KASUS PSS-PSIS

Wasit Tak Bisa Hentikan Laga 5 Gol Bunuh Diri

CNN Indonesia
Selasa, 28 Okt 2014 17:06 WIB
Dalam pertandingan PSS-PSIS, peran wasit dalam memimpin pertandingan dipertanyakan. Mantan wasit LSI berpendapat bahwa minim yang bisa dilakukan.
Dalam laga PSS Sleman dan PSIS Semarang, terjadi lima gol bunuh diri, namun wasit tidak menghentikan laga tersebut. (Getty Images/David Cannon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Drama liga gol bunuh diri dan keengganan pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang untuk memenangkan pertandingan menimbulkan pertanyaan tentang peran wasit dan alasan laga tidak dihentikan.

Mantan wasit Liga Super Indonesia, Viator Ambarita, berpendapat bahwa minim hal yang bisa dilakukan wasit dalam situasi seperti itu.

"Enggan bermain, misalnya dengan hanya memainkan bola di daerah pertahanan sendiri, tidak melanggar Rule of The Game," ujar Viator saat dihubungi CNN Indonesia melalui telepon.   

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun dalam kasus yang tidak normal, wasit bisa saja memanggil kedua kapten untuk memperingati mereka," tambahnya lagi. "Jika memang terus berulang dan terlihat keanehan, maka wasit bisa melaporkannya pada pengawas pertandingan."

Viator sendiri mengaku tidak melihat rekaman pertandingan yang saat ini telah diunggah di Youtube dan tersebar di media sosial.

Namun, saat dideskripsikan oleh CNN Indonesia tentang para pemain kedua tim yang hanya memainkan bola di daerah pertahanan sendiri tanpa sekali pun berlari untuk menyerang, Viator tetap berpegang pada sikapnya bahwa memainkan bola di daerah sendiri tidak melanggar Rule of The Game. Demikian pula dalam masalah gol bunuh diri.

"Pertandingan dihentikan jika ada kerusuhan, penonton masuk ke lapangan, atau hal-hal lain yang mengganggu jalannya pertandingan. Ini pun harus dibicarakan terlebih dahulu dengan pengawas pertandingan," tambahnya lagi.

Hal ini juga diamini wasit utama pada laga PSS-PSIS, Hulman Simangunsong, saat ditemui jelang Komisi Disiplin PSSI, di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Selasa (28/10).

"Pertandingan hanya bisa dihentikan jika ada force majeur, pemain kurang dari tujuh, atau situasi keamanan yang tidak baik," ujar Hulman. Ia juga berujar bahwa wasit tidak bisa menghentikan laga karena mengikuti peraturan FIFA.  

Pengalaman Buruk

Ketika ditanya tentang pengalamannya memimpin laga dan bila ia pernah menemui kasus ketika kedua tim sama-sama tidak ingin menang, Viator mengaku belum pernah mengalami.

Kasus terkait Fair Play atau tindakan tidak sportif paling mendekati yang pernah ia alami adalah ketika memimpin laga Arema dan Persija, pada musim 2008/2009.

Kala itu pemain asing Arema, Buston Browne, mencetak gol ketika pemain Persija, Ponaryo Astaman, tergeletak cedera dan pemain Persija yang lain tak menghiraukan bola dengan bermaksud menghormati Fair Play.

"Saat itu gol juga tidak dianulir karena memang tidak melanggar Rule of The Game," kata Viator.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER