Jakarta, CNN Indonesia -- Pada 1968, Komite Olimpiade Mexico City mencabut gelar juara dua atlet atletik Amerika, Tommie Smith dan John Carlos Meg, yang meraih emas dan perunggu dalam cabang lari 200 meter. Pencabutan ini akibat keduanya memberi salam yang dianggap rasis di atas podium kemenangan.
Sikap kedua atlet tersebut dilakukan sebagai protes kebijakan rasis di Amerika dan juga sebagai dukungan pada persatuan kekuatan ras Afrika-Amerika.
Namun, peristiwa yang dikenal sebagai
black power salute ini mampu menjadi momen kebangkitan perjuangan gerakan hak-hak sipil di Amerika serikat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana Boikot OlimpiadeBermula dari kekecewan terkait kebijakan rasis yang mengkerdilkan keberadaan warga Amerika keturunan Afrika, seorang profesor ilmu sosiologi mencetuskan program Olimpiade untuk Hak Asasi Manusia (OPHR).
Adalah Harry Edwards, dosen Universitas San Jose State yang juga teman dekat Smith. Edwards mengimbau agar tim peserta olimpiade Afro-Amerika memboikot pertandingan di olimpiade yang akan digelar satu tahun kemudian.
"Orang Afro-Amerika harus menolak dimanfaatkan sebagai 'binatang pertunjukan' dalam arena," kata sang profesor.
Ide boikot tersebut sempat menjadi pertimbangan seluruh tim Afro-Amerika. Namun, ide tersebut menghilang bak uap air dan tak pernah terwujud.
Salam Kulit Hitam dari Atas PodiumTommie Smith dan John Carlos Meg akhirnya tetap mengikuti gelaran olimpiade yang diselenggarakan di Meksiko itu. Bahkan, keduanya berhasil meraih juara.
Smith meraih juara pertama dari atletik pada cabang lari 200 m. Sementara Carlos menggondol perunggu karena berhasil menduduki posisi ketiga.
Kala naik podium untuk menerima medali raihannya itulah, keduanya melancarkan aksi protes. Smith mengangkat tangan kanannya untuk mewakili kekuatan orang-orang Afro-Amerika. Sedangkan Carlos mengangkat tangan kirinya untuk mewakili persatuan ras itu.
Bersama-sama mereka membentuk lengkungan dan menyatukan kedua tangan mereka. Menariknya, kedua atlet tersebut mengenakan sarung tangan hitam saat melakukan
black power salute.
Menurut Smith, jika memenangi pertandingan, maka ia dianggap "orang Amerika". Jika kalah atau melakukan sesuatu yang buruk, orang akan melihatnya tak lebih sebagai orang kulit hitam rendahan.
Tak hanya pembatalan gelar juara, keduanya juga lantas diusir dari Meksiko. Mereka dianggap melakukan pelanggaran dengan membuat salam rasis berbau politik di ajang olimpiade.
Sebagian orang menyebut mereka pembuat onar. Namun bagi kaum Afro-Amerika, keduanya adalah pahlawan. Puluhan tahun berlalu sudah, Smith dan Carlos tetap dipuja.