KASUS PSS-PSIS

Pengamat: Jangan Sampai FIFA Turun Tangan

CNN Indonesia
Selasa, 28 Okt 2014 18:04 WIB
Komisi Disiplin harus bergerak cepat menyelidiki dan memutuskan hukuman apa yang harus diterima kedua klub lantaran berpesta gol bunuh diri.
Komisi Disiplin dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia harus cepat bertindak menyelidiki dan menghukum kedua belah pihak. Penting, guna menghindari FIFA turun tangan. (Antara/Rahmad)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Disiplin harus bergerak cepat menyelidiki dan memutuskan hukuman apa yang harus diterima kedua klub lantaran berpesta gol bunuh diri.

"Hahaha.. Saya sudah lihat videonya. Itu sih komedi, bukan pertandingan sepak bola". Demikian diucapkan pengamat olahraga dari kalangan akademisi, Tommy Apriantono saat berbincang dengan CNN Indonesia melalui sambungan telepon, Selasa (28/10).

Pria yang akrab disapa Tommy ini mengaku heran dengan pola permainan yang ia saksikan rekamannya. "Saya heran, melihat permainan seperti itu, kenapa wasit tidak menghentikannya saja," kata Tommy. "Mereka kan berhak melakukan itu."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tommy, dalam kasus dengan force majeur, wasit punya hak untuk menghentikan pertandingan. "Permainannya sudah seperti itu, kenapa tidak juga dihentikan?"

Tommy menyayangkan hal seperti ini bisa terjadi lagi. Ya, gol bunuh diri sejenis pernah terjadi sebelumnya.

Adalah Mursyid Effendi yang menjebol gawangnya sendiri hingga menyebabkan kekalahan 2-3 bagi Indonesia dari Thailand, saat gelaran Piala AFC 1998, di Ho Chi Minh.

Lantaran peristiwa yang dikenal dengan sebutan sepak bola gajah ini, Mursyid dihukum tak boleh mengikuti pertandingan sepak bola seumur hidupnya. "Tapi yang kali ini sangat parah. Jika dulu Mursyid hanya satu, yang sekarang sampai lima," katanya menjabarkan.

Terkait dugaan kesengajaaan untuk memilih lawan, Tommy juga menilai hal ini memang bagian dari strategi. "Memang itu bagian dari strategi sepak bola. Strategi yang kotor," ujarnya menegaskan.

Dosen yang juga Kepala UPT Olahraga Institut Teknologi Bandung itu menegaskan bahwa semua orang yang terlibat di dua klub itu bersalah. "Hukumannya adalah keduanya didiskualifikasi, degradasi satu hingga dua tingkat, dan tidak diizinkan bermain bola lagi seumur hidup."

"Mursyid saja yang sendiri mencetak gol bunuh diri, dihukum seumur hidup. Apalagi ini banyak," kata Tommy.

Klub otomatis akan mengarah pada kehancuran. Sementara pemain akan memiliki catatan hitamnya sendiri.

"Jika ini perintah pelatih atau pemilik klub, pemain seharusnya bisa menolak. Mereka berhak menolak," ujar Tommy menegaskan.

Tapi, lanjut Tommy, pemerintah melalui Komisi Disiplin dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia harus cepat bertindak menyelidiki dan menghukum kedua belah pihak. Penting, guna menghindari FIFA turun tangan.

"Kalau FIFA yang turun langsung, bahaya sekali. Bukan hanya klub yang bersangkutan, tapi juga Indonesia secara negara akan dilarang mengikuti pertandingan bertaraf internasional."

Menurut Tommy, saat ini FIFA masih sedang menunggu sikap PSSI dan Komdis. "Pasti ada batas waktunya, meski saya tidak tahu. Dan jika itu terlewati, maka semua akan kena sanksinya."

Musibah beruntun. Kalimat tepat untuk menggambarkan drama lima gol bunuh diri hasil pertandingan PSS melawan PSIS bagi persepakbolaan Indonesia ini.

"Ya musibah beruntun. Sudah tidak dapat izin dari polisi hingga tak ada penonton, klub mau dapat uang dari mana? Ditambah main yang seperti ini."
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER