Jakarta, CNN Indonesia -- Musim kompetisi 2015, Putra Samarinda akan beralih menjadi Bali United dan memindahkan markas mereka ke Pulau Dewata. Satu dari beberapa alasan yang ditengarai mendorong manajemen klub melakukan hal ini adalah karena ketiadaan suporter.
Selain karena suporter sepak bola di Samarinda lebih memilih untuk mendukung Pusamania Borneo FC, lokasi markas Putra Samarinda, Stadion Palaran, yang jauh dari pusat keramaian pun menjadi penghalang para penggemar sepak bola untuk datang ke stadion.
Padahal, ketika dibangun oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII 2008 lalu, Stadion Utama Palaran merupakan salah satu stadion terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stadion KebanggaanDapat menampung sekitar 40 ribu penonton, stadion yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 18 Juni 2008 silam, sempat menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Kaltim.
Komplek Stadion Utama Palaran ini memakan dana pembangunan sekitar 1,2 triliun rupiah, yang mencapai setengah Anggaran Pendapatan dan Belanda Daerah (APBN) Kalimantan Timur pada 2004 sebesar tiga triliun.
Pembangunan stadion tersebut sendiri memakan waktu 993 hari mulai dari 28 September 2005 hingga 20 Juni 2008.
Satu keunggulan dari stadion ini adalah sistem satu tempat duduk untuk satu orang (
single seater), yang berbeda dengan kebanyakan stadion di Indonesia yang menggunakan kursi beton.
Menjadi Gajah PutihNamun setelah penyelenggaraan PON XVII 2008, nasib Stadion Utama Palaran tersebut menjadi terbengkalai. Pasalnya nyaris tak ada kegiatan skala besar yang berlangsung di stadion tersebut.
Menurut catatan CNN Indonesia, sejak 2008 lalu, tim selain Pusam yang sempat menggunakan stadion tersebut hanyalah tim nasional U-19 melawan Pusam U-21 dalam bagian Tur Nusantara.
Ketiadaan aktivitas serta mahalnya biaya pemeliharaan membuat stadion ini tak terurus.
Menurut satu sumber, botol minuman keras hingga kondom bekas pakai merupakan pemandangan yang umum dijumpai di sekitar stadion. Bahkan, tim sepakbola Putra Samarinda (Pusam) yang sempat menjadikan Palaran sebagai kandang mereka, pernah melontarkan kekecewaan mereka kepada pihak pengelola stadion.
Meski sempat ada perbaikan stadion menjelang pertandingan tim nasional Indonesia U-19 melawan Pusam U-21, banyak bagian dari stadion tersebut yang sudah mengalami kerusakan.
Kondisi rumput lapangan juga sudah mulai tumbuh secara tidak merata, sehingga pernah diakui oleh Presiden Direktur Pusam, Harbiansyah Hanafiah, Pusam sempat menghabiskan banyak biaya untuk perbaikan dan perawatan lapangan.
Bahkan para pemain Pusam juga sempat mengeluhkan kondisi lapangan, pasca kepindahan mereka dari Stadion Segiri, yang tadinya menjadi kandang klub tersebut.
Kondisi lapangan yang keras serta jauhnya jarak antara mess pemain ke stadion merupakan keluhan-keluhan yang sempat dilontarkan oleh para pemain. Diperkirakan, butuh waktu perjalanan kurang lebih satu jam untuk mencapai stadion.
Kini dengan minggatnya Pusam dari Stadion Utama Palaran dan pindah ke Bali, nasib stadion yang dibangun dengan dana tidak sedikit itu semakin dipertanyakan.