-- Klub-klub sepak bola besar di liga-liga bergengsi tak melulu berada dalam situasi yang menyenangkan. Beberapa dari mereka juga pernah terpuruk cukup dalam.
Dan seperti kebanyakan yang terjadi dalam kehidupan, saat terpuruklah kita baru akan mengenali siapa yang benar-benar mencintai. Pasalnya, saat itu justru banyak yang pada akhirnya justru meninggalkan kita.
Berada di "lembah dalam" adalah cobaan terberat bagi klub-klub yang lebih sering berjaya dengan segala "kemewahan" yang mengiringinya.
Mereka terbiasa dengan pemain-pemain andal bergaji mahal, ditambah teriakan suporter yang tak henti mengelu-elukan.
Beruntung, beberapa dari klub tersebut ternyata sungguh-sungguh dicintai pemain-pemain terbaiknya. Pun para suporter setianya.
Maka, kala mereka berada di titik terendahnya sekalipun, cinta sejati dari para pemain tersebut takkan pernah pudar.
Beberapa pemain telah membuktikan kecintaannya pada tim mereka, dan hingga kini dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari klub masing-masing.
Pada musim perdananya bersama Juventus, Alessandro Del Piero langsung memberi tanda mata keberadaannya di klub Italia tersebut. Dan pada musim kompetisi 1994-1995, Del Piero telah menjadi pemain reguler Nyonya Tua.
Capaian yang baik dalam karir Del Piero tak kunjung terhenti. Pada 1996, ia berhasil merebut gelar bergengsi Liga Champions lewat drama adu penalti melawan Ajax.
Di tahun yang sama, Piero juga mencetak gol yang akan terus dikenang saat mengalahkan River Plate 1-0 di ajang Piala Interkotinental. Penampilannya bahkan mendapat pujian legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona.
"Ia (Del Piero) berbeda dengan Zinedine Zidane. Jika harus memilih antarah dia (Del Piero) dan pemain Perancis (Zidane), tentunya saya akan memilih ia (Del Piero)," kata Maradona dalam sebuah kesempatan.
Terus menoreh prestasi, pada 2001, ban kapten resmi dikenakannya. Di bawah kepemimpinannya itu, Del Piero sukses membawa Juve meraih gelar Serie A serta memenangkan Liga Champions dengan mengalahkan Milan.
Gelar berikutnya lagi dicetak pada 2005 dan 2006. Saat itu, Del Piero mencetak sejumlah gol penting.
Sebuah gol kemenangan melawan Inter Milan, satu lagi saat menundukkan Udinese, dan sebuah gol imbang melawan Fiorentina, yang membawa Juve merebut gelar liga ke-29.
Namun, skandal Calciopoli sempat merusak catatan positifnya. Juve pun terdegradasi ke Serie B. Totalitas Del Piero kembali diuji.
Saat itu, banyak pemain Juventus lebih memilih pindah ke klub lain karena tidak ingin bermain di kompetisi serie B. Tidak begitu dengan pemain yang akrab juga disapa Ale itu.
Ia memilih tetap bersama Juventus melalui musim berat itu. Sebuah ungkapannya saat itu langsung mendunia.
Perjuangan berat mereka lalui. Dan, pada 19 Mei 2007, kemenangan besar atas Arezzo membuat mereka secara menikmati promosi ke Serie A dan diikuti dengan kemenangan kandang atas Mantova yang membuat mereka memastikan menjadi juara Serie B. Tak hanya Del Piero, penjaga gawang ternama asal Italia, Gianluigi Buffon juga sempat mengalami masa getir bersama Juventus.
Bersama Del Piero, Buffon memilih tetap bersama klubnya melalui masa-masa terburuk mereka didegradasi paksa ke Serie B akibat skandal pengaturan skor Calciopoli pada 2006 silam.
Juve membantu saya menjadi juara dunia dan oleh karena itu saya berutang banyak pada merekaGianluigi Buffon |
Kala itu, Gigi, begitu ia biasa disapa, tengah berada pada level performa terbaiknya. Di saat Juve terpuruk, tawaran-tawaran menarik pun mengalir padanya.
Gigi pun berdiri dengan keputusan yang mengejutkan. Ia menunjukkan dirinya tak sekadar pemain profesional, tapi juga punya hati yang mampu tulus mencintai klubnya.
Ia memilih berjuang dan bangkit bersama Juventus, meski sebagian besar rekan satu timnya hengkang begitu tahu klubnya terperosok ke jurang degradasi.
Utang budi pada Juveyang telah menjadikannya pemain kelas dunia menjadi alasan utamanya tetap mendedikasikan diri pada sang nyonya.
"Juve membantu saya menjadi juara dunia dan oleh karena itu saya berutang banyak pada mereka," katanya kala itu.
Petuah sang bunda, Maria Stella Buffon, menjadi pengingatnya tentang bagaimana menjalin hubungan baik dengan sesama.
"Mungkin saya memiliki pendidikan berbeda dari pemain lain, terutama dari kedua orangtuaku. Yakni dalam hal cara kita bersikap, menyangkut hubungan dengan orang lain," ujar Gigi.
Perjuangan Buffon dan teman-teman berbuah manis. Mereka berhasil melangkah lagi ke Serie A, dan hanya dalam waktu satu musim untuk memboyong gelar juara liga.
Buffon pun kini jadi legenda hidup bagi Juventus dengan segudang prestasinya.
Satu lagi pemain Juventus yang juga memilih tingga bersama klub tersebut saat mereka terpuruk ke Serie B, yakni Pavel Nedved.
Meski digadang-gadang akan hengkang ke Liga Inggris, Nedved membuktikan diri bertahan bersama sang nyonya.
“Saya akan mengakhiri karir saya bersama Juventus,” kata Nedved.
Alasan yang sama dengan Buffon, utang budi, membuat Nedved tak bergeming dari klub yang sudah membesarkan namanya tersebut.
“Saya sangat berutang budi kepada tim, dan terutama, kepada keluarga Agnelli.”
Menurut Nedved, tak ada beda signifikan antara Serie A dengan B. Semua, lanjutnya, tergantung bagaimana pemain bersikap.
Keputusan yang membanggakan klub itu diambil Nedved sepulang ia berlibur. Ia terpacu untuk mengembalikan klub ke Juventus ke Liga Serie A secepat mungkin.
Terkait hukuman yang dijatuhkan kepada klubnya, Nedved menilai hal itu sangat tidak adil. Menurutnya, ada klub lain yang seharusnya mengalami nasib sama.
"Saya akan bermain untuk Juventus, baik di Serie A maupun C," ujarnya tegas saat itu. Marco Reus, pemain sepak bola Jerman berusia 25 tahun itu memilih tak mengindahkan tawaran-tawaran menarik dari klub-klub besar Eropa yang meliriknya.
Itu menjadi pilihannya meski klub tempatnya bernaung saat ini tengah terancam turun kelas. Ia baru saja menandatangani kontrak barunya bersama Borussia Dortmund untuk kurun waktu hingga 2019.
Setelah diincar beberapa klub besar seperti Real Madrid, Bayern Munich, Manchester City, dan Manchester United, pesepak bola Boorussia Dortmund, Marco Reus akhirnya memantapkan diri untuk tetap tinggal.
"Dortmund adalah 'rumah' saya, dan Borussia adalah klub saya. Dan saya bahagia bisa tetap tinggal di BVB," kata Reus seperti dikutip dari Goal.
Reus memutuskan tetap tinggal dan ingin mengangkat pamor klub seperti dulu lagi. Ia mengaku akan banyak hal yang harus dikerjakan bersama Dortmund.
Namun, dengan dukungan suporter, ia yakin ia dan klubnya akan bisa menyelesaikan semua permasalahan.
Rasa senang juga ditunjukkan CEO Dortmund, Hans-Joachim Watzke. Sejak awal, ia mengaku yakin bahwa sang pemain gelandang andalannya ini akan tetap memilih tinggal di BVB.
"Kami tak pernah percaya rumor transfer. Kami justru yakin pemain luar biasa ini akan memilih tetap tinggal," kata Watzke.
Watzke juga berharap Reus bisa menjadi legenda klub seperti halnya Uwe Seeler di Hamburg dan Steven Gerrard di Liverpool.
"Hal itu terlihat seperti saat ini, ia memutuskan tetap tinggal di tengah krisis yang sedang melanda klub. Kami sangat tersanjung."