Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah sekitar tiga minggu para bintang Afrika saling bersaing untuk memperebutkan trofi Piala Afrika 2015, dua raksasa benua hitam akan saling bertemu pada partai puncak di Estadio de Bata, Senin (9/2).
Mereka adalah Pantai Gading dan Ghana, dua negara yang menjadi pengekspor terbanyak pemain di liga-liga Eropa, namun sama-sama belum pernah keluar sebagai juara Afrika di era milenium ini.
Terakhir kali Pantai Gading keluar sebagai juara Afrika adalah 1992 lalu, saat mereka mengatasi lawan mereka di partai final saat ini, Ghana lewat drama adu penalti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan Ghana yang menjadi negara kedua yang paling sering menjuarai Piala Afrika setelah Mesir, terakhir kali melakukannya pada 1982 silam.
Apapun hasil laga final nanti, kedua pelatih dari masing-masing negara yakin partai final akan menyajikan pertandingan yang seru.
"Ini akan menjadi pertandingan yang sulit, karena Ghana adalah negara spesialis Piala Afrika," ujar pelatih Pantai Gading, Herve Renard dalam jumpa pers jelang laga final.
Hal senada juga diutarakan oleh pelatih Ghana, Avram Grant, yang untuk pertama kalinya merasakan atmosfer final Piala Afrika.
"Kami melihat banyak pemain berkualitas dan sepakbola berkualitas sepanjang turnamen ini, tetapi kami dapat mengharapkan yang lebih baik lagi," ujar pelatih berusia 60 tahun tersebut.
"Ada banyak pemain bagus di kedua tim sehingga kami semua dapat mengharapkan sebuah partai final berkualitas."
Kemungkinan Drama Adu PenaltiMeski catatan pertemuan kedua tim relatif berimbang (sama-sama meraih dua kemenangan dan sekali imbang dalam lima pertemuan terakhir), Pantai Gading lebih diunggulkan.
"Pantai Gading merupakan favorit untuk memenangi laga final," ujar mantan kapten Nigeria, Sunday Oliseh, yang pernah membawa negaranya menjadi juara Afrika pada 1994 silam.
"Pantai Gading memiliki pemain yang secara individu lebih baik dibandingkan Ghana, mereka juga bermain lebih baik sebagai tim, khususnya saat mereka kehilangan bola."
Namun Oliseh juga berpendapat bahwa Ghana yang memiliki Christian Atsu dan Ayew bersaudara (Andre dan Jordan) juga memiliki kualitas untuk mengejutkan sang favorit juara.
"Mereka menatap final sebagai kuda hitam, dengan tekanan yang lebih ringan dibandingkan Pantai Gading," ujar Oliseh melanjutkan.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan penentuan juara Afrika tahun ini akan ditentukan dalam drama adu penalti, seperti saat keduanya bertemu pada 1992 lalu.
Apalagi jika melihat sejarah kegagalan Pantai Gading untuk menciptakan gol di tiga partai final yang pernah mereka jalani.
Jadi siapa yang akan keluar sebagai juara? Pantai Gading di atas kertas saat ini memang lebih diunggulkan, namun jika mereka cepat berpuas diri dan tidak berhati-hati, Ghana akan dengan senang hati membungkam segala prediksi dan keluar sebagai juara.
(vws/vws)