London, CNN Indonesia -- Mantan pemain belakang Liverpool, Jamie Carragher, berkata bahwa ia muak karena sistem penjagaan zona dalam bertahan, atau yang lebih dikenal dengan
zonal marking, selalu disalahkan ketika satu tim kebobolan dari skema bola mati.
"Padahal bisa saja pemain yang salah mengartikan sistem tersebut. Kenapa
zonal marking-nya yang selalu disalahkan?" kata Carragher dalam acara analisis
Sky Sports sebelum laga antara Stoke City melawan Chelsea.
Carragher sendiri kala itu sedang mengomentari laga antara Liverpool dan Arsenal yang berakhir dengan skor 2-2. Arsenal sempat unggul hingga menit ke 90+5, namun lalu Martin Skrtel menyamakan kedudukan untuk Liverpool melalui sundulannya dalam skema umpan pojok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam analisis yang dilakukannya bersama Gary Neville, Carragher menyalahkan Calum Chambers yang memberikan ruang terlalu luas sehingga Skrtel bisa menusuk masuk untuk menyundul bola.
Menurut pemilik nomor punggung 23 semasa bermain di Liverpool tersebut, Chambers seharusnya "maju beberapa langkah" untuk menghalangi jalan Skrtel.
Carragher sendiri berulang kali menyatakan bahwa ia tidak berpendapat bahwa
zonal marking lebih baik dari
man marking (sistem satu pemain menjaga satu pemain).
Sistem man marking membuat pertanggungjawaban menjadi sederhanaGary Neville |
Namun, ketika tim yang bertahan dengan sistem
zonal marking kebobolan, ia kesal karena media dan para pecinta bola lebih sering menyalahkan sistemnya ketimbang orang yang melaksanakan.
"(Menyalahkan sistem) Ini tidak terjadi dengan
man marking. Selalu si pemain yang disalahkan jika ia tak bisa menjaga lawannya," ujar Carragher.
"Saya rasa orang-orang senang dengan sistem
man marking karena mereka dapat dengan mudah mengidentifikasi siapa yang salah."
Mantan wakil kapten Liverpool itu mengaku ia tahu banyak tentang sistem zona terutama karena ia selama tujuh musim menggunakan cara tersebut di bawah Rafa Benitez.
"Saya ahli dalam hal ini," tegas Carragher.
Baca Juga: Kepala Bocor dan Hasil Imbang Kecewakan SkrtelSederhana Itu Penting Berbeda dengan Carragher, Neville tak pernah sama sekali menggunakan sistem pertahanan zona yang lazim diterapkan di Eropa daratan tersebut.
Menghabiskan karier profesionalnya di bawah asuhan Alex Ferguson di Manchester United selama 19 tahun, ia selalu diminta memainkan sistem
man marking.
Neville juga melihat bahwa keunggulan
man marking justru karena kesalahan ada pada pemain.
"Masalah pertanggungjawaban adalah hal penting dalam sepak bola.
Man marking membuat hal ini menjadi sederhana."
"Ini musuhmu. Satu lawan satu. Kamu harus kalahkan dia. Ini sangat sederhana."
Jika menjadi pelatih, saya pilih man marking.Jamie Carragher |
Neville kemudian berujar bahwa dalam sepak bola yang kini semakin rumit, dengan adanya pemain-pemain dari berbagai belahan dunia yang harus beradaptasi dengan kultur dan bahasa baru, maka kesederhanaan
man-marking menjadi penting.
"Penjagaan zona memerlukan latihan yang berulang-ulang agar para pemain mengerti sistem tersebut."
"Dibutuhkan pemain yang pintar membaca permainan dan memiliki kepemimpinan di dalam kotak penalti untuk menjalankan sistem zona itu," kata Neville yang menambahkan bahwa
zonal marking memiliki banyak area abu-abu tentang arah pergerakan pemain.
Ia lalu bercerita tentang pengalamannya di tim nasional Inggris bersama pelatih asal Swedia, Sven Goran Erikssen. Kala itu, menurut Neville, mantan pemain belakang Arsenal, Martin Keown, meminta pada Sven agar Inggris memainkan
zonal marking.
Namun ide ini ditolak mentah-mentah oleh Sven karena tim Inggris saat itu tak cukup memiliki pemimpin dalam tim.
"Coba bandingkan dengan tim Arsenal yang waktu itu berisikan Martin Keown, Tony Adams, Patrick Viera, atau Emannuel Petit. Mereka memang para pemain yang pintar mengorganisasi dan menyesuaikan diri."
Pada akhir diskusi, pendapat Neville tentang kesederhanaan
man marking itu diamini Carragher.
"Sebagai seorang pemain, saya lebih memilih untuk bermain zona."
"Tapi, jika saya menjadi pelatih, maka saya pilih agar tim saya memainkan
man marking."