Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden FIFA Sepp Blatter untuk pertama kalinya sejak 1998, atau ketika ia mengalahkan Lennart Johansson untuk menjadi presiden lembaga sepakbola terbesar di dunia tersebut, akan kembali menghadapi tantangan berat menuju kursi kepresidenan.
Pangeran Yordania, Ali Bin Al Hussein, yang bahkan belum lahir saat Blatter bergabung dengan FIFA sebagai direktur teknik pada 1975 lalu, merupakan salah satu kandidat kuat yang dapat menggeser Blatter.
Pangeran Ali yang mendeklarasikan pencalonannya, Selasa (6/1), menjanjikan transparansi untuk organisasi yang akhir-akhir ini bergelut dengan masalah korupsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangeran Yordania tersebut juga mendapatkan dukungan yang kuat dari Eropa, yaitu dari presiden UEFA, Michel Platini.
Selain Pangeran Ali, mantan diplomat Perancis dan juga mantan wakil sekertaris jenderal FIFA, Jerome Champagne, merupakan kandidat presiden baru FIFA yang lain.
Namun, posisi Champagne saat ini diprediksi akan kesulitan mendapatkan dukungan, terlebih setelah Al Hussein mendeklarasikan pencalonan.
Calon KuatPangeran Ali yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden FIFA Asia, didaulat sebagai pemimpin reformasi di komite eksekutif FIFA. Ia menjadi satu-satunya calon kredibel untuk menyaingi Sepp Blatter.
Apalagi jika mengingat Blatter telah lima kali mempertahankan kursi presiden, serta hanya mendapatkan dua tantangan berat selama 17 tahun era kekuasaannya di FIFA.
Selain Johansson, tantangan berat lainnya yang pernah dihadapi Blatter adalah presiden konfederasi sepakbola Afrika, Issa Hayatou pada 2002 lalu.
Blatter sendiri masih dipercaya untuk mendapatkan mayoritas dukungan dari 209 negara Anggota FIFA, meski tuduhan korupsi terus menerus menerpa organisasi yang telah berdiri selama 110 tahun tersebut.
Pemilihan presiden FIFA ini akan dilangsungkan pada kongres FIFA di Zurich, 29 Mei mendatang.
(mar/vws)