Beograd, CNN Indonesia -- Saudara dari Perdana Menteri Albania, Edi Rama, menolak anggapan bahwa ia dalang dibalik insiden penerbangan bendera Albania pada laga kualifikasi Piala Eropa 2016 antara Serbia dan Albania yang berbuntut rusuh.
Sebelumnya, beberapa media Serbia mengabarkan bahwa ia ditangkap di tribun VIP dengan pengendali jarak jauh di tangan.
Pada laga itu, bendera yang diterbangkan ke atas lapangan dengan pesawat
drone quad copter itu diamankan pemain belakang Serbia, Stefan Mitrovic.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun pemain Albania menganggap Mitrovic tidak menghormati simbol negara, lalu menyerang pemain belakang tersebut. Kericuhan lalu meluas dengan penonton yang juga menyerbu lapangan.
Suporter Albania dilarang untuk datang ke stadion, namun media Serbia mengabarkan bahwa Olsi --saudara dari Edi Rama-- bisa menembus aturan tersebut karena bantuan beberapa diplomat Eropa.
Olsi yang juga memegang kewarganegaraan Amerika Serikat kembali ke Albania dengan menggunakan pesawat tim. Ia mengakui bahwa dirinya sempat ditarik oleh polisi Serbia ketika terjadi kerusuhan, namun tidak pernah ditangkap.
"Saya belum pernah sekalipun menggunakan drone dalam hidup saya, dan hanya pernah membelikan anak saya mainan helikopter."
Menurut CNN Internasional, Olsi Rama dibebaskan karena instruksi perdana menteri Serbia, Aleksandar Vucic.
Pada Rabu (15/10), satu grup pendukung Albania yang menamai kelompok mereka "The Smugglers" mengunggah foto di media sosial Facebook, yang menunjukkan sejumlah pria berpose dengan drone identik bertipe quad-copter.
Di bawah foto ada keterangan, "Tindakan dan bukan hanya kata-kata."
Satu pengguna Facebook juga berkomentar pada foto tersebut, "Ini bukan ide saya, tapi dari anak lelaki paman saya. Sebelumnya, kami tidak pernah percaya ini akan bisa dilakukan secara sukses. Saya sangat bahagia.
Pengakuan dari dari para pendukung Albania ini belum dapat dipastikan kebenarannya,
Merusak Tonggak BersejarahInsiden kerusuhan ini ditengarai ini bisa mengacaukan upaya diplomasi bersejarah, yaitu kunjungan Perdana Menteri Rama ke Beograd pada 22 Oktober.
Terakhir kalinya pemimpin Albania berkunjung ke Serbia adalah pada era diktator Enver Hoxha pada 1946.
Kunjungan Rama dipuji sebagai tonggak penting dalam hubungan kedua negara, yang bertujuan untuk bergabung dengan Uni Eropa. Meski demikian, menteri luar negeri Serbia, Ivica Dacic, berkata pada harian Serbia, Blic: "(Olsi) Rama seharusnya menjadi tamu. Insiden ini memberikan dimensi politik baru; ini adalah provokasi politik."
Seusai laga, Edi Rama, mengunggah cuitan pada akun media sosial Twitter: "Bangga atas pencapaian tim hitam-merah, yang memenangkan pertandingan dengan permainan dan peluang mereka ketika laga masih berlangsung."