TIMNAS U-19

Proteksi Pelatih demi Kebaikan Tim

CNN Indonesia
Kamis, 09 Okt 2014 14:00 WIB
Beragam cara dilakukan pelatih untuk menjauhkan anak-anak asuhnya dari media, termasuk di antaranya pelatih tim nasional U-19, Indra Sjafri.
Tim nasional U-19 tidak hanya disiapkan secara fisik dan taktik, tapi juga menta. Pelatih Indra Sjafri menjaga agar para pemain tidak dibesar-besarkan media (Antara/Regina Safri).
Jakarta, CNN Indonesia -- Memainkan olahraga yang paling banyak digemari di Indonesia, tak heran jika para penggawa tim nasional menjadi sosok yang populer di dalam negeri. Dalam keberagaman masyarakat Indonesia, para pemain yang berbalutkan kostum merah putih ini menjadi entitas yang mampu menyatukan berbagai lapisan.  

Begitu pula dengan anak-anak muda yang tergabung di timnas Indonesia U-19.

Kesuksesan Piala AFF U-19 dan keberhasilan menembus putaran final Piala Asia U-19 mau tidak mau membuat pencari berita, gosip, hingga iming-iming menjadi bintang iklan mendekati anak-anak muda ini .

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini membuat pelatih timnas Indonesia hingga ketua Badan Tim Nasional (BTN) memagari pemain timnas U-19 agar tetap berkonsentrasi pada permainannya.

"Mereka fokus membela timnas. Sebaiknya jangan ada pihak yang menawarkan para pemain menjadi bintang iklan. Pemain yang terlanjur menjadi bintang iklan di layar kaca, mungkin saja dicoret oleh pelatih Indra," ujar ketua BTN, La Nyalla Mahmud Mattalitti, dalam sebuah konferensi pers di bandara Soekarno Hatta tahun lalu.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, juga pernah menjadi salah satu pihak yang berusaha menjauhkan timnas U-19 dari sorotan publik.

"Timnas U-19 harus dimurnikan dan dilarang membintangi iklan karena akan menimbulkan persaingan tidak sehat," ujar Roy Suryo seperti dilansir dari Detik.

Hal ini sejalan dengan pemikiran pelatih timnas U-19, Indra Sjafri, yang merasa belum saatnya para pemain populer dengan cepat.

Meskipun menganggap wajar perhatian terhadap anak asuhnya, Indra berpendapat ia harus menetapkan batasan tertentu untuk kepentingan para pemain sendiri.

Akan tetapi, Indra juga mengakui sebenarnya tidak menjadi masalah jika suatu saat anak asuhnya tampil di media.

"Bukannya jelek kok. Mereka kan butuh terekspos juga, untuk latihan mental dan  belajar berhubungan dengan media," ujar Indra seperti dilansir detik.

Meskipun terkesan membatasi pemain, tindakan protektif terhadap timnas U-19 dirasa perlu, terlebih jika berkaca pada timnas senior.

Pada 2010 lalu, pelatih timnas senior Indonesia, Alfred Riedl, merasa sorotan berlebihan media mengganggu fokus pemainnya.

Akhirnya Riedl melarang media melakukan wawancara pemain, serta tidak mengizinkan para pemainnya menghadiri undangan datang ke stasiun televisi.

Pada saat itu, perhatian media terhadap timnas memang sedang besar, terlebih dengan munculnya dua pemain baru, Irfan bachdim dan Cristian Gonzalez, yang paling sering mendapatkan sorotan.

Proteksi Pemain Untuk Kepentingan Tim

Tindakan pelatih dalam melindungi tim dari media memang diperlukan agar pemain tetap fokus. Tidak jarang para pelatih sepakbola juga memberlakukan larangan maupun kebijakan yang mungkin bagi masyarakat awam dianggap aneh.

Timnas Jerman, misalnya, membangun markas mereka sendiri dari nol pada pergelaran Piala Dunia 2014 lalu di Brazil.

Jika tim-tim lain memilih untuk menginap di hotel, Jerman malah untuk membangun sebuah 'benteng' di Santo Andre. Selain mengakomodari tim selama berlangsungnya piala dunia, 'benteng' ini juga melindungi para pemain dari media.

Area "terisolir" itu memungkinkan pemain Jerman semakin mempererat hubungan antar pemain, dan juga membuat mereka jauh dari gangguan pihak luar.

Hasilnya terlihat ketika tim asuhan Joachim Loew ini berhasil mengangkat trofi di akhir turnamen.

Jika Indonesia melarang media dan Jerman membangun 'benteng' sendiri, hal yang lebih unik terjadi di Meksiko.

Pada saat pergelaran piala dunia lalu, para pemain timnas Meksiko dilarang berhubungan intim dengan pasangannya.

"Jika pemain tidak dapat melewatkan satu bulan atau 20 hari tanpa berhubungan intim, maka mereka tidak siap menjadi seorang profesional," tegas manajer tim, Miguel Herrera, seperti yang dilansir dari Telegraph.

Tindakan ini juga dilakukan di berbagai negara lain seperti Rusia, Kamerun, Ghana, Korea Selatan, hingga Bosnia Herzegovina.

"Mereka dapat mencari solusi lain, mereka bahkan dapat bermasturbasi jika mereka mau," ujar Safet Susic, manajer timnas Bosni
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER