Indonesia menghadapi tantangan besar mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat sebagaimana dicanangkan pemerintah. Upaya mitigasi perubahan iklim umumnya menitikberatkan pada sektor energi dan deforestasi. Namun sumber emisi yang juga terus meningkat signifikan yakni sektor persampahan, kerap dilupakan.
Sampah organik menghasilkan emisi metana dari pembusukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dalam upaya pencapaian target emisi nasional melalui Nationally Determined Contribution yang sudah ditingkatkan (Enhanced Nationally Determined Contributions/ENDC), sektor limbah sangat menentukan naik-turunnya emisi secara signifikan.
Metana merupakan gas rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global lebih besar dibanding karbon dioksida. Sejumlah lembaga termasuk World Resource Institute (WRI) dan Global Methane Hub, menyatakan sumber utama emisi metana di Indonesia berasal dari limbah organik di TPA dan pengolahan air limbah domestik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() CNN INDEPTH Terbuai AI dan Hantu Energi Bayangan |
Karena pengelolaan TPA yang kurang maksimal, tren emisi metana dari 1990-2019 terus meningkat mencapai 180%. Sementara dari sektor sampah saja peningkatannya bahkan mencapai 3.700%.
Sebagai penyumbang metana utama, sektor sampah mendesak menjadi prioritas intervensi cepat dan terukur untuk memuluskan jalan Indonesia memenuhi target puncak emisi sektor limbah pada 2030 sesuai target ENDC.
Sebagian besar TPA di Indonesia beroperasi dengan metode open dumping dimana sampah ditumpuk tanpa pemadatan, penutupan tanah, atau sistem penangkapan gas.
Akibatnya emisi metana lepas ke udara dalam jumlah besar sekaligus berisiko kebakaran. Sepanjang 2023 terdapat setidaknya 35 kasus kebakaran TPA di berbagai daerah termasuk yang memicu ledakan dan mengakibatkan kabut asap hingga mengganggu operasional penerbangan bandara terdekat.
Mulai 2025, WRI Indonesia meluncurkan proyek SMART Waste Indonesia yang didukung oleh Global Methane Hub.
"Tujuannya untuk menjawab persoalan tadi, di mana program ini fokus pada peningkatan kapasitas Measurement, Reporting, and Verification (MRV) emisi metana di sektor persampahan," kata Urban Development and Clear Air Manager WRI Indonesia Satya Utama.
Hal ini dilakukan melalui beberapa cara seperti pemetaan udara hingga pengambilan sampel primer di berbagai TPA dari lima area di lima provinsi dan lima pulau berbeda. Penguatan partisipasi masyarakat juga dilakukan.
"Proyek ini bertujuan menutup kesenjangan data yang selama ini menghambat kebijakan berbasis bukti dalam isu metana dan persampahan," ujar Satya.
Dengan akurasi data yang semakin baik, pemerintah diharapkan dapat merancang langkah mitigasi yang lebih efektif guna menurunkan emisi metana dari sektor persampahan.
Dimulai dari adopsi pendekatan ekonomi sirkular untuk mengurangi sampah, penanganan sampah organik di sumbernya hingga memperbaiki sistem pengolahan akhir sampah, hingga strategi seperti melakukan transisi TPA dari open dumping menuju sanitary landfill yang aman dan rendah emisi.
Dalam satu dekade terakhir berbagai upaya ditempuh pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi metana dari sampah dengan manajemen limbah terintegrasi. Misalnya dengan sistem pengomposan, daur ulang, proyek waste-to-energy, serta pemanfaatan gas metana sebagai energi terbarukan.
Turunnya emisi metana dari sekitar 55 juta ton sampah per tahun di Indonesia saat ini, juga akan sangat berkorelasi dengan perbaikan kualitas udara dan lingkungan hidup secara umum.
(dsf/sur)