Jakarta, CNN Indonesia -- Michael Jordan adalah legenda dan itu berlaku bukan hanya untuk torehannya di data statistik NBA. Jordan juga legenda dalam banyak hal dan Air Jordan adalah salah satu bukti kelayakan status legenda yang ada padanya.
Jika Jordan adalah legenda yang sukses mengubah wajah NBA dari sekedar tontonan warga Amerika Serikat menjadi lebih mendunia, maka Air Jordan adalah pendobrak aturan-aturan konvensional dalam NBA. Air Jordan pula yang menjadi pionir tren sepatu bola basket di dunia.
Wilt Chamberlain, Bill Russell, Larry Bird, dan Kareem Abdul-Jabbar boleh jadi sudah didaulat sebagai penguasa NBA sebelum Jordan. Perolehan poin mereka tinggi, gaya bermain mereka mengagumkan, dan mereka punya posisi vital di tim masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun semua memakai sepatu putih di tiap pertandingan yang mereka mainkan. Hal itu sesuai regulasi yang ada di NBA.
Kemudian Jordan datang.
Saat itu ia memang rookie fenomenal yang dibicarakan banyak orang dan baru saja memenangkan medali emas Olimpiade 1984. Namun ia tetaplah 'anak bawang' jika dibandingkan nama-nama di atas.
Namun, 'anak bawang' itu berani tampil di musim pertamanya di NBA dengan menggunakan sepatu berwarna merah-hitam. Ia melakukan pelanggaran namun di saat bersamaan semua tahu sepatu yang dia gunakan bernama Air Jordan I.
Pertaruhan Nike Bersama JordanNike sendiri melakukan pertaruhan luar biasa saat mereka mengontrak Jordan di musim perdananya sebagai pemain NBA. Jika biasanya bintang-bintang olahraga mendapat kontrak eksklusif saat mereka sudah menorehkan prestasi fenomenal, maka tidak demikian halnya dengan Jordan.
Jordan dikontrak Nike saat saingan adidas belum mengetahui seberapa hebat Jordan bisa bertahan dalam persaingan NBA. Nike memberi semua apa yang diinginkan Jordan dan kerja sama itu pun terwujud.
Jordan dan sepatu berwarnanya itu kemudian diancam sanksi oleh David Stern, Komisioner NBA. Tidak tanggung-tanggung, ada ancaman senilai 5000 dollar AS pada setiap momen Jordan mengenakan sepatu berharga 65 dollar AS itu.
Nike tidak gentar. Nike menegaskan bahwa mereka siap membayar semua konsekuensi itu. Jordan pun tenang karena perusahaan siap membayar.
Menjadi Sepatu FenomenalSepatu berwarna yang diancam itu pun kemudian jadi fenomenal dan menjadi bahan perbincangan banyak orang. Sepatu itu pun kemudian laku keras di pasaran dan laris manis diburu oleh banyak orang.
Jelas, bukan hanya karena mendobrak aturan, Air Jordan I pun
booming lantaran Jordan sukses menjalani debut musim pertamanya dengan gemilang. Catatan 28,2 poin per laga membuatnya langsung menjadi bagian penting dari Chicago Bulls.
Status rookie of the year pun berhasil didapatnya. Sepatu berwarna itu seolah mendapatkan kepantasan untuk mendobrak aturan karena sang pengguna ternyata memiliki potensi besar untuk meledak sebagai bintang baru NBA.
Dari Air Jordan I, fenomena Jordan dan juga Air Jordan setelah itu tak bisa dihentikan lagi. Peminat Air Jordan makin membludak dan harganya yang semakin tinggi pun tak dipedulikan lagi.
Semua itu jelas karena Jordan juga makin sukses dalam perjalanan karirnya. Kehebatan Jordan di lapangan dipadu oleh kejelian marketing dari Nike membuat seri sepatu-sepatu Air Jordan terus dinanti setiap tahunnya.
Karena itulah, tiap-tiap seri kemudian dikaitkan oleh momen spesial Jordan.
Misalnya saja Air Jordan IV yang identik dengan 'The Shot,' tembakan yang dilakukan Jordan dalam game penentuan menghadapi Cleveland Cavaliers. Jordan terlihat seolah berhenti di udara saat melompat melakukan tembakan itu.
Ada pula Air Jordan VI yang identik dengan cincin juara pertama Jordan, dan Air Jordan VII yang identik dengan 'The Dream Team' di Olimpiade Barcelona 1992. Masih ada Air Jordan X yang identik dengan come back Jordan ke NBA, dan Air Jordan XXII yang identik dengan 'flu game,'sebuah pertandingan dimana Jordan sedang flu namun tampil hebat dan mencetak 38 poin di final NBA 1997.
Intinya, setiap seri Air Jordan selalu diiringi cerita-cerita hebat di baliknya. Itulah yang membuat nilai jual seri-seri Air Jordan makin tinggi di kalangan penggemar bola basket.
Sedemikian hebatnya pesona Jordan dan Air Jordan, bahkan ketika Jordan sudah memutuskan tak lagi bermain bola basket pada 2003, seri-seri Air Jordan tetap terus diproduksi. Baik itu seri baru maupun seri 'daur ulang' dari seri-seri sebelumnya. Semuanya laris terjual. Seri Jordan sendiri sudah berlanjut hingga seri Air Jordan XX9 tahun 2014 lalu.
Seperti dikutip dari NBC Sports, Nike saat ini mendominasi hampir 95 persen pasar sepatu bola basket. Dan dari jumlah itu, Air Jordan memegang porsi paling besar.
"Seperti yang pernah Jordan katakan pada saya, momen adalah segalanya," ucap Roland Lazenby, salah satu penulis buku tentang Michael Jordan seperti dikutip dari NBC Sports.
"Dia (Jordan) datang pada saat Nike yang tengah berupaya bertahan dalam persaingan bisnis coba melakukan pertaruhan besar padanya. Nike menawarkan jumlah besar pada pemain yang bahkan belum pernah bermain di NBA satu kalipun," tutur Lazenby melanjutkan.
Nike memang bertaruh besar dan mereka memenangkannya. Jordan pun membayar kepercayaan Nike dan kini kedua pihak masih terus menikmati hasil kolaborasi mereka meskipun Jordan tak lagi berlari di lapangan.
Nike Bukan Cinta Pertama JordanNike dan Jordan tak begitu saja menjalin kerja sama. Butuh usaha keras dari Nike untuk bisa mengikat Jordan. Itu semua karena Nike bukanlah cinta pertama Jordan.
"Saya sama sekali tidak tertarik untuk melakukan pembicaraan dengan mereka. Kamu coba lakukan apa yang bisa kamu lakukan untuk membuat saya bekerja sama dengan Adidas," tutur Jordan pada David Falk, agen Jordan seperti dikutip dari ESPN.
Jordan memang ingin menjalin kerja sama dengan Adidas namun brand tersebut tak kunjung serius memberinya penawaran.
Setelah itu Jordan sempat bernegosiasi dengan Converse, sepatu yang ia pakai saat berlaga di NCAA. Tapi ketika itu Converse sudah mengikat Bird dan Magic sebagai duta mereka.
Namun negosiasi itu tak membuahkan hasil baik setelah Converse gagal meyakinkan Jordan terkait rencana masa depan mereka.
Lalu akhirnya Jordan pun melangkah untuk bertemu dengan Nike dimana ia disambut Rob Strasser, Peter Moore, Howard White, dan Sonnt Vaccaro.
Meski awalnya malas-malasan, Nike sukses membuat Jordan terpukau dengan rencana Nike. Jordan kemudian menyebut beberapa poin mengapa ia tidak suka dengan karakteristik sepatu bola basket Nike.
"Saya bisa membuatnya seperti yang kamu inginkan," kata Moore coba meyakinkan Jordan.
Jordan makin tertarik, ia pun kembali berkeliling kantor Nike di mana ia dipaparkan rencana-rencana besar lainnya. Jordan berkata pada sang agen bahwa ia setuju untuk menjalin kerja sama dengan Nike.
Kontrak 500 ribu dollar AS per tahun dibayarkan tunai oleh Nike untuk durasi kontrak lima tahun. Artinya, Nike langsung memberi Jordan 2,5 juta dollar AS atau nyaris seluruh jumlah biaya pemasaran mereka. Jumlah yang fantastis saat itu, terlebih bagi seorang pemain yang baru akan menjalani debutnya.
Hal tersebut makin terasa fenomenal mengingat Nike saat itu tengah mengalami kerugian. Dalam laporan keuangan mereka pada tahun 1984, mereka dinyatakan merugi untuk pertama kalinya sejak pertama kali berdiri.
Saat mereka tengah merugi, mereka justru berani melakukan perjudian besar. Mengeluarkan uang sebesar 2,5 juta dollar AS tentu bukan sebuah perkara mudah.
Namun kini, Nike bisa tersenyum. Karena investasi sebesar 500 ribu dollar AS per tahun di awal karir Jordan menjadi sangatlah kecil dibandingkan raupan dollar AS yang mereka peroleh selama ini bersama Jordan dan Air Jordan.
(ptr/ptr)