Santri Surabaya Korban Kekerasan di Ponpes Lamongan Alami Trauma Berat

frd | CNN Indonesia
Kamis, 06 Nov 2025 22:24 WIB
Kepala DP3APPKB Surabaya mengatakan santri asal Wonorejo mengalami trauma berat akibat dugaan perundungan selama di ponpes di Lamongan.
Ilustrasi perundungan. Kepala DP3APPKB Surabaya mengatakan santri asal Wonorejo mengalami trauma berat akibat dugaan perundungan selama di ponpes di Lamongan. (iStockphoto)
Surabaya, CNN Indonesia --

Pemerintah Kota Surabaya memberikan pendampingan psikologi ke FAR (14), seorang santri asal Wonorejo, Surabaya yang diduga menjadi korban perundungan (bullying) dan kekerasan di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Kepala DP3APPKB Surabaya, Ida Widayati mengatakan, korban FAR mengalami trauma berat akibat insiden yang dialaminya selama berada di pesantren di Lamongan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang berkaitan kasus ponpes Lamongan, korban sudah kita dampingi. Dari Senin kemarin," kata Ida, ketika dikonfirmasi, Kamis (6/11).

Saat ini, kata Ida, FAR menolak untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren. Pasalnya,, FAR masih trauma atau takut terhadap pelaku yang melakukan perundungan hingga mencuri barang-barangnya.

"Kondisi korban trauma dan enggak mau lagi (kembali) ke pesantren. Pemicunya pelaku sering mencuri baju-baju korban," katanya.

Lebih lanjut, Ida mendapat informasi, pihak keluarga korban telah melakukan proses mediasi. Tapi orangtua FAR meminta agar proses hukum perkara tersebut tetap dilanjutkan.

"Karena proses hukumnya di Polres Lamongan, maka pendampingan hukumnya dilakukan oleh UPTD PPA Provinsi Jatim,""ucapnya.

"Infonya hari ini dilakukan proses mediasi di Polres Lamongan. Tapi ibu korban menginginkan proses hukumnya berlanjut," tambah Ida.

Sementara itu, orangtua korban, WN (32) membenarkan informasi yang diungkap Ida tersebut. Menurutnya, anaknya kini jadi lebih pendiam setelah menjadi korban perundungan di pesantren.

"Rasanya anaknya lebih pendiam begitu, lebih kayak merasa bersalah, kayak takut akan terjadi lagi [perundungan]. Susah diajak ngomong," kata WN.

WN mengungkapkan, anaknya itu bahkan menolak untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren. Sebagai gantinya korban melanjutkan studinya di salah satu sekolah agama di Surabaya.

"Ini ya sudah ketemu teman-temannya lagi, sudah ada yang kenal sama dia, yang mau interaksi sama dia. Awalnya dikiranya setelah ini enggak enggak punya teman lagi begitu,"ucapnya.

Sebelumnya, FAR mengalami dugaan bullying dan kekerasan di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Paciran, Lamongan. Korban diduga mengalami kekerasan fisik diduga yang dilakukan dua temannya sendiri, RR (14) dan AA (14).

Akibat perundungan itu, korban mengalami luka di kepala dan mata, serta trauma berat hingga menolak kembali mondok.

"Enggak kepingin lagi. Enggak mau [mondok lagi]," kata FAR.

Sementara itu, pihak Polres Lamongan mengaku sudah menerima laporan dugaan kekerasan di pesantren tersebut. Mereka tengah memeriksa sejumlah saksi.

"Polres Lamongan telah menerima pengaduan, tentang dugaan terjadinya tindak kekerasan di sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang berada di Kabupaten Lamongan," kata Kasi Humas Polres Lamongan Ipda M Hamzaid.

(kid/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER