Jakarta, CNN Indonesia -- Tindakan PSS Sleman dan PSIS Semarang yang mencederai sportivitas membuat mantan pelatih kedua klub sedih. Bambang Nurdiansyah dan Daniel Roekito berharap PSSI bisa mengusut tuntas kasus lima gol bunuh diri tersebut.
Drama lima gol bunuh diri terjadi pada laga terakhir Grup N babak 8 Besar Divisi Utama 2014 antara PSS melawan PSIS di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, Minggu (26/10).
Diduga ingin menghindari Pusamania Borneo FC di babak semifinal, PSS dan PSIS berusaha mengakhiri pertandingan dengan kekalahan. Pertandingan berakhir dengan kedudukan 3-2 untuk kemenangan PSS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang, yang sempat membawa PSIS menduduki peringkat tiga Liga Indonesia 2005, mengaku terkejut dan sedih dengan drama lima gol bunuh diri tersebut.
"Sangat disayangkan ada rekayasa ini. Ini harus diselidiki, kenapa bisa terjadi. Apa maksud kedua klub, karena tidak mungkin hanya keputusan pemain. Mustahil pemain melakukan itu tanpa ada perintah," ujar Banur saat dihubungi
CNN Indonesia, Selasa (28/10).
Banur tidak ingin kesalahan hanya dilimpahkan kepada PSS dan PSIS. Pelatih 55 tahun itu juga berharap ada evaluasi di seluruh tubuh pemangku kepentingan sepak bola Indonesia.
Kesedihan juga dirasakan pelatih yang membawa PSS menempati peringat empat Liga Indonesia 2004, Daniel Roekito. Pelatih 62 tahun itu mengatakan, sepak bola Indonesia tidak akan maju selama peristiwa tidak sportif ini terus terjadi.
"Sudah banyak contohnya, tapi kita tidak pernah belajar. Tindakan seperti ini tidak mendidik. Bagaimana timnas kita mau bagus kalau kompetisinya saja masih seperti ini. Kita harus mengubah mental. Tindakan seperti ini sudah menjadi kebudayaan," ucap Daniel.
Pelatih idealisSaya tegas, tidak ada intervensi manajemen, termasuk ketika di PSISBambang Nurdiansyah |
Banur dan Daniel mengaku tidak pernah mendapatkan tekanan manajemen selama melatih PSIS dan PSS. Banur mengatakan, intervensi manajamen adalah sesuatu yang haram dalam karier kepelatihannya.
"Saya tegas, tidak ada intervensi manajemen, termasuk ketika di PSIS. Alhamdulillah tidak pernah ada permintaan mengalah selama di PSIS. Kita harus punya sikap. Saya tidak mau ada intervensi, termasuk dalam hal susunan pemain," ujar Banur.
Daniel memilih langkah yang lebih ekstrem. Mantan pelatih Persib Bandung itu memilih mundur daripada mendapatkan intervensi dari manajemen klub.
"Selama menjadi pelatih PSS, tidak pernah ada intervensi. Kita menjadi pelatih harus idealis. Masukan-masukan memang ada dari manajemen, tapi hanya sebatas itu. Saya lebih baik mundur jika ada tuntutan macam-macam dari manajemen," ucap Daniel.