Bandung, CNN Indonesia --
Walikota Bandung, Ridwan Kamil, hadir di Stadion Jakabaring, Palembang, ketika Persib Bandung melakoni laga semifinal dan final Liga Super Indonesia. Kepada CNN Indonesia, ia bercerita tentang kedekatannya dengan Persib, alasannya menyewa pesawat Hercules ke Palembang, serta mengapa ia terlihat menganaktirikan klub Bandung lainnya, Pelita Bandung Raya.
Bisa ceritakan awal kecintaan Anda terhadap Persib?
Rata-rata Persib sudah menjadi napas keseharian warga bandung sejak kecil. Sejak kecil saya sudah hidup dengan kepahlawanan Persib. Zaman SMA saya kapten tim sepak bola Belitung Muda 3. Klub saya ini pernah ikut kompetisi klub Persib, dan sering kalah.
Dalam perjalanannya ketika masih kuliah pada 1995, itu Persib terakhir menang. Dulu pernah kalah sama PSMS zaman kipernya Ponirin Meka. Kalah penalti. Banyaklah memorinya.
Setelah 19 tahun berlalu, jatuh bangun, karena dari Persib sebagai klub milik pemerintah kota yang biayanya dari APBD, pelan-pelan bergeser menjadi klub profesional. Awalnya belum membuahkan hasil, baru kemarin berhasil masuk ke final.
Kebetulan saat ini kapasitas saya sudah menjadi wali kota, maka saya kerahkan kapasitas saya untuk mendukung. saya datang langsung ke pertandingan-pertandingan.
Pernah berpikir menjadi pemain Persib?
Tidak. Saya tidak punya cita-cita masuk Persib. Sepak bola hobi saja.
Apa pesan Anda untuk para pemain Persib sebelum final?Saya ingatkan, saya semangati nilai-nilai perjuangan dan doa warga Bandung. Bahkan bubar final, pesan ibu saya harus sujud syukur, saya lakukan. Semua pemain Persib sujud syukur, itu saya yang suruh.
Jadi Persib itu identitas warga Bandung. Ketika identitas ini tidak muncul, kan sedih. Ketika hadir lagi, ya seperti ketemu jodoh gitu yang susah didapat.
Kayak udah takdir. Saya bikin Bandros (Bandung Tour on The Bus) dua, pas Persib juara, jadi selebrasinya kayak tim Eropa. Dulu kan pakai mobil kijang. Kalau sekarang kan keren. tidak ada di Indonesia. Bandros ini sudah saya bikin satu tahun lalu, untuk turis. Tapi, dari awal sudah mimpi, kalau Persib juara pakai ini, dan benar kejadian.
Pemain Persib paling diidolakan?
Makan konate. Usia masih muda, bola kayaknya tuh nempel saja terus sama dia. Badan lentur, bikin gol banyak, orangnya baik. Jadi mudah-mudahan dikontrak persib tiga tahun lagi.
Kalau pemain sepanjang masa, ya saya mainstream, Adjat Sudrajat dan Robby Darwis. Itu pahlawan semuanya warga Bandung.
Bisa diceritakan awal cerita penggunaan pesawat Hercules?
Semua orang ingin ke Palembang, tapi bagaimana caranya? Kan tiket terbatas. Akhirnya saya minta tolong ke KSAU. Mungkin tidak dibantu? Saya ceritakan mimpi besar warga Bandung, kalau TNI AU bisa kan ini akan membahagiakan warga bandung. Kan TNI dekat dengan rakyat. Alhamdulillah dibantu dua Hercules. Itu bukan carteran, hanya dikasih pinjam. Makanya sekarang saya mau ucapkan terima kasih.
Perayaan gelar juara Persib sempat diganggu pelemparan yang dialami bus Bobotoh. Sejauh mana Anda mengetahui insiden tersebut?
Saya dibangunin jam 2 pagi, karena katanya masih ada bus yang tertahan. Kita kan tidak tahu ya jumlah bus itu ada berapa. Ada yang bilang semua sudah sampai Bandung. Ada yang bilang belum, ada yang masih tertahan di Merak, ada yang dilempari di Bakauheni. saya tidak tahu ada berapa kejadiannya.
Yang saya tahu, ada lebih dari 30 Bobotoh luka-luka. Ada yang parah, harus dioperasi, ada yang remuk kakinya. ada yang bocor kena batu. Bukti2 fisik juga ada. Berita-berita yang beredar di media tidak sepenuhnya objektif, seolah-olah peristiwa pelemparan hanya di JOR kilometer 27. Padahal ada banyak, di setiap titik jembatan menurut pengakuan Bobotoh itu dilempari.
Apapun itu, pada dasarnya, saya tidak berpihak kepada kekerasan. Jadi siapa yang melakukan kekerasan tidak dibenarkan harus dihukum dan diproses. Ini budaya-budaya yang harus dihilangkan.
Saya telepon Kapolda Jabar, Kabareskrim Polri, Kapolda Lampung. Semua saya teleponin, untuk meminta tim bergerak ke lapangan setiap ada laporan. Daripada ada korban jiwa, kalau ditelepon jam 2 pagi tidak masalah sebagai bentuk tanggung jawab.
Saya tidak menghubungi Polda Metro Jaya, tapi menghubungi pak Suhardi Alius (Kabareskrim), karena kebetulan dia juga mantan Kapolda Jabar.
Apa langkah Anda selanjutnya? Apakah akan mengambil tindakan hukum?
Kalau seperti ini kan gampang-gampang susah ya, kalau tidak ada saksi dan tangkap tangan. Makanya yang penting, pas kejadian kalau ada tolong diproses, kalau tidak tertangkap pelakunya, kita edukasi supaya tidak terulang. Mereka yang terugikan, tadi kami coba bantu.
Dari mana seluruh biaya pengobatan dan penggantian bus yang rusak? Apakah dari APBD?
Penggantian secukupnya ini bukan dari APBD. Lebih kepada suporter-suporter yang baik hati yang memahami permohonan bantuan dari saya, agar nama baik kota Bandung tetap terjagalah. Itu dari teman-teman pengusaha.
Jadi yang dibantu biaya rumah sakit Bobotoh. Bus-bus yang rusak kita cek apakah ada asuransi atau tidak. Termasuk mobil-mobil yang terdampak saat perayaan.
Itu tidak ada APBD. Saya klarifikasi, tidak ada sepeser pun uang APBD yang dipakai untuk membiayai Bobotoh dan Persib. Bus itu juga sama dari pengusaha-pengusaha yang menyediakan. Saya taat aturan, kalau saya langgar pasti nanti akan dipertanyakan dasar hukumnya. Pawai ini juga sama. Saya taat asas.
Ada peraturan dari pemerintah pusat bahwa tidak boleh ada satu sepeser pun dana APBD untuk klub profesional. Karena Persib sudah profesional, maka kami tidak memberikan dana sepeser pun. Persib mengerti, bahwa hubungan kami adalah hubungan profesional, bukan hubungan kapital. Pelita Bandung Raya juga sama.
Menyinggung Pelita Bandung Raya. Anda sempat dianggap menganaktirikan Pelita Bandung Raya. Bagaimana tanggapan Anda?
Bandung Raya masih saudara muda Persib. Masih ada kata Pelita yang membuat sebagian orang jadi kagok. Kalau full Bandung Raya mungkin akan beda ceritanya. Semifinal saya juga datang ke ruang ganti PBR. Tanya itu Bambang Pamungkas. Saya doakan ,saya beri semangat. Tapi situasinya berbeda, tidak masuk ke final.
Pesan Anda untuk klub sepak bola yang masih mengandalkan APBD?
Kalau Persib dan Arema bisa, klub lain harusnya bisa. Tinggal punya manajemen yang profesional, yang bisa membawa pebisnis-pebisnis ke klub, dan menunjukkan ada nilai ekonomis di klub sepak bola. Dibangun emosi warganya, kadang-kadang harus orang gila sepak bola juga yang keluar uang.
Tapi artinya Persib yang paling profesional. Sponsor yang mengantre banyak. Suporter Persib juga sampai ke ujung dunia
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT