ANALISIS

Ke Mana Jokowi Akan Berlabuh Usai dari PDIP?

CNN Indonesia
Jumat, 13 Des 2024 11:02 WIB
Langkah politik Jokowi selanjutnya jadi pertanyaan. Apakah ia akan bergabung dengan partai politik?
Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Joko Widodo (Jokowi) tujuh tahun jadi Wali Kota Solo, dua tahun jadi Gubernur DKI Jakarta, dan sepuluh tahun jadi Presiden RI. Selama menjalani karier politiknya itu, ia merupakan kader PDIP.

Namun, jelang Pilpres 2024, hubungan Jokowi dan PDIP meradang. Jokowi bermanuver dengan memajukan anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, jadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.

Sementara itu, PDIP mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024. Kemenangan diraih Prabowo dan Gibran. Jokowi memang tak pernah menyatakan dukungan pada Prabowo-Gibran secara eksplisit, tapi berbagai kebijakan pemerintah dan sikapnya menunjukkan tanda-tanda itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, langkah politik Jokowi selanjutnya jadi pertanyaan, terutama setelah dia disebut-sebut bukan lagi kader PDIP.

Jokowi telah buka suara setelah disebut tak lagi menjadi bagian dari PDIP. Ia mengatakan saat ini menjadi partai perorangan. Namun, ia tak menjelaskan apa maksud partai perorangan itu.

Setelah tak lagi jadi presiden, Jokowi masih banyak berkegiatan yang berurusan dengan politik. Dia mendeklarasikan dukungan untuk sejumlah pasangan calon kepala daerah Pilkada 2024 dan menerima kedatangan elite partai politik.

Beberapa elite partai yang telah bertemu Jokowi yakni Ketua Umum Gerindra sekaligus Presiden Prabowo Subianto, Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani, hingga Politikus PPP Sandiaga Uno.

Bahkan, sejumlah elite partai politik menyatakan partai mereka terbuka untuk Jokowi jika mau bergabung. Tawaran datang dari Gerindra, PAN, hingga Golkar.

Partai mana yang paling mungkin jadi tempat Jokowi berlabuh?

Pengamat Politik Universitas Andalas Asrinaldi menilai kecil kemungkinan Jokowi bergabung dengan partai politik dalam waktu dekat setelah tak di PDIP.

Ia memprediksi Jokowi akan tetap mempertahankan posisi sebagai tokoh nonpartai setidaknya hingga menjelang Pemilu 2029. Menurutnya, sinyal itu bisa ditangkap dari pernyataan Jokowi soal 'partai perorangan'.

"Makna perseorangan atau perorangan yang saya pahami itu lebih kepada bagaimana posisi dia bisa menjembatani kepentingan-kepentingan elite partai politik," kata Asrinaldi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/12) malam.

"Barangkali ya menjelang 2029 beliau tidak akan menunjukkan ke partai politik manapun," sambungnya.

Ia berpendapat posisi itu lebih menguntungkan Jokowi dari sisi kepentingan politik. Asrinaldi mengatakan Jokowi mungkin tidak lagi bisa fleksibel memainkan catur politik jika memutuskan bergabung ke partai politik tertentu.

"Karena ketika dia memposisikan diri sebagai kader partai politik tertentu, tentu partai politik yang lain tidak akan melibatkan dia dalam proses-proses politik yang lain," ujar Asrinaldi.

"Justru bagi Jokowi rugi kalau dia menjadi kader salah satu partai politik," imbuhnya.

Jokowi, kata dia, perlu menakar ulang pengaruh dirinya di masyarakat sebelum memutuskan bergabung ke partai politik.

Asrinaldi pun menilai salah satu hal yang akan dipertimbangkan Jokowi dalam mengambil keputusan tersebut adalah kans Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2029.

"Barangkali posisi Gibran ini ya posisi yang menurut saya juga akan diperjuangkan terus oleh Pak Jokowi. Nah, sekarang bergantung pada partai politik apakah memberi peran atau tidak pada Pak Jokowi," tutur dia.

Gabung atau bikin parpol

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Jokowi hampir pasti akan menjadi bagian dari partai politik tertentu usai tak lagi di PDIP.

Ia berpendapat Jokowi menunjukkan hasrat besar untuk tetap berkuasa. Namun, kata Dedi, bisa juga Jokowi mendirikan partai sendiri.

"Dengan hasrat kekuasaan yang masih melekat pada aktivitas Jokowi, dimungkinkan Jokowi akan merapat ke parpol, atau mendirikan parpol sendiri," ujar dia.

Dedi menilai kepentingan Jokowi untuk jadi bagian dari partai politik tak terlepas dari upaya untuk mempertahankan dinasti politiknya.

Menurutnya, Jokowi ingin Gibran dan menantunya, Bobby Nasution, tetap punya jabatan di pemerintahan.

"Itulah sebab Jokowi akan sepenuhnya turun ke parpol demi kelangsungan kekuasaan keluarga," ujar Dedi.

"Dengan situasi itu, dari sisi Jokowi tentu penting untuk terlibat di parpol. Dengan demikian Jokowi dapat mengawal kekuasaan keluarga di masa mendatang," sambungnya.

Jika gabung ke parpol, Jokowi dinilai berpeluang jadi kader Golkar. Menurut Dedi, Golkar merupakan partai besar yang bisa memenuhi kepentingan Jokowi untuk Pilpres 2029.

Ia pun menyinggung kondisi Golkar yang kini dianggap dipimpin oleh "orang Jokowi" yakni Bahlil Lahadalia.

"Ini menandai jika Golkar telah miliki pintu masuk bagi Jokowi," katanya.

Asrinaldi juga berpendapat Jokowi bisa saja membuat partai sendiri. Kemungkinan lainnya, Jokowi bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kini dipimpin anak bungsunya, Kaesang Pangarep.

"Bisa jadi dia juga akan mendirikan partai politik karena sudah ada beberapa indikasi ke sana. Paling tidak yang jelas PSI itu satu diantaranya, dan partai lain juga akan dicoba juga untuk didirikan seperti Projo dan lain-lain," jelas dia.

(mab/tsa)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER