Jakarta, CNN Indonesia -- Prestasi George Weah sebagai bintang sepak bola terbesar dari benua Afrika belum tertandingi hingga sekarang. Mantan legenda AC Milan itu masih menjadi satu-satunya pesepak bola Benua Hitam yang meraih gelar pemain terbaik dunia dari FIFA dan piala pesepak bola terbaik di Eropa, Ballon d'Or.
Satu-satunya hal yang kurang dari Weah adalah ia belum pernah bermain di pentas Piala Dunia untuk membela negaranya, Liberia. Namun, Weah tidak hanya menjadi seorang pesepak bola yang membela negaranya untuk memiliki taji di pentas dunia.
Selama hampir 20 tahun karirnya, Weah juga tercatat sebagai penyokong dana bagi timnas Liberia. Kesempatan terakhir Weah untuk membela The Lone Stars adalah di Piala Dunia Korea-Jepang 2002 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, di akhir babak kualifikasi zona Afrika, Weah harus menuai nestapa karena Liberia tertinggal satu poin dari Nigeria yang berada di peringkat pertama grup B.
Akhirnya Tim Elang Super yang lolos ke Jepang bersama empat juara grup zona Afrika lainnya.
Pemain Terbaik Dunia 1995Weah mendapatkan gelar pemain terbaik dunia FIFA dan Ballon d'Or pada tahun 1995 saat dia baru membela AC Milan. Pada perebutan piala Ballon d'Or, Weah meminggirkan bintang Bayern Munich Jurgen Klinsman dan penyerang Ajax Amsterdam Jari Litmanen di posisi kedua dan ketiga.
Namun hanya sebagian kecil dari kontribusi Weah di AC Milan yang membuat dua gelar individu paling bergengsi itu diberikan kepadanya. Permainan sensasional Weah bersama Paris St Germain (PSG)--sebelum pindah ke Milan--adalah penilaian terbesar diberikannya dua penghargaan itu.
Weah turut membantu PSG mencapai semifinal Liga Champion Eropa. Walaupun gagal mencapai final, Weah menjadi pencetak gol terbanyak turnamen itu dengan torehan 7 gol.
Pada 1996, Weah bisa mengulangi prestasinya menjadi pemain terbaik dunia. Namun, tahun itu ia hanya mampu menjadi
runner up di bawah Ronaldo yang bermain untuk Barcelona.
Ditemukan WengerBakat sepak bola Weah bisa dinikmati publik Eropa tidak terlepas dari jasa Claude le Roy. Roy yang melatih klub Kamerun, Indomitable Lions, merekomendasikan Weah kepada rekannya di Perancis, Arsene Wenger. Sang profesor yang saat itu melatih AS Monaco kemudian menarik Weah dari klub Kamerun, Tonnerre Yaoundé pada musim 1988/89.
Weah mencetak 47 gol dari 103 penampilan selama dua musim membela Monaco. Ia lalu pindah ke PSG dan mencetak 55 gol dari 138 penampilan. Performa Weah bersama PSG itu kemudian menarik hati pelatih AC Milan Fabio Capello untuk membawanya bermain di San Siro.
AC Milan akhirnya menjadi pelabuhan terlama Weah di Eropa. Ia membela klub itu selama lima musim--sampai usia 34. Di Milan, Weah bermain 147 kali dan mencetak 58 gol. Ia adalah pemain kunci saat Milan merebut
scudetto pada 1995/96 (bersama Capello) dan 1998/99 (bersama pelatih Alberto Zaccheroni).
Seperti dilansir situs asosiasi sepak bola Liberia, Weah paling menyukai golnya ke gawang Hellas Verona pada 6 September 1996. Media-media Italia juga menggambarkan proses gol itu seperti sihir.
Bermain di San Siro, Weah menggiring bola sendirian dan mengecoh tujuh pemain Verona sebelum mencetak gol.
Setelah dari Milan, Weah mencicipi Liga Inggris selama dua musim di Chelsea dan Manchester City. Ia akhirnya gantung sepatu setelah bermain semusim bersama klub Perancis, Marseille.
Total di seluruh karir profesionalnya, Weah telah mencetak 193 gol dari 478 penampilan. Sementara itu bersama timnas Liberia, Weah menyumbang 13 gol dari 60 penampilan.
PolitikusSetelah mengakhiri karirnya sebagai pesepak bola, Weah terjun ke politik. Pada 11 Oktober 2005, Weah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden Liberia. Ia disokong Partai Perubahan Demokrasi.
Weah memenangkan pemungutan suara putaran pertama. Namun, pada putaran kedua, pria asal kota Monrovia itu kalah 8,8 persen suara dari Ellen Johnson Sirleaf yang disokong Partai Kesatuan. Lima tahun kemudian, Weah mencoba kembali berkompetisi. Namun pada pemilu 2011 itu ia menjadi calon wakil presiden.
Hasilnya, sekali lagi, pasangan Weah kalah dari pasangan Sirleaf.
 George Weah saat bertemu dengan mendiang Nelson Mandela pada 27 Januari 1996. Weah dan mantan presiden Afrika Selatan itu sama-sama memperjuangkan kemanusiaan di benua Afrika. (Getty Images/Gary Prior) |
Weah yang mencurahkan tenaga dan hartanya untuk perjuangan timnas Liberia itu menegaskan pendidikan adalah hal yang diperlukan bagi semua orang-termasuk pesepak bola.
"Sepak bola memberi saya sebuah kesempatan dibanding banyak warga Liberia lainnya. Sekitar 80% warga Liberia tidak bekerja dan hanya setengah dari jumlah anak-anak yang bisa pergi ke sekolah dasar. Hanya 1 dari 20 anak yang pergi ke sekolah menengah pertama," tulis Weah dalam kolom yang dimuat Guardian, 26 Mei 2010. "Ini adalah cerita yang sama di seluruh benua (Afrika)."
Hal itu pulalah yang diakui Weah membuatnya terlibat dalam kegiatan kemanusiaan untuk memastikan anak-anak memiliki kesempatan meraih pendidikan di sekolah formal.
Ia mengkritik pemerintah negara-negara Afrika yang sedikit menganggarkan dana bagi pendidikan anak-anak di negaranya.
"Kita juga membutuhkan lebih banyak guru yang berpendidikan baik dan digaji dengan benar sehingga kita dapat menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang nyaman di setiap sekolah," tulisnya.