TIMNAS U-19

Psikolog: Mereka Tak Punya Idola

CNN Indonesia
Selasa, 19 Agu 2014 15:44 WIB
Tak adanya sosok idola disinyalir jadi salah satu sebab buruknya permainan Timnas U-19 di ajang HBT 2014. Demikian dikatakan psikolog anak dan remaja, Sani Budiantini Hermawan.
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak adanya sosok idola disinyalir jadi salah satu sebab buruknya permainan Timnas U-19 di ajang Hassanal Bolkiah Trophy 2014, di Brunei Darussalam. Pun kejenuhan lantaran tidak ada kegiatan penyeimbang latihan. Demikian dikatakan psikolog anak dan remaja, Sani Budiantini Hermawan.

Tidak adanya sosok idola juga mempengaruhi mental pemain. Pelatih, Lanjut Sani, tidak bisa begitu saja menggantikan sosok idola ini. Sosok idola sangat penting sebagai tempat bertukar pikiran dalam menjawab tantangan yang dihadapi. Sani pun menegaskan pentingnya pencapaian prestasi oleh timnas senior.

“Mereka tidak punya idola. Lihat saja pemain senior yang sudah terpuruk,” ucap Sani saat dihubungi CNN Indonesia melalui telepon, Selasa (19/08).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa tahun belakangan, Timnas Garuda Senior harus menelan panjangnya rentetan ketidaksuksesan Indonesia di laga-laga penting. Sebelumnya timnas juga tak mampu menuai prestasi di Piala AFF 2010 setelah takluk dari Malaysia di final.

Pun dengan kualifikasi Piala Dunia 2014. Kans Indonesia lolos ke babak lanjutan tertutup setelah ditekuk Qatar 4-0.

Seperti diketahui, belakangan Timnas Garuda Senior gagal berlaga di Piala Asia 2015. Setelah kalah 0-1 atas Tiongkok, timnas juga harus menelan kekalahan 2-0 atas Irak.  Tertutup sudah peluang timnas senior memperoleh tiket ke Australia.

Tak jauh berbeda dengan prestasi raihan Timnas U-23. Indonesia gagal meraih emas di ajang SEA Games ke-26, pada 2011. Indonesia yang awalnya seri dengan Malaysia, harus menyerah saat adu pinalti.

Perlunya Kegiatan Penyeimbang

Untuk menghilangkan jenuh para pemain, Persatuan Sepak Bola Indonesia juga perlu menelaah apa saja kegiatan penyeimbang di luar tim yang perlu dilakukan. “Kehidupan sosial mereka harus tetap ada,” kata wanita  berkerudung ini menjelaskan.

Para pemain, kata psikolog Universitas Indonesia ini, seringkali dilarang berhubungan dengan keluarga yang dianggap akan mengganggu konsentrasi. Padahal, lanjutnya, keluarga bisa menjadi pendorong semangat mereka. “Bahkan mungkin juga pacar,” ujarnya mengakhiri pembicaraan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER