ORGANISASI SEPAK BOLA

Parlemen Eropa Akan Bahas Soal 'FIFA Baru'

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 09 Jan 2015 05:33 WIB
FIFA kembali menerima kritikan tentang ketidakmampuan otoritas tertinggi sepak bola dunia tersebut dalam mereformasi dirinya sendiri.
FIFA Dikritik tak bisa mereformasi dirinya sendiri oleh anggota Parlemen Eropa asal Inggris. (Reuters/Arnd Wiegmann)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota parlemen Inggris berusaha untuk mempromosikan kampanye 'FIFA Baru' dalam pertemuan Parlemen Eropa di Brussels pada bulan ini, setelah otoritas sepakbola dunia tersebut diwarnai skandal dan kasus korupsi.

"Orang-orang sudah lelah," ujar anggota Parlemen Inggris, Damian Collins, yang seringkali mengkritik cara FIFA dikelola.

"Saya berbicara kepada pemain amatir dan profesional, suporter, serta orangtua yang anaknya bermain dan mencintai sepakbola. FIFA kini menjadi bahan lelucon. Kami semua mencintai sepakbola, tetapi tidak menyukai bagaimana itu dijalankan."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertemuan Parlemen Eropa yang akan dilangsungkan pada 21 Januari mendatang salah satunya akan menghadirkan kandidat presiden FIFA, Jerome Champagne.

Kepala Inspeksi Pencalonan Piala Dunia 2018 dan 2022, Harold Mayne-Nicholls, serta mantan presiden asosiasi sepakbola Inggris (FA), David Triesman juga diperkirakan akan hadir.

Oleh karena itu, Collins menganggap pertemuan di Brussels mendatang akan menjadi langkah pertama untuk 'membuat FIFA baru'.

"Ini juga merupakan langkah pertama ketika politisi, pemain, suporter, dan organisasi lainnya akan bersama-sama mengkampanyekan perubahan," ujar Collins.

"Kami tidak berminat membicarakan apa yang salah di FIFA, karena kami semua tahu apa yang salah.

"Sejak pemilihan presiden (FIFA) pada 2011, kami semua dijanjikan perubahan. Namun FIFA telah menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mereformasi diri sendiri. Tetapi kita juga tahu bahwa masalah FIFA jauh lebih besar dari itu."

Collins juga mengkritik bagaimana FIFA menyikapi permasalahan mengenai laporan Michael Garcia terkait dengan tuduhan korupsi yang membayangi terpilihnya Rusia dan Qatar sebagai tuan rumah Piala DUnia 2018 dan 2022.

"Seperti keputusan Rusia dan Qatar, kisruh disekitar laporan Garcia menunjukkan bahwa demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas telah lama digantikan oleh korupsi, kesalahan menejemen, dan juga kepentingan pribadi," ujar politisi berusia 40 tahun tersebut.

"Kami ingin melihat sepakbola dipimpin oleh orang yang membuat keputusan dan mengambil keputusan dengan cara yang transparan, serta orang yang mementingkan kepentingan olahraga." (mar/vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER