London, CNN Indonesia -- Direktur Liga Primer Inggris, Richard Scudamore memicu kontroversi dengan pernyataannya yang mengaku tak masalah jika para pegawai klub di liga mendapatkan gaji minimum.
Kontroversi ini muncul lantaran kompetisi kasta tertinggi di Inggris tersebut mendapatkan keuntungan hak siar televisi sebesar 5,1 miliar poundsterling.
Menurutnya, Liga Inggris bertujuan untuk membuat kompetisi sepak bola terbaik, bukan ladang amal belaka. Scudamore sendiri diperkirakan mendapat penghasilan sebesar dua juta poundsterling tiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski mengaku tidak nyaman dengan mayoritas pegawai yang digaji minimum, ia mengatakan bahwa hal ini merupakan realitas dalam bisnis sepak bola. Seperti halnya industri talenta lainnya, dalam sepak bola, sejumlah orang bisa mendapatkan penghasilan yang begitu besar dibandingkan lainnya.
Kritikan Pedas Politisi Inggris
Pernyataan Scudamore tak pelak menimbulkan banyak kritikan dari kalangan pemerintah. Sekertaris Bisnis Pemerintahan Inggris, Vince Cable mengatakan, Liga Inggris seharusnya membayarkan gaji sesuai kemampuan mereka.
Dengan kata lain, upah pekerja di Liga Inggris harus lebih besar dibanding standar minimum pemerintah. "Ada banyak uang di olahraga. Anda memiliki banyak pemain yang dibayar dengan sangat tinggi," ujar Cable kepada
London's Evening Standard.
"Jika sebuah perusahaan dapat membayar gaji yang lebih baik, maka mereka harus melakukannya."
Kritikan pedas kepada Scudamore juga dilontarkan anggota parlemen dari Partai Buruh, David Lammy. "Dia (Scudamore) harusnya tidak sekadar merasa tidak nyaman, dia seharusnya merasa malu. Ini jelas-jelas keserakahan. Sesederhana itu," ujar Lammy.
Pada Desember lalu, Chelsea dikabarkan menjadi klub Liga Inggris pertama yang akan membayar para pegawai mereka dengan upah yang 'sesuai'. Langkah tersebut juga akan diikuti Manchester City.
Namun hal tersebut dipastikan tidak membuat klub-klub Liga Inggris lepas dari sorotan Partai Buruh di Inggris. Pasalnya, fatka memperlihatkan banyaknya pemain yang digaji mahal, sementara para pegawai mereka justru mendapatkan gaji di bawah standar.
(vri)