Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PSIS Semarang belum menerima surat
sanksi denda yang dijatuhkan FIFA atas dugaan pembocoran data Transfer Matching System (TMS) FIFA yang bersifat rahasia melalui Twitter.
General Manager PSIS, Khairul Anwar, bahkan mengaku bingung dengan sanksi yang diberikan FIFA. Khairul mengatakan, pihaknya tidak mengetahui insiden cuitan mana yang membuat PSIS mendapat sanksi dari FIFA.
"Kami belum terima informasi ataupun surat. Saya baru mengetahuinya lewat media. Jujur, kami masih bingung insiden yang mana," ujar Khairul saat dihubungi
CNN Indonesia, Rabu (10/12).
"Bahkan seingat saya, kami tidak punya Twitter resmi. Jadi ini PSIS kami atau PSIS zaman IPL (Liga Primer Indonesia), kami belum tahu," sambungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khairul mengatakan, PSIS saat ini tidak ingin fokus membahas kasus sanksi FIFA. Manajemen tim berjuluk Laskar Mahesa Jenar itu lebih memilih fokus ke banding sejumlah pemain PSIS yang tersandung kasus sepak bola gajah.
"Kami masih menunggu surat FIFA. Saat ini kami belum bisa berkomentar apa-apa. Nanti kami akan melihat suratnya dulu, baru bisa mengambil langkah-langkah," ucap Khairul.
PSIS menjadi salah satu dari tiga klub Indonesia yang mendapat sanksi FIFA. Dua klub lainnya adalah Persebaya Surabaya dan Persires Bali Devata.
Seperti dikutip dari situs resmi FIFA, Persebaya dan Persires masing-masing didenda 25 ribu franc Swiss atau setara Rp318 juta karena mengunggah data rahasia TMS di akun resmi Twitter klub.
Sedangkan PSIS terjatuhi sanksi denda sebesar 15 ribu franc Swiss atau Rp191 juta karena mengunggah ulang cuitan tersebut dan juga mengunggah surat rahasia yang dikirimkan oleh FIFA TMS.
PSSI sendiri, melalui Sekretaris Jenderal Joko Driyono, mengaku
belum bisa berkomentar banyak mengenai sanksi yang diberikan FIFA.