Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --
Nishikori yang mampu melaju ke final Amerika Serikat Terbuka 2014 menjadi bentuk kebangkitan tenis di Asia, terutama Jepang. Meski harus menerima kekalahan dari Marin Cilic, Nishikori tetaplah bintang dari Asia.
"Kesibukan" Tokyo pagi itu seperti melambat. Jutaan masyarakat memilih agak menunda aktivitasnya karena ingin menyaksikan petenis kebanggaannya beraksi, Kei Nishikori, petenis Jepang pertama yang bisa menembus final Amerika Serikat Terbuka.
Sebuah pemandangan yang nyaris sama ketika Li Na berhasil menembus Perancis Terbuka pada 2011.
Pada 2014 ini, Li Na berhasil tambah koleksi gelarnya dengan menjuarai Australia Terbuka 2014. Dan di tahun yang sama, Nishikori mampu menembus final Amerika Serikat Terbuka 2014.
Aksi kedua petenis muda ini menandai kebangkitan tenis di Asia tak hanya didominasi kaum Hawa, pun kaum lelaki meski harus berusaha menunjukkan jati dirinya.
Meski Nishikori gagal menggendong piala grand slam saat kalah dari Marin Cilic pada laga final tersebut, ia tak lantas kecewa. Harapannya untuk jadi petenis pria Asia pertama yang berjaya di kancah internasional terus membuncah.
Petenis 24 tahun itu memang masih tergolong baru di lapangan tenis.
Enam tahun lalu, ia pernah memenangkan turnamen ATP di Florida dan menjadi pemain Jepang pertama dalam 16 tahun terakhir. Cedera di bahu dan kaki sempat memperlambat kemajuannya.
Dukungan terus mengalir, bahkan dari pemain sekelas Rafa Nadal, Roger Federer, dan Novak Djokovic.
Bersama dengan pelatihnya Michael Chang, ia bangkit. Nishikori tercatat pernah mengalahkan petenis dunia seperti Federer dan menempatkan dirinya masuk ke peringkat sepuluh besar dunia.
Jepang Berlaga
Hingga akhirnya ajang Amerika Serikat Terbuka 2014 digelar, pemilik tinggi badan 178 cm ini menjadi petenis Jepang dan Asia pertama yang masuk ke laga final tunggal grand slam.
JalanMedan perang yang harus ia lewati cukup berat. Main lima set atas pemain Kanada Milos Raonic, juga dengan juara Australia Terbuka Stanislas Wawrinka, dan mengalahkan pemain nomor satu dunia, Novak Djokovic.
Jalan petenis kelahiran 29 September 1989 ini masih sangat panjang. Jika ia tak mampu mengelolanya dengan baik, karirnya akan menguap begitu saja.
Seperti Li Na dan semi finalis Amerika Terbuka 2014, Peng Shuai, yang mengangkat imej tenis di Tiongkok, Nishikori juga melakukan hal yang sama di Jepang. Tenis telah menjadi pilihan menarik bagi kaum muda yang ingin berkarir di olahraga internasional.
Ini hal yang besar bagi Jepang," ujar Djokovic seperti ditulis Reuters. "Ini akan menjadi hal yang baik bagi perkembangan tenis di sana."
Selain Nishikori, nama Shuzo Matsuoka adalah petenis pria paling terkenal di Jepang. Ia mampu menembus seperempat finas Wimbledon pada 1995, dan menempati peringkat 46 dunia.
Sebelum Matsuoka, perkembangan petenis pria di Jepang diwarnai hal yang tidak mengenakkan. Adalah Jiro Sato, lima kali menjadi semifinalis grand slam memilih bunuh di Selat Malaka dalam perjalanannya untuk berlaga di Piala Davis.
Asosiasi Tenis Jepang menyadari bahwa Nishikori berpeluang mendulang emas. Mereka juga menyadari perlunya optimalisasi untuk menginspirasi pemain lain.
Direktur Turnamen Jepang Terbuka dan Perwakilan Negara Davis Cup serta Komite Fed Cup Nao Kawatei mengatakan, pencapaian Nishikori di New York dapat menjadi barometer.
"Sejarah tenis Jepang sudah ada sejak lama, dan inilah waktunya bagi kami untuk berjaya," ujar Kawatei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT