Bertepatan dengan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) menggandeng desainer Gita Orlin memperkenalkan koleksi spesial Batik Surabaya di ajang Indonesia International Modest Fashion Festival (In2motionfest) 2025.
Perhelatan fashion bergengsi ini akan digelar pada 8-12 Oktober 2025 di JIEXPO Convention Center & Theater, Jakarta, dengan menampilkan 10 model busana bernuansa elegan bertema "Culture Highclere". Tema ini bertujuan untuk membuktikan Batik Surabaya cocok digunakan di berbagai masa, sekaligus menginspirasi perempuan muslim Indonesia untuk semakin percaya diri mengenakan Wastra Indonesia.
Ketua Dekranasda Kota Surabaya, Rini Indriyani, secara langsung menjadi model dalam sesi pemotretan busana batik yang memadukan motif Bunga Bungur, Mangrove, dan Abhiboyo. Ia menegaskan kolaborasi ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan dalam mempromosikan Batik Surabaya.
"Harapan kami ketika batik ini berkolaborasi dengan Gita Orlin, batik kami akan dikenal baik di kancah nasional maupun internasional," ujar Rini saat ditemui di Plaza Internatio, Kota Lama Surabaya, Rabu (1/10).
Busana yang dikenakan Rini merupakan perpaduan batik dan bludru dengan aksen payet. Menurutnya, hasil karya Gita Orlin mampu membuktikan bahwa Batik Surabaya dapat digunakan oleh berbagai kalangan dengan beragam bentuk tubuh.
"Saya ingin membuktikan bahwa batik itu bisa digunakan semua kalangan, semua orang dengan bentuk badan yang bermacam-macam. Ternyata di tangan Gita Orlin, batik itu jadi kelihatan lebih mewah," jelasnya.
Rini juga mengungkap kesuksesan kolaborasi sebelumnya dengan Gita Orlin, dimana produk yang ditampilkan saat fashion show langsung sold out dan mendapat banyak pesanan dari pelanggan.
"Hal ini menunjukan bahwa batik, khususnya dari Surabaya digemari dan dapat menjadi tren busana di era saat ini. Seperti yang saya kenakan saat ini, cocok untuk segala usia dan bentuk badan," katanya.
Ia menjelaskan, ketiga kombinasi motif batik yang dipilih dalam koleksi terbaru tersebut memiliki pesan yang merepresentasikan Kota Pahlawan. Seperti motif Bunga Bungur melambangkan sifat asli orang Surabaya, yakni terbuka dan egaliter, serta solidaritas dan toleransi.
Kemudian, motif Abhiboyo menggambarkan sosok warga Surabaya yang halus, jujur, memiliki tanggung jawab besar, dan pemberani. Ada pula motif Mangrove yang memiliki arti ketangguhan dan kemampuan untuk berkembang di tengah dinamika kehidupan modern.
"Lalu, ada motif Kembang Setaman, perpaduan Kembang Bungur dan Mangrove, yang melambangkan harmoni antara budaya dan alam di Kota Surabaya," tutur Rini.
Ia memastikan, Dekranasda akan terus berinovasi, tidak lagi hanya menampilkan satu motif, tetapi mengkombinasikan pola dalam satu desain batik.
"Semakin ke depan semakin lebih berinovasi, semakin lebih menarik lagi dan tentunya bisa diterima oleh pasar baik nasional maupun internasional," paparnya.
Tak lupa, Rini mengajak masyarakat untuk tidak ragu menggunakan Batik Surabaya. Terlebih, Batik Surabaya saat ini sudah memiliki ragam model yang bisa disesuaikan untuk usia remaja hingga dewasa.
"Ayo kita promosikan produk lokal kita, Batik Kota Surabaya, agar dikenal oleh semua masyarakat baik nasional maupun internasional. Jangan ragu, jangan malu untuk menggunakannya karena tidak akan mengecewakan," katanya.
Sementara itu, desainer Gita Orlin menjelaskan koleksi kali ini terinspirasi dari gaya era 1920-an atau Gatsby Style yang populer melalui film Downton Abbey. Ia menggabungkan kain batik dengan material mewah seperti velvet/bludru, lace chantilly, sifon silk, organza silk, hingga cotton silk.
"Dalam busana ini, saya menggunakan berbagai siluet, mulai dari mermaid, full klok, loose dress, hingga blazer dan palazzo, yang dipermanis dengan detail handmade embroidery, payet, dan Swarovski," ujar Gita.
Menurutnya, dominasi warna marun dan burgundy membuat busana dapat digunakan di berbagai acara, mulai dari kasual, semi-formal, hingga formal. Ia menegaskan desain ini juga relevan bagi Generasi Z karena tampilannya yang modern dan stylish.
"Kami ingin lebih memperkenalkan agar Batik Surabaya bisa dikenal ke seluruh Indonesia bahkan mungkin mancanegara. Next-nya kita inginnya bisa show-show di luar negeri juga," ungkapnya.
Gita menambahkan, pemilihan motif dilakukan secara matang agar sesuai dengan karakter modest fashion festival. Ia berharap, kolaborasi ini dapat mendukung UMKM Surabaya, mengingat batik yang digunakan berasal dari perajin lokal.
"Dengan kolaborasi ini, kami ingin mendukung para UMKM Kota Surabaya, karena batik yang digunakan berasal dari perajin lokal seperti Batik Saraswati dan lainnya," pungkas Gita.
Saat ini, Surabaya memiliki 12 motif batik yang telah dipatenkan, antara lain Skena Surabaya, Pesona Mangrove Wonorejo, Banyu Semarak, Tjap Toendjoengan, Gereget Rel Pasar Turi, Suroboyoan, Abhiboyo, Gembili Wonokromo, Kembang Bungur, Remo Surabayan, Sparkling Taste of Surabaya, dan Kintir-Kintiran.
(adv/adv)