Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --
“They fly so high, nearly reach the skyThen like my dreams, they fade and dieFortunes always hiding,
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
I’ve looked everywhere,I’m forever blowing bubble,
Pretty bubbles in the air!”Begitulah nyanyian para pendukung West Ham United yang selalu menyertai kemanapun The Hammers pergi.
Lagu ini ditulis oleh komposer asal Amerika Serikat pada 1919, dan menjadi tenar di Inggris karena Miss Dorothy Ward.
Prihal bagaimana lagu ini menjadi begitu identik dengan West Ham, hingga kini belum dapat terjawab.
Teori yang paling sering digunakan adalah kombinasi aneh antara sebuah iklan sabun dan seorang pemain berambut keriting di klub yang bermarkas di The Boleyn Ground tersebut.
Pada tahun 1920-an, sepakbola di kalangan anak sekolahan merupakan kegiatan penting dalam kehidupan sehari-hari. Olahraga dilihat sebagai sebuah bentuk pembangunan karakter yang dapat membantu anak-anak muda untuk bersiap melayani kerajaan Inggris.
Billy Murray, salah satu pemain muda yang menjanjikan kala itu, mendapatkan panggilan ‘Bubbles’ karena penampilannya menyerupai sebuah karya seni buatan Sir John Millais pada 1829.
Karya seni ini menggambarkan seorang anak muda menonton gelembung sabun. Lukisan ini menjadi terkenal di Inggris karena digunakan sebagai iklan salah satu merek sabun kala itu.
Ketika ‘Bubbles’ Murray bermain, publik West Ham selalu menyanyikan lagu I’m Forever Blowing Bubbles.
Walaupun akhirnya Murray tidak pernah menembus tim utama West Ham, publik tetap selalu menyanyikan lagu tersebut setiap kali The Hammers bertanding.
Mimpi Yang Tak Pernah TerwujudIroni yang terdapat dalam lagu I’m Forever Blowing Bubbles selalu membayangi klub yang kini diasuh oleh Sam Allardyce.
Lagu ini menggambarkan mimpi yang demikian besar, tetapi perlahan-lahan menghilang. Seolah menggambarkan perjalanan West Ham.
Sepanjang sejarah berdirinya West Ham sejak 1895, klub yang melahirkan nama-nama besar seperti Rio Ferdinand, Joe Cole, Michael Carrick, hingga Frank Lampard ini belum pernah sekalipun mencicipi rasanya juara liga Inggris.
Pencapaian tertinggi The Hammers hanyalah peringkat ketiga pada musim 1985/1986.
Ironi I’m Forever Blowing Bubbles terlihat sangat jelas pada partai final piala FA delapan tahun lalu.
Pada 2006 lalu, West Ham nyaris menjuarai Piala FA.
Menghadapi Liverpool pada partai puncak di Stadion Wembley, West Ham sempat tiga kali unggul. Keunggulan West Ham bahkan bertahan hingga menit ke 90.
Namun, tendangan jarak jauh Steven Gerrard, menggagalkan kemenangan West Ham. Kala itu The Hammers bahkan harus pulang dengan tangan hampa setelah takluk di babak adu penalti.
Walaupun demikian, I’m Forever Blowing Bubbles akan menjadi salah satu ciri khas West Ham yang membuat mereka berbeda dengan klub lainnya.
Pada akhirnya, seperti dinyanyikan dalam bahwa mereka akan selalu meniup gelembung, West Ham akan terus merajut mimpi-mimpi mereka.