Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana menambah kuota penerima Beasiswa Pemuda Tangguh pada 2026. Wali Kota Eri Cahyadi menyampaikan, kuota tersebut telah masuk anggaran untuk tahun depan.
Sejak diluncurkan pada 2021, Pemkot Surabaya telah mengucurkan Rp71 miliar untuk Beasiwa Pemuda Tangguh dengan 5.908 penerima. Angka ini menjadikan Surabaya satu-satunya daerah yang menyalurkan beasiswa dua kali dalam setahun.
Program Beasiswa Pemuda Tangguh pun menjadi simbol harapan bagi anak-anak muda Surabaya yang ingin melanjutkan kuliah meski dihadang keterbatasan ekonomi, yakni melalui dukungan biaya hidup bulanan serta pembiayaan UKT.
"Alhamdulillah, insyaAllah dengan anggaran 2026 nanti, setelah disahkan, maka (Beasiswa Pemuda Tangguh) akan kita tambah untuk 24.000 anak Surabaya," kata Eri, baru-baru ini.
Eri menegaskan, Surabaya harus menjadi tempat yang ramah bagi anak muda untuk tumbuh dan berkembang. Sebab, kata dia, para generasi muda inilah yang kelak akan memajukan Kota Pahlawan.
"Terus belajar, berkarya, dan berprestasi. Karena Surabaya selalu hadir untuk menjaga semangat generasi tangguhnya," pesannya.
Pada periode semester ganjil September 2025, sebanyak 2.766 mahasiswa dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa Pemuda Tangguh. Verifikasi ketat dilakukan agar bantuan benar-benar tepat sasaran dan menyentuh mereka yang membutuhkan.
Eri menjelaskan, beasiswa Pemuda Tangguh terbuka untuk semua warga Surabaya, namun prioritas diberikan kepada keluarga miskin dan pra-miskin.
"Saya berharap yang sudah mampu, yang orang tuanya memiliki pendapatan tinggi, bisa tidak mengikuti beasiswa ini dulu. Mari kita bantu saudara kita," ujarnya.
Verifikasi faktual dilakukan menyusul banyaknya pendaftar yang mencantumkan pekerjaan orang tua sebagai wiraswasta.
"Setelah diverifikasi, ternyata ada yang memang bukan wiraswasta, dan ada wiraswasta yang gajinya sangat tinggi. Maka dari itu, kami mengutamakan yang orang tuanya berpenghasilan rendah," kata Eri.
Dari proses tersebut, ditemukan pula sejumlah kasus khusus yang menarik perhatian Pemkot Surabaya. Seperti di antaranya, mahasiswa tunarungu di Universitas Terbuka (UT) serta pendaftar yang baru kehilangan orang tuanya.
"Yang seperti ini, disabilitas, yang harus kita bantu. Pemerintah ini hadir. Sedangkan mahasiswa yang tinggal sendiri, kami minta untuk difasilitasi tinggal di RIAS (Rumah Ilmu Arek Suroboyo) agar bisa tinggal dengan teman-teman kuliah lainnya," tuturnya.
Terkait besaran beasiswa, Eri menjelaskan bahwa bantuan disesuaikan dengan kemampuan fiskal daerah dan kebutuhan penerima.
"Kami memberikan bantuan maksimal. Kalau UKT-nya Rp10 juta, tidak mungkin kita berikan Rp10 juta. Sehingga kami berharap agar keluarga yang mampu tidak mengikuti ini dulu," katanya.
Bagi mahasiswa yang orang tuanya berpenghasilan tinggi, mereka tetap berpeluang mendapat subsidi parsial jika kuota tersisa. Contohnya, dari UKT sebesar Rp10 juta, Pemkot membantu sebesar Rp2 juta.
Program ini juga tidak hanya menyasar mahasiswa perguruan tinggi negeri (PTN), tetapi juga perguruan tinggi swasta (PTS) yang telah bekerja sama dengan pemkot.
"PTS juga kita ambil, PTN juga kita ambil. Semoga semakin banyak yang bisa masuk kuliah, sehingga dia bisa merubah nasib keluarganya menjadi lebih baik," kata Eri.
Kepala Bidang Kepemudaan, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Eringgo Perkasa, menjelaskan beasiswa ini kini diatur dalam Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 45 Tahun 2025 tentang Tata Cara Pemberian Beasiswa.
"Regulasi ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan kontribusi lulusan penerima beasiswa," kata Eringgo.
Perwali tersebut menetapkan durasi beasiswa maksimal 8 semester untuk jenjang S1 dan D4, serta 6 semester untuk D3. Eringgo mengingatkan, beasiswa akan dicabut secara tegas jika penerima melanggar klausul, seperti menikah atau menerima beasiswa dari instansi lain.
Adapun program Beasiswa Pemuda Tangguh tidak hanya membiayai kuliah, tetapi juga memberikan dukungan menyeluruh untuk menunjang kebutuhan mahasiswa.
"Beasiswa ini disalurkan kepada anak-anak pintar dari keluarga miskin atau pra-miskin dan berprestasi, sehingga IPK minimal harus 3,00. Jika tidak tercapai, kami akan libatkan kampus untuk evaluasi," kata Eringgo.
Saat ini, program Beasiswa Pemuda Tangguh telah menjalin kerja sama dengan 15 perguruan tinggi, sembilan di antaranya berada di Surabaya dan enam di luar kota. Proses pendaftaran dapat diakses secara daring melalui laman besmart.surabaya.go.id.
Eringgo menyebut, perluasan kerja sama dengan kampus luar Surabaya merupakan intervensi langsung dari Wali Kota Eri Cahyadi untuk membantu mahasiswa yang terdampak musibah, seperti kehilangan orang tua atau PHK.
"Kami ingin memastikan tidak ada anak Surabaya yang gagal kuliah karena alasan biaya," tuturnya.
Safira Hasna adalah salah satu penerima Beasiswa Pemuda Tangguh. Di balik status sebagai mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, tersimpan kisah perjuangan hidup.
Safira menjadi piatu sejak kelas 4 SD. Saat naik kelas 3 SMP, sang ayah meninggal dunia. Safira benar-benar menjadi yatim piatu di usia yang belum menginjak remaja. Begitu lulus SMP, ia langsung masuk Yayasan Panti Asuhan dengan status yatim piatu.
Dengan semangat belajar dan tekad kuat, Safira membuktikan bahwa keterbatasan tidak bisa menghalangi mimpi. Kini, ia tercatat sebagai salah satu penerima Beasiswa Pemuda Tangguh dari Pemkot Surabaya.
"Dengan beasiswa ini Alhamdulillah terbantu pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) semesteran, terbantu membeli alat-alat ataupun buku-buku yang diperlukan untuk kuliah," ujar Safira, beberapa waktu lalu.
Bagi Safira, beasiswa itu bukan sekadar bantuan dana. Di balik angka dan nominal, tersimpan makna kepercayaan dan kesempatan untuk melanjutkan mimpi dan cita-cita.
"Semoga saya dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk selalu belajar dan menggapai cita-cita dan berkontribusi untuk Kota Surabaya," pungkas Safira.
(adv/adv)