Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Masa-masa persiapan musim baru seharusnya jadi masa yang menyakitkan, karena klub akan memaksa para pemain untuk kembali ke kondisi kebugaran puncak setelah libur beberapa pekan. Tapi, beban yang akan diterima tubuh pemain semakin bertambah dengan melakukan perjalanan jauh ke benua lain.
Nyaris setiap tahun klub-klub raksasa Eropa melakukan tur pra-musim dan pergi ke negara seperti Amerika Serikat, China, Australia, negara-negara Asia Tenggara dan Asia timur untuk melakukan pertandingan 'hiburan' sembari melakukan persiapan fisik pemain jelang musim baru.
Tapi dalam beberapa tahun belakangan, porsi yang diberikan antara melakukan pertandingan eksebisi dan mempersiapkan fisik pemain jadi tidak berimbang dengan klub-klub yang lebih memilih untuk mendapatkan pundi-pundi uang dari laga-laga persahabatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya saja Manchester United yang baru saja menjuarai turnamen International Champions Cup. Selama pra-musim di Amerika Serikat, hanya dalam rentang waktu 15 hari, tim yang diasuh Louis van Gaal tersebut dipaksa berkeliing ke kota Maryland, Colorado, Michigan, dan Florida.
Untuk melakukan perjalanan tersebut, hampir enam dari 15 hari dialokasikan untuk perjalanan dengan mengunakan berbagai penerbangan dan jarak tempuh hingga lebih dari 13.500 mil.
Belum lagi jika berbicara tentang konfrensi-konfrensi pers, wawancara, sesi foto, dan berbagai acara yang diselenggarakan sponsor. Sulit untuk melihat tur pra-musim tersebut akan memberikan manfaat bagi fisik pemain.
Dalam beberapa minggu ke belakang, baik pelatih Manchester United maupun Arsenal telah menyatakan ketidakpuasannya terhadap jadwal pra-musim tersebut.
Van Gaal sempat berkata bahwa meski pertandingan-pertandingan itu penting untuk memadukan tim dan menyiapkan formasi, tapi jadwal terbang dan jarak yang harus ditempuh mulai memberikan efek negatif pada pemainnya. Jet lag dan kecapaian akan berpengaruh pada persiapan tim.
Sementara pelatih Arsenal, Arsene Wenger, mengambil sikap yang lebih tegas. Ia menolak pertandingan persahabatan di tempat jauh --musim lalu Arsenal mengunjungi Asia Tenggara-- dan lebih untuk melakukan pertandingan di kandangnya sendiri, yaitu dengan mengadakan Piala Emirates.
Jejak langkah Wenger ini sangat mungkin diikuti Van Gaal musim depan.
Penting untuk dicatat bahwa musim lalu MU mengadakan tur ke Thailand, Australia, Jepang, dan Hong Kong. Lalu, ketika musim baru dimulai, MU kalah pada tiga dari delapan pertandingan pertamanya.
Tur MU kala itu dianggap sukses dan dianggap menyenangkan para suporternya di Timur Jauh Asia. Tapi, mengingat buruknya prestasi MU di musim lalu, banyak dari mereka akan lebih memililih tim-nya mengangkat tropi ketimbang melihat para idolanya dari jarak dekat.