LIGA INGGRIS

Kesetiaan Memainkan Sepakbola Menyerang

CNN Indonesia
Kamis, 25 Sep 2014 15:28 WIB
Derby London Utara dan derby Merseyside menjanjikan pertarungan menarik. Pasalnya, keempat pelatih adalah pelatih yang setia pada filosofi menyerang.
Sejak 1996, Arsene Wenger telah memainkan sepakbola menyerang bersama Arsenal (Reuters/Stefan Wermuth)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua derby panas Liga Inggris tersaji pada akhir pekan ini. Arsenal bertemu seteru utamanya di London Utara, yaitu Tottenham Hotspur, sementara Liverpool menjamu Everton di Anfield.

Pada dua laga ini, para penikmat Liga Inggris tak hanya bisa menantikan duel-duel keras yang bisa berujung kartu merah, tapi juga gol dan keindahan permainan.

Para pelatih yang menangani keempat tim tersebut memang pelatih yang lebih mengedepankan filosofi menyerang, ketimbang bermain "sekadar" untuk menang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya saja Brendan Rodgers. Musim lalu pelatih asal Irlandia utara ini membuat Liverpool mencetak 101 gol di Liga Inggris, kedua tertinggi setelah Manchester City yang sukses 102 kali membobol gawang lawan-lawannya.

"Bagi saya, yang terpenting dan terutama adalah menjaga kelangsungan prinsip klub besar ini, yaitu bermain menyerang dan kreatif, namun tetap mempertahankan kedisiplinan," ujar Rodgers pada sesi jumpa wartawan pertamanya sebagai pelatih Liverpool.

Selama dua musim pertama, inilah yang dilakukan Rodgers. Ia menyulap Liverpool menjadi salah satu tim dengan permainan paling menarik di Eropa.

Di tangannya, pemain-pemain muda seperti Raheem Sterling, Daniel Sturridge, atau Phillippe Coutinho juga berubah menjadi pemain yang menakutkan lini pertahanan lawan.

Demikian pula dengan Arsene Wenger, sang pelatih Arsenal.

Melatih klub London tersebut semenjak 1996, Wenger-lah yang membuat Arsenal identik dengan permainan menyerang. Tak pernah satu tahun pun ia bergeming mengganti cara bermain anak-anak asuhnya,

Padahal Wenger sendiri sering menuai kritik karena hal ini.

Misalnya saja pada 2011, ketika Arsenal mengalami kegagalan beruntun di final Piala Liga, Piala FA, dan juga terlempar dari jalur perebutan gelar juara liga. Mantan pemainnya mempertanyakan keputusan Sang Profesor untuk keukeuh bermain menyerang ketimbang memperbaiki kelemahan dalam bertahan.

"Jika Anda bertanya pada kebanyakan pendukung Arsenal, mereka mungkin akan memilih meninggalkan permainan yang enak dilihat demi bisa mendapatkan hasil, atau memilih cara lain untuk bisa mendapatkan gelar," ujar mantan pemain The Gunners, Perry Groves seperti dilansir Reuters.

Groves membela Arsenal dari 1986 hingga 1992, era ketika Arsenal dikenal sebagai tim "membosankan" di bawah George Graham.

Kala itu, bukan umpan-umpan pendek cepat yang ditemui di permainan Arsenal, namun kemampuan bertahan yang luar biasa dikombinasikan dengan umpan panjang untuk menyerang.

Hal inilah yang diubah Wenger selama 18 tahun ia melatih klub. Di bawah tangannyalah Arsenal mendapatkan banyak pengagum, meski sempat tak mendapatkan gelar apapun selama tujuh tahun (2005-2013).

"Berbagai pemain telah datang dan pergi dari klub ini, namun ia selalu setia dengan filosofi menyerangnya," ujar Sol Campbell, mantan pemain belakang Arsenal.

Keberanian Martinez

Filosofi menyerang juga yang selalu dianut oleh pelatih Everton, Roberto Martinez ke mana pun ia pergi. Baik kala menangangi Swansea, Wigan, atau kini The Blues, pelatih asal Spanyol ini tak pernah ragu memerintahkan timnya untuk total menyerang.

Hal ini jelas terlihat pada masa Martinez menukangi Wigan.

Kala itu, Wigan dikenal karena keberaniannya untuk selalu menggedor lini pertahanan lawan, meski saat bertandang ke markas tim-tim besar. Dan dengan filosofi ini Martinez mendapatkan kemenagan dari Arsenal, Chelsea, atau Liverpool.

Keberanian Martinez ini dipuji karena tim-tim kecil seperti Wigan lebih sering memasang tembok pertahanan tinggi-tinggi untuk mendapat hasil imbang karena tak memiliki pemain berkualitas untuk menandingi tim papan atas.  

Dengan bermain menyerang, Wigan mengambil resiko lebih besar untuk dijebol lawan-lawannya dalam satu serangan balik.

"Jika Anda ingin menjadi berani dan ingin memenangkan pertandingan, ketimbang hanya ingin mendapatkan hasil imbang, maka Anda harus bisa fleksibel sebagai pemain dan sebagai tim dan bermain dengan cara berbeda," ujar Martinez seperti dilansir Reuters.

"Inilah sikap yang kami punya sejak awal."

Meski belum lama mengarungi Liga Inggris, manajer Spurs Mauricio Pochettino juga berani membawa warna menyerangnya pada tim yang ia asuh. Pindah ke Inggris pada Januari 2013, ia juga mendapatkan pujian karena gaya bermain Southampton yang menarik tapi juga mendapatkan hasil.

Dengan filosofi menyerang tanpa kompromi yang dianut oleh keempat pelatih tersebut, tak salah jika para penggemar sepakbola berharap pertandingan yang seru pada akhir pekan ini, baik di derby London Utara atau derby Merseyside.

Saling berbalas gol dan saling berbalas serangan tentu akan menjadi satu hal yang dinanti-nantikan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER