XABI ALONSO

Perjalanan Panjang Seniman Bola dari Tolosa

CNN Indonesia
Selasa, 07 Okt 2014 12:16 WIB
Xabi Alonso kini menorehkan magisnya di tanah Bavaria. Sempat bermain juga di Inggris, perjalanan panjangnya dimulai di sebuah kota kecil bernama Tolosa.
Xabi Alonso, seniman lapangan tengah yang memulai karirnya di Real Sociedad dan kini membela Bayern Munich (Reuters/Lukas Barth)
Jakarta, CNN Indonesia -- ‘Buah jatuh tak jauh dari pohonnya’ mungkin itulah peribahasa yang tepat, untuk menggambarkan sosok seniman lapangan hijau dari Tolosa -- sebuah kota di Provinsi Basque, Spanyol -- bernama Xabier ‘Xabi’ Alonso Olano.

Xabi kecil menyaksikan ayahnya, Miguel Angel Alonso Oyarbide atau lebih dikenal sebagai Periko Alonso, mewujudkan mimpi di gemerlapnya La Liga Spanyol. Dua gelar Liga Spanyol berhasil direbut Periko bersama Real Sociedad dan satu lainnya ketika ia membela Barcelona.

Jejak langkah ayahnya inilah yang kemudian diikuti Alonso. Tak hanya soal meniti karir di lapangan bola, tapi juga sampai gaya bermain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bersama dengan kakaknya, Mikel, Alonso lebih suka memberikan umpan ketimbang melakukan tembakan. Tak heran keduanya memilih bermain sebagai pemain tengah.

Dari usia muda Xabi berperan sebagai gelandang bertahan, posisi yang memungkinkan dirinya berlatih mendistribusikan bola dengan baik.Bakat ini  nantinya terbukti menjadi bagian penting dalam karir Alonso.

Bersama teman masa kecilnya, Mikel Arteta, yang kini bermain untuk Arsenal di Inggris, keduanya sering bersaing menunjukkan kebolehan mereka mengolah kulit bundar dengan canda dan tawa.

Namun takdir memilih untuk memisahkan kedua sahabat tersebut yang telah bermain bersama selama sembilan tahun.

Xabi direkrut oleh Sociedad, sedangkan Arteta direkrut oleh raksasa dari Catalan, Barcelona.

Petualangan Pertama di La Liga dan Kejayaan Bersama Si Merah

Berhasil menembus tim inti Sociedad di umur 18 tahun, Xabi memulai petualangan di La Liga ketika Sociedad menghadapi CD Logrones pada ajang Copa del Rey, Desember 1999 silam.

Akan tetapi setelah debutnya itu, Xabi gagal menembus tim utama dan akhirnya dipinjamkan ke klub divisi dua Spanyol, SD Elbar.

Beruntung nasib memilihkan jalan yang lain bagi Alonso. Sociedad yang saat itu berada di dasar klasemen La Liga membutuhkan inspirasi untuk keluar dari jurang degradasi.

Pelatih Sociedad, John Toshack, kala itu melakukan tindakan berani dengan memberikan ban kapten pada Xabi yang baru berusia 20 tahun, keputusan yang berbuah manis, karena pada akhirnya Sociedad berhasil lepas dari cengkraman ancaman degradasi.

Pada musim panas 2002, kedatangan Raynald Denoueix, membawa perubahan besar di klub daerah Basque tersebut.

Di bawah asuhan Denoueix, Sociedad nyaris menjuarai La Liga dengan hanya dua poin menjadi pemisah antara mereka dan juara saat itu, Real Madrid.

Sayangnya Sociedad gagal mempertahankan performa mereka sehingga masa depan Xabi mulai dipertanyakan, terlebih dengan hadirnya ketertarikan dari Madrid.

Akan tetapi, justru klub Inggris Liverpool-lah yang mendapatkan jasa Xabi setelah negosiasi antara Madrid dan Sociedad berjalan stagnan.

Bersama Liverpool, Xabi semakin bersinar. Pada musim pertamanya di Inggris, ia berhasil mengantarkan tim dari kota pelabuhan ini menjuarai Liga Champions lewat drama adu penalti di Istanbul.

Setahun kemudian Xabi juga turut berperan membawa Si Merah menjuarai Piala FA. Namun, setelah itu, pemain ini gagal menyumbangkan piala lagi untuk Liverpool.

Keiinginan pelatih Liverpool, Rafael Benitez, untuk memboyong Gareth Barry membuat Xabi mulai gerah berada di Anfield. Satu-satunya yang membuatnya bertahan adalah dukungan para suporter.

Ketika isu mengenai kepergian Xabi semakin menguat, para pendukung Liverpool memanfaatkan laga pra-musim melawan Lazio, untuk berulang kali menyanyikan nama Xabi dan memaksa Benitez untuk mengubah keputusannya.

“Itu sangat berarti bagi saya,” ujar Alonso ujarnya dalam peluncuran game FIFA 09 dari EA Sports.

Akan tetapi, Benitez akhirnya tetap pada keputusannya dan melego Xabi ke klub yang pada lima tahun sebelumnya nyaris mendapatkan tanda tangan dirinya, Real Madrid.

Xabi sendiri menyatakan dirinya tidak pernah ingin meninggalkan Liverpool, dan permasalahan dengan Benitez menjadi satu-satunya alasan baginya untuk pergi.

Kembali ke Spanyol, Taklukkan La Liga dan Eropa

Nyaris menjuarai La Liga bersama Sociedad, Xabi akhirnya dapat menyicipi gelar juara pada musim kompetisi 2011/2012 ketika ia mengenakan kostum Madrid.

Selain itu, ia juga turut berperan menyumbangkan dua gelar Copa del Rey, satu Piala Super Spanyol, serta turut memiliki andil dalam mewujudkan mimpi Madrid untuk meraih La Decima (10 kali juara) di Liga Champions.

Saat ini pemain yang telah berusia 32 tahun ini mencoba peruntungannya di tanah juara Piala Dunia 2014, Jerman, bersama Bayern Munich.

Meski tidak muda untuk ukuran gelandang, Alonso masih membuktikan dirinya sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia ketika ia menciptakan rekor baru di Jerman. Xabi mencatatkan 204 sentuhan, terbanyak dalam catatan Bundesliga, ketika ia membantu Munich menaklukkan Cologne, Sabtu (27/9) silam.

Ya, sebagaimana di Sociedad, Liverpool, maupun Madrid, sang seniman lapangan hijau dari Tolosa itu kini meninggalkan jejaknya di tanah Bavaria. Seorang pemain dari keluarga pesepakbola yang tidak hanya merajut impiannya seorang, tetapi juga mengkreasikan mimpi pemain lain lewat kreativitas di tengah lapangan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER