Kairo, CNN Indonesia -- Sebagai bentuk dukungan kepada para suporter, Omar Gaber,
fullback klub Mesir Zamalek, menolak untuk bermain pada laga melawan ENPPI setelah ia mengetahui adanya bentrokan antara suporter klub dengan petugas keamanan. Gaber sendiri adalah sosok populer di kalangan pendukung Zamalek.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, terjadi bentrokan antara ultras Zamalek dengan polisi yang kemudian menewaskan setidaknya 14 orang dengan delapan lainnya luka-luka. Namun pertandingan tetap dilaksanakan.
Insiden ini adalah yang terburuk di sepak bola Mesir setelah insiden Port Said yang menewaskan lebih dari 70 suporter sepak bola pada 2012 lalu.
"Mereka tewas karena tergencet dan kekurangan oksifen," demikian sumber medis kepada media
Ahram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di area halaman Stadion Air Defense, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan anggota ultras yang dikenal dengan nama Ultras Ksatria Putih beberapa jam sebelum laga dimulai.
Menteri dalam negeri Mesir mengungkapkan bahwa suporter Zamalek mencoba untuk menerobos masuk ke dalam stadion sehingga petugas keamanan harus mencegah mereka untuk merusak sarana publik.
Namun ultras Zamalek menolak keterangan tersebut dengan mengatakan bahwa insiden dipicu karena hanya ada satu jalan masuk untuk ribuan penonton masuk ke dalam stadion yaitu "hanya melalui gerbang berukuran kecil yang dipasangi oleh kawat berduri".
Pertandingan antara Zamalek dan ENPPI sendiri dibatasi hanya boleh dihadiri oleh 10 ribu penonton dengan lima ribu tiket dijual secara bebas dan sisanya didistribusikan oleh pihak klub.
(vws)