Cesc Fabregas, Si Raja Assist Eropa

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Senin, 16 Feb 2015 18:26 WIB
Cesc Fabregas jadi salah satu kunci sukses Chelsea. Status sebagai Raja Assist di Eropa sejauh musim berjalan jadi bukti sahih kehebatan Fabregas.
Fabregas jadi faktor kunci kesuksesan Chelsea memuncaki klasemen saat ini. (REUTERS/Eddie Keogh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kokohnya Chelsea di puncak Liga Primer Inggris dengan selisih tujuh poin dari Manchester City tidak lepas dari peran dan kontribusi pemain asal Spanyol, Cesc Fabregas.

Didatangkan dari Barcelona pada bursa transfer musim panas lalu, mantan pemain Arsenal tersebut saat ini telah menciptakan 15 assist kompetisi dari 22 pertandingan yang ia lakoni bersama The Blues di berbagai kompetisi.

Jumlah tersebut bukan hanya menjadikan Fabregas sebagai raja assist di Liga Inggris melainkan juga di Eropa. Hal itu terjadi lantaran catatan tersebut mengungguli jumlah assist Lionel Messi (13), Kevin De Bruyne (12), dan juga Cristiano Ronaldo (10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, jika ditambah dengan torehan assistnya saat masih membela Arsenal, Fabregas juga berada dalam jalur yang tepat untuk memecahkan rekor sebagai penghasil assist terbanyak di Liga Primer.

Rekor tersebut sejauh ini masih dipegang oleh Ryan Giggs (131), disusul oleh Steven Gerrard (100) dan Frank Lampard (96).

Sementara itu saat ini Fabregas berada di peringkat kelima dengan jumlah 86 assist, tertinggal tujuh assist dari pemain Manchester United, Wayne Rooney di peringkat keempat.

Dengan demikian, Fabregas jelas berpeluang untuk memecahkan rekor tersebut. Pasalnya, Giggs telah gantung sepatu sedangkan Lampard dan Gerrard kemungkinan besar tidak akan pernah meruput di Liga Inggris lagi setelah musim ini berakhir.

Sukses Fabregas tampil sebagai raja assist ini jelas merupakan kabar gembira bagi Chelsea dan kabar menyedihkan bagi Arsenal. Pasalnya sebelumnya Arsenal disebut memiliki peluang untuk kembali menggaet Fabregas setelah si pemain memutuskan untuk hengkang dari Barcelona.

"Sejak dia pergi (ke Barcelona), kami membeli Mesut Oezil. Kami memiliki Santi Cazorla, Jack Wilshare, dan kami tidak butuh gelandang serang lagi," ujar Wenger saat itu.

Namun ucapan itu seolah berubah menjadi penyesalan ketika melongok statistik yang ada. Pasalnya dari nama-nama yang disebut oleh Wenger, kontribusi mereka untuk Arsenal masih terbilang minim dibandingkan kontribusi Fabregas untuk Chelsea.

Cazorla baru menciptakan enam assist, Oezil baru tiga, sedangkan Wilshare bahkan baru menciptakan satu assist pada musim ini.

Torehan assist terbanyak justru dipegang oleh Alexis Sanchez yang lebih banyak diplot sebagai penyerang. Pemain yang juga pernah satu tim dengan Fabregas di Barcelona ini telah mengemas tujuh assist sejauh ini.

Spanyol, Tempat Lahirnya Para Maestro Operan

Catatan bagus Fabregas tersebut menambah dominasi pemain Spanyol dalam berbagai statistik yang terkait dengan masalah oper-mengoper bola.

Sebut saja nama pemain Bayern Munich, Xabi Alonso yang menjadi 'Raja Operan', setelah dirinya mencatatkan 108,5 operan tiap pertandingannya, jauh mengungguli peringkat kedua Thiago Motta (89,8 operan tiap pertandingan).

Selain itu jika membicarakan mengenai akurasi operan, di tanah Eropa masih belum ada yang mampu menyaingi akurasi pemain Spanyol lainnya, Xavi Hernandez.

Pada musim ini, pemain Barcelona tersebut mencatatkan 93,1 persen akurasi operan, unggul dari pemain Perancis yang merumput di Olimpique Lyonnais, Arnold Mvuemba (93 persen).

Dominasi para pemain Spanyol di bidang oper-mengoper, sedikit banyak tidak lepas dari tipikal permainan tim nasional mereka yang suka memainkan bola-bola pendek.

Permainan yang dikenal dengan istilah 'tiki-taka' tersebut merupakan salah satu faktor yang turut membantu dominasi Spanyol pada Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.

Namun meski permainan ini diidentikkan dengan gaya bermain Spanyol, publik mungkin sering lupa bahwa orang-orang yang berjasa mengembangkan permainan tersebut justru berasal dari Belanda.

Adalah Johan Cruyff yang mulai mengembangkan permainan 'tiki-taka' pada saat masa kepelatihannya di Barcelona pada 1988 hingga 1996 lalu. Setelah itu, dua orang Belanda lainnya, Louis van Gaal dan Frank Rijkaard meneruskan hal tersebut di Barcelona, sebelum diadopsi oleh klub-klub La Liga lainnya. (ptr/ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER