Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --
"Beberapa kali kekalahan membuat Anda sadar betapa sulitnya untuk menang." - Steffi Graf.
Tak ada nama lain yang mendominasi dunia tenis putri pada periode 1990-an selain Steffi Graf. Menjuarai 22 Grand Slam dan meraih empat medali Olimpiade selama 17 tahun berkarir, Graf merupakan salah satu atlet terbaik pada abad ke-20.
Salah satu bukti kemampuan petenis yang memiliki pukulan forehand keras ini dalam menguasai dunia tenis adalah kemampuannya mempertahankan posisi peringkat satu dunia selama 377 minggu.
HIngga saat ini, tak ada petenis putra ataupun putri lain yang bisa menyamai rekor tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petenis kelahiran Jerman ini merupakan satu-satunya petenis sepanjang sejarah yang berhasil mendapatkan empat gelar Grand Slam dan medali emas Olimpiade dalam satu tahun tertentu.
Dari Umur Tiga Tahun Sudah Memegang Raket
"Ich glaub', ich bin immer schon eisern gewesen, ich glaub', schon als Kind"
"Bahkan sebagai anak kecil pun saya sudah setangguh besi," ujar Steffi Graf, dikutip dari Die Zeit (1997)
Lahir pada 14 Juni 1969 di Mannheim, Baden-Württenberg, Jerman Barat (Jerman baru bersatu pada 1990) dari pasangan Peter dan Heidi Graff, Steffi Graf telah berkenalan dengan tenis sejak usia dini.
Ayahnya, Peter Graff, adalah penjual asuransi sekaligus pelatih tenis. Ia memperkenalkan putrinya dengan raket tenis sejak usia tiga tahun.
Graf kecil memulai debut turnamen profesionalnya pada Oktober 1982 di Stuttgart, Jerman. Akan tetapi, ia harus mengakui ketangguhan Tracy Austin di babak pertama dua set langsung 6-4 dan 6-0.
Graf memulai karirnya dari usia dini, yaitu 13 tahun, di peringkat 124 dunia. Walau ia belum mendapatkan gelar pada tiga tahun berikutnya, peringkat petenis muda ini terus meningkat.
Berada di peringkat 98 pada 1983, dalam setahun Graf naik ke peringkat 22.
Pada Agustus 1984, Graf yang baru 15 tahun telah membela Jerman dan meraih kemenangan di ajang demonstrasi tenis pada Olimpiade, Los Angeles, Amerika Serikat (AS).
Namun, tidak ada medali yang diberikan, karena demonstrasi tenis bukan ajang resmi Olimpiade.
Graf menghabisi masa remajanya dengan berlatih hingga empat jam dalam sehari. Peter Graf juga berperan dalam perkembangan karir putrinya ini dengan mengontrol ketat jadwalnya.
Seringkali, sesampainya di bandara, Graf langsung menuju arena latihan. Tidak heran petenis muda ini tidak memiliki banyak teman di masa mudanya.
Pada 1985 dan awal 1986, Graf mulai mengganggu dominasi Martina Navratilova dan Chris Evert, walaupun sempat menderita enam kali kekalahan dari Evert dan tiga dari Navratilova.
Pada usia 17 tahun Graf berhasil mendapatkan gelar WTA pertama setelah berhasil mengalahkan Evert untuk pertama kalinya di final Family Circle Cup di Hilton Head, South Carolina.
Sejak saat itulah, ia tidak pernah kalah lagi ketika bertemu Evert.
Era Grand Slam Steffi GrafPada 1987, untuk pertama kalinya Graf berhasil meraih peringkat satu dunia. Dari 77 pertandingan yang ia lakoni pada tahun itu, petenis yang sering disebut Fräulein Vorhand --karena kehebatan pukulan forehand-- ini berhasil meraih 75 kemenangan.
Hanya berselang setahun, Graf berhasil meraih Career Grand Slam (Menang di empat turnamen: Perancis Terbuka '87, Australia Terbuka '88, Wimbleden '88, dan AS Terbuka '88).
Graf melengkapi pencapaiannya dengan Career Golden Slam dengan mendapatkan medali emas di tenis tunggal putri Olimpiade 1988 di Seoul.
Pada 1989, Graf mendapatkan gelar Wimbledon keduanya setelah ia berhasil mengalahkan petenis unggulan seperti Navratilova, Evret, dan Monica Seles.
Akan tetapi, karir petenis Jerman ini sedikit menurun di akhir 1990. Walaupun masih mempertahankan peringkat nomer satu dunia, Graf sering dibekap cedera dan mengalami beberapa kekalahan dari Seles dan Gabriela Sabatini.
Hasil buruk ini akhirnya membuat Graf memecat pelatihnya Pavel Složil yang telah lama mendampinginya. Namun Heinz Gunthardt, pelatih Graf hingga pensiun, tetap dipertahankan.
Cedera kembali menghantui Graf setelah ia absen di Australia Terbuka 1992. Di Perancis Terbuka, Graf juga kalah ketika bertemu Seles.
Pada Olimpiade 1992 di Barcelona, Graf juga tumbang ditangan Jennifer Capriati di partai puncak, sehingga ia hanya mendapatkan medali perak.
Kembalinya istri petenis Andre Agassi ini di tanah Australia pada 1993 berakhir dengan kekalahan ketika bertemu dengan Seles.
Sebuah insiden di bulan April 1993, membuat Sales absen dari semua kompetisi selama lebih dari dua tahun (seorang pendukung Graf menusuk Seles di tengah pertandingan di Jerman).
Setelah absennya Seles, Graf berhasil memenangi Perancis Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka, sehingga ia kembali mendapatkan peringkat nomer satu dunia pada 7 Juni 1993.
Tahun-Tahun Terakhir di Dunia TenisSejak 1997, karir Graf mulai terlihat menurun. Hantu cedera belum lepas dari hidup petenis Jerman ini. Pada 1998, Graf mengakhiri tahun dengan berada di peringkat sembilan dunia.
Di senja karirnya, Graf masih sempat meraih kemenangan di Perancis Terbuka 1999. .
Setelah cedera kembali menghampiri pada turnamen tenis klasik di San Diego pada Agustus 1999, Graf akhirnya memutuskan untuk pensiun pada usia 30 tahun.
Selama karirnya di dunia tenis, Graf berhasil mencatatkan total hadiah US$ 21,8 juta.
Setelah pensiun dari karirnya, salah satu petenis terbaik dunia ini menikmati kehidupannya dengan dua anak dari Andre Agassi; Jaden Gil (2001) dan Jaz Elle (2003).