Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan tentang waktu pelaksaan Piala Afrika baru akan diambil pada Senin (3/11) nanti, setelah pemerintah Maroko bertemu dengan Konfederasi Pemimpin Afrika. Rencana penundaan digulirkan setelah ada kekhawatiran tentang wabah virus Ebola.
Pertemuan yang akan dilangsungkan di kota Rabat tersebut telah dijadwalkan akhir bulan lalu, setelah pemerintah Maroko melayangkan surat kepada Asosiasi Federasi Sepakbola di Afrika (CAF) untuk meminta penundaan.
Hal ini dilakukan karena adanya rekomendasi dari kementerian kesehatan Maroko yang menyatakan bahwa menyelenggarakan turnamen 16 tim akan beresiko menyebarkan virus mematikan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semula CAF menolak permintaan itu dan memaksa agar turnamen selama tiga minggu tersebut tetap dilaksanakan.
Sebagai langkah antisipasi jika pemerintah Maroko tetap bersikukuh ingin menunda pelaksanan, maka CAF telah meminta tujuh negara bersiap-siap untuk menjadi tuan rumah dadakan. Namun, hal ini tidak mendapatkan respons yang baik, sehingga pembicaraan pada Senin akan memiliki arti signifikan.
Pada pekan lalu, media lokal Maroko mengabarkan bahwa delegasi Maroko sempat terbang ke Kamerun untuk bertemu dengan presiden CAF, Issa Hayatou untuk menjelaskan kondisi di dalam negeri.
Sementara media Maroko yang lain melaporkan bahwa telah diambil keputusan berupa pengunduran turnamen ke bulan Juni, namun kabar ini dengan cepat ditepis CAF.
Menarik PernyataanJika pelaksanaan Piala Afrika diundur, maka ini berarti CAF menarik kembali pernyataannya bulan lalu.
"Penting untuk diperhatikan bahwa sejak Piala Afrika pertama kali diadakan pada 1957, kompetisi ini tidak pernah ditunda atau dibatalkan," demikian pernyataan dari badan yang bermarkas di Kairo itu ketika permintaan Maroko untuk mengundurkan diri pertama kali terdengar.
Saat ini, belum ada kasus Ebola yang terjadi di Maroko. Hanya ada satu negara yang dijangkiti wabah mematikan ini yang memiliki peluang lolos ke putaran final.
Ironisnya, Maroko sendiri bersedia meminjamkan tempat kepada Guinea untuk melaksanakan pertandingan kualfikasi Piala Afrika pada September dan Oktober lalu. CAF telah melarang Guinea untuk melaksanakan laga di kandang sendiri karena wabah Ebola.
Guinea adalah satu dari tiga negara Afrika barat yang dilarang menggelar pertandingan sepakbola di level apapun. Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (31/10) lalu menyatakan bahwa "transmisi penyakit masih terjadi secara cepat di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone."
WHO juga memberikan perbaruan data tentang jumlah korban yang meninggal, yaitu 4.951 tewas dari 13.567 yang positif terkena virus ini di delapan negara hingga akhir Oktober.
Jumlah penderita yang meninggal itu mencapai 2.413 di Liberia, 1.510 di Sierra Leone, 1.018 di Guinea, delapan di Niegeria, satu di Mali, satu di Amerika Serikat. Sementara itu, wabah terpisah yang terjadi di Republik Demokratis Kongo telah menewaskan 49 orang.