Litbang Kompas: KDM Kuat di Medsos Meski Warga Tak Puas Lapangan Kerja

CNN Indonesia
Rabu, 20 Agu 2025 09:06 WIB
Survei Litbang Kompas menunjukkan Dedi Mulyadi lebih populer di media sosial dibandingkan akun resmi Pemprov Jabar, meski publik tidak puas dengan kinerjanya.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tertunduk saat menyaksikan kawasan Puncak, Bogor, yang marak bangunan ilegal dan menyebabkan kerusakan alam. (Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hasil survei Litbang Kompas pada 1-5 Juli 2025 mencatat akun media sosial pribadi Gubernur Dedi Mulyadi (Demul) atau Kang Dedi Mulyadi (KDM) menjadi sumber informasi yang lebih populer bagi warga Jawa Barat dalam mencari berbagai informasi kebijakan daerah ketimbang akun medsos dan situs resmi Pemprov Jabar.

Litbang Kompas menyatakan temuan survei ini menegaskan sosok Demul sebagai figur politik yang sangat kuat di ruang digital, khususnya di media sosial.

Survei yang melibatkan 400 responden ini menunjukkan jumlah responden yang menjadikan akun medsos Demul sebagai rujukan mencapai 46,7 persen, hanya unggul dari media massa di posisi pertama dengan angka 58,1 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, responden yang mendapatkan info dari akun medsos Pemprov Jabar terpaut cukup jauh di angka 12,0 persen dan situs resmi Pemprov Jabar di angka 3,7 persen.

Aspek lain yang berkaitan dengan media sosial Demul ini ialah persepsi otentisitas Demul di media sosial. Sebanyak 76 persen responden percaya dan 17,1 persen sangat percaya bahwa citra yang ditampilkan di medosos sama dengan kesehariannya.

Angka ini pun menunjukkan bahwa 93,1 persen pengikut memandang bahwa persona daring yang dibangun Demul di medsos merupakan cerminan otentik.

Selain itu, ada 76 persen responden juga yang percaya bahwa yang ditunjukkan Demul di medsos sesuai dengan kinerjanya di lapangan.

Hasil survei menunjukkan hanya 4,5 persen yang menyatakan tidak percaya, sedangkan 2,5 persen mengaku tidak tahu.

Tak puas soal pengangguran dan kemiskinan

Meski berhasil dalam citra personal, kepemimpinan, dan kinerja secara umum, survei Litbang Kompas menemukan ketidakpuasan publik terhadap kinerja Dedi Mulyadi dalam program ekonomi terkait pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Mayoritas responden menyatakan tidak puas terhadap kinerja Dedi Mulyadi terkait ketersediaan lapangan kerja. Mayoritas responden juga tak puas kerja terkait pengurangan pengangguran dan kemiskinan.

"Dalam hal ketersediaan lapangan pekerjaan, 57,6 persen responden menilai buruk dan 7,3 persen menilai sangat buruk. Hanya 33,4 persen responden yang menyatakan baik hingga sangat baik," demikian temuan Litbang Kompas.

"Sebanyak 67,2 persen responden menyatakan tidak puas terhadap kinerja pemerintah dalam mengurangi pengangguran, 60,4 persen tidak puas dengan upaya mengatasi kemiskinan, dan 48,8 persen tidak puas terhadap kinerja pemberian bantuan langsung bagi kesejahteraan masyarakat."

Survei Litbang Kompas mencatat persoalan paling mendesak bagi warga Jabar adalah minimnya lapangan pekerjaan (44,8 persen), disusul persoalan infrastruktur jalan (30,8 persen), serta masalah ekonomi dan harga bahan pokok (27,9 persen).

Survei Litbang Kompas secara tatap muka dilaksanakan pada 1-5 Juli di Jawa Barat.

Survei ini melibatkan 400 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat. Semua biaya survei ditanggung oleh Kompas.

Dari sisi demografi, responden terdiri atas 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan. Tingkat pendidikan responden beragam, mulai dari pendidikan dasar (37,9 persen), menengah (47,5 persen), hingga pendidikan tinggi (14,6 persen).

Dedi sendiri dikenal sebagai sosok yang aktif membuat konten untuk akun YouTube yang dia garap. Ia telah aktif jauh sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

Kini, akun YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel memiliki 8,17 juta pengikut dan telah mengunggah sekitar 4.500 video. Dia bahkan sempat mendapat julukan Gubernur Medsos.

(mnf/wis)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER