Harap Cemas Keluarga Santri Menunggu Evakuasi Korban Musala Ambruk

CNN Indonesia
Selasa, 30 Sep 2025 14:27 WIB
Keluarga korban musala ambruk di Pondok Pesantren Al Koziny, Sidoarjo, masih menanti dengan cemas proses evakuasi sejumlah santri yang masih belum ditemukan. (CNN Indonesia/Farid)
Surabaya, CNN Indonesia --

Keluarga korban musala ambruk di Pondok Pesantren Al Koziny, Buduran, Sidoarjo, masih menanti dengan cemas proses evakuasi sejumlah santri yang masih belum ditemukan.

Hal itu salah satunya dirasakan oleh Lutfi Andi (37), orang tua dari santri Muhammad Azam Habibi (14). Sejak musibah itu terjadi, ia hanya bisa menunggu di posko bersama ratusan wali santri lain, dengan rasa cemas dan harap yang bercampur aduk.

"Saya dapat kabar dari berita. Saya juga lihat media sosial itu juga ada kejadian ini. Waktu itu saya kerja langsung menuju ke sini. Sekitar jam 17.00 WIB," ujar Lutfi saat ditemui di posko SAR gabungan, Selasa (30/9).

Azam, putra Lutfi, telah mondok hampir dua tahun di Pesantren Al Koziny. Lutfi mengaku tidak banyak menerima informasi resmi dari pihak pondok. Ia bahkan merasa nomor ponselnya tidak diikutkan dalam grup komunikasi wali santri.

"Nomor saya itu enggak ada dimasukkan di grup pondok wali santri, entah apa alasannya. Waktu itu saya lihat-lihat para wali santri kok ada grup, kok nomor saya enggak ada gitu. Makanya saya protes waktu itu. Jadi kurang dapat informasi," ujarnya.

Meski banyak santri berhasil dievakuasi, sejak kemarin hingga hari kedua ini, informasi mengenai anaknya hingga kini masih nihil. Lutfi hanya bisa menunggu kabar dari tim penyelamat.

"Belum ada informasi dari pihak pondok pun atau dari pihak yang evakuasi belum ada kabar. Jadi kita masih nunggu kabar," kata dia.

Sebagai orang tua, ia tak bisa menyembunyikan rasa cemas. Namun, ia berharap besar agar anaknya itu bisa segera ditemukan dalam keadaan selamat.

"Harapannya pasti yang terbaik, Mas. Ya, anaknya selamat. Ya, selamat, sehat gitu. Itu harapan keluarga pasti seperti itu. Bisa segera ditemukan," ujarnya lirih.

Hal yang sama juga dialami Budi Santoso (40), warga Tulangan Sidoarjo, paman dari santri Muhammad Fairuz (17). Wajahnya terlihat cemas sambil mondar-mandir melihat papan informasi.

"Keponakannya saya belum ditemukan, belum ada di sini [papan informasi]," kata Budi.

Fairuz belum ditemukan sejak semalam. Informasi terakhir yang keluarga dapatkan dari teman keponakannya, Fairuz terkahir terlihat sedang melakukan Salah Ashar Berjemaah di musala.

"Temannya satu kamarnya waktu itu lihat Fairuz salat di musala, temannya enggak jadi salat karena ke warung," ucapnya.

Pantuan CNNIndonesia.com ratusan wali santri masih menunggu di posko SAR gabungan yang berada tak jauh dari lokasi kejadian. Mereka menanti keluarga mereka ditemukan.

Seperti diketahui, bangunan musala tiga lantai di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ambruk, Senin (29/9) sore.

Saat kejadian, diketahui ada puluhan hingga ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

Berdasarkan data Kantor SAR Surabaya hingga Selasa siang, terdapat 102 orang santri menjadi korban dalam peristiwa ini. Dari jumlah itu, tiga orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia.

(frd/isn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK