak Pengurus TPU Semper untuk anak dibawa ke klinik, karena bayi masih dan baru mengeluarkan BAB berwarna kuning kehijauan. Tapi Pihak TPU Semper tidak mengizinkan dan bayi dimakamkan kembali," lanjutnya.
Pada Kamis, 19 September, MR dan keluarga pun berdikusi. Dari hasil diskusi itu, mereka meyakini bahwa bayi yang dilahirkan dan yang dikubur berbeda.
"Yang dimakam tidak sama wajahnya dari yang pertama saya azanin dengan yang diserahkan meninggal, karena saya melihat sendiri wajah anak saya menangis kencang pas saat azanin, dan tidak ada tahu lalat di pelipis alis kiri, sedangkan yang meninggal ada tanda tahi lalat di pelipis kiri," kata MR.
Atas hal ini, MR dan keluarga pun meminta pihak rumah sakit untuk bertanggung jawab. Namun, tak pernah ada titik temu hingga kasus ini menjadi viral.
Setelah kasus itu viral, pihak rumah sakit mendatangi MR ke tempat kerjanya dan berjanji akan melakukan tes DNA serta menanggung seluruh biayanya.
"Kemarin pihak RS sudah datang ke tempat kerja saya. Direktur utamanya sudah mau memfasilitasi biaya tes DNA," kata MR.
Pihak RS Islam Jakarta Cempaka Putih mengaku telah menemukan kesepakatan dengan MR usai melakukan mediasi.
Alhamdulillah hari ini telah terjadi pertemuan dan kesepakatan dalam suasana yang penuh kekeluargaan dan intinya kami dari Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih akan memfasilitasi proses pemeriksaan tes DNA untuk menguak kebenaran," ujar Direktur Utama RS Islam Jakarta Cempaka Putih Jack Pradono Handojo dalam pernyataannya yang diunggah di akun RS Islam Jakarta Cempaka Putih, Selasa (10/12).
Pihak rumah sakit akan menanggung seluruh biaya proses di laboratorium. Dia berharap langkah ini menjadi kebaikan.
"Akan menanggung biaya yang diperlukan di laboratorium yang dipilih semoga hal ini bisa menjadi jalan kebaikan untuk kita semua," kata Jack.