Pekerja PT TPL Bentrok dengan Petani di Simalungun

CNN Indonesia
Selasa, 23 Sep 2025 17:54 WIB
Ilustrasi. Bentrok petani adat Simalungun Sumut dan PT TPL membuat puluhan luka hingga motor dibakar. (iStock/ManuelVelasco)
Medan, CNN Indonesia --

Bentrok antara ratusan pekerja PT Toba Pulp Lestari (TPL) dengan warga adat kembali pecah di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara (Sumut). Insiden berdarah itu menyebabkan puluhan petani mengalami luka luka.

Peristiwa itu terjadi Senin (22/9) di lahan pertanian masyarakat adat Buntu Panaturan, Desa Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari bibir Danau Toba, kawasan Dolok Mauli-Sipolha.

Tim Advokasi Masyarakat Adat Nusantara, Boy Raja Marpaung mengatakan penyerbuan bermula saat puluhan petani yang tergabung dalam Lembaga Adat Keturunan Ompu Mamontang Laut Ambarita (Lamtoras) sedang berladang Senin pukul 07.00 WIB.

Tiba tiba rombongan pekerja TPL datang dengan 10 kendaraan, terdiri dari 7 truk dan 3 mobil pribadi.

"Para pekerja PT TPL itu mengenakan seragam hitam-hitam, membawa parang bengkok, tongkat listrik, rotan, kayu, hingga tameng. Mereka datang sekitar 150 orang, mirip pasukan anti huru-hara," ujar Boy Raja Marpaung kepada CNNIndonesia.com, Selasa (23/9).

Boy menyebutkan awalnya sempat terjadi perdebatan antara petani dan rombongan pekerja TPL. Namun, suasana memanas ketika salah seorang perempuan masyarakat adat dipukul hingga giginya copot.

"Kemudian para petani panik dan bentrok pecah. Petani dipukul mundur. Keributan semakin meluas ketika sekitar 500 pekerja dan petugas keamanan TPL datang kembali. Mereka bahkan merusak tanaman kopi, jahe, dan jagung, serta menghancurkan alat pertanian," jelasnya.

Dalam insiden itu, sedikitnya 34 petani mengalami luka-luka akibat bentrokan. Dari jumlah itu, 10 orang harus menjalani perawatan intensif. Tak hanya itu sepeda motor milik petani dirusak, 10 unit di antaranya dibakar, 4 unit rumah warga dibakar, hasil panen hancur.

"Masyarakat lari tunggang-langgang mencoba menyelamatkan diri. Bahkan mayoritas korban merupakan perempuan," tambahnya.

Boy menyebutkan konflik agraria antara masyarakat adat Lamtoras dan PT Toba Pulp Lestari bukan hal baru. Masyarakat sudah turun-temurun mengelola tanah adat di kawasan itu, jauh sebelum PT TPL. Akan tetapi TPL mengklaim lahan tersebut sebagai bagian dari konsesi hutan tanaman industrinya.

"Ini konflik puluhan tahun. Tanah itu merupakan tanah adat. Tapi TPL menganggap itu konsesinya. Hari ini mereka datang bukan untuk mediasi, tapi dengan kekerasan. Kami akan mengambil langkah hukum dengan melaporkan kejadian itu ke Polres Simalungun," tegasnya.

Sementara itu, Corporate Communication Head PT TPL, Salomo Sitohang, berdalih peristiwa bermula ketika rombongan pekerja hendak menuju lokasi pemanenan dan penanaman eukaliptus.

Namun, di tengah perjalanan mereka diadang sekelompok orang yang melakukan pelemparan batu serta memblokir jalan dengan kayu gelondongan.

Akibat konflik, sedikitnya enam orang pekerja PT TPL mengalami luka-luka dan dua unit mobil operasional dibakar. Seluruh korban telah dibawa ke RSUD Parapat untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Perusahaan juga sudah melaporkan kejadian ini ke pihak berwenang," ujar Salomo dalam keterangan tertulis.

Salomo mengklaim aktivitas perusahaan dilakukan sesuai aturan melalui Rencana Kerja Umum (RKU) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT). Ia menambahkan, TPL berkomitmen untuk mengutamakan penyelesaian damai dalam menghadapi setiap persoalan di lapangan.

(fnr/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK