Paris, CNN Indonesia -- Jika bukan karena sebuah ciuman, Andy Warhol mungkin tidak akan menjadi Raja Pop Art, setelah film bisu karyanya yang menampilkan ciuman selama empat menit mengguncang dunia seni.
Selain itu, jika bukan karena sebuah ciuman yang dilakukan oleh seorang pelaut dan seorang perawat di New York Times Square, foto Alfred Eisenstaedt mungkin tidak pernah melegenda.
Dan jika bukan karena ciuman pemain belakang Prancis, Laurent Blanc kepada rekannya, Fabian Barthez, Prancis mungkin tidak akan menjuarai Piala Dunia 1998.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu yang setidaknya dipercaya oleh Blanc, Barthez, dan mungkin seluruh tim nasional Les Blues.
Sebelum laga Prancis di Piala Dunia 1998, Blanc yang saat itu mengenakan ban kapten 'Tim Ayam Jantan' selalu mencium kepala botak Barthez.
Hal tersebut mungkin terdengar dan terlihat aneh, namun hasilnya Prancis meraih hasil sempurna di babak penyisihan grup C yang dihuni oleh Denmark, Afrika Selatan, dan Arab Saudi.
Prancis kemudian melewati hadangan Paraguay, Italia, dan Kroasia, sebelum menaklukkan 'Tim Samba' Brasil di final dengan skor telak 3-0.
Barthez juga hanya kebobolan dua gol selama pesta sepak bola dunia tersebut berlangsung sehingga didaulat menjadi penjaga gawang terbaik selama turnamen.
Apakah ciuman Blanc membuat Prancis berhasil menjuarai Piala Dunia? Sulit untuk membuktikannya.
Apalagi saat itu Prancis diperkuat sejumlah bintang-bintang mereka yang berada di puncak permainannya.
Selain memiliki Blanc dan Barthez, Prancis juga diperkuat oleh Lilian Thuram, Zinedine Zidane, Bixente Lizarazu, hingga Thierry Henry dan Emmanuel Petit.
Namun tim Prancis memang tidak lepas dari hal-hal yang berbau mistis. Sebut saja kebiasaan pelatih Raymond Domenech yang memilih pemain berdasarkan zodiak, hingga lagu Gloria Gaynor, 'I Will Survive' yang selalu dimainkan di ruang ganti 'Les Blues'.
(ard/vws)