Jakarta, CNN Indonesia -- "Sprechen Sie Deutsch?"
Ungkapan tanya dalam bahasa Jerman yang berarti 'Apakah Anda bisa berbahasa Jerman' itu sempat terlontar dari mulut legenda bulutangkis Indonesia, Tan Joe Hok, dalam wawancara bersama
CNN Indonesia, Kamis (26/2).
Dari situ terungkaplah bagaimana sang legenda bulutangkis ternyata tak hanya fasih berbahasa Inggris, namun juga menguasai setidaknya lima bahasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak bisa diam," ujar Tan Joe Hok melanjutkan. "Saya belajar terus."
"Belanda saya gak lancar tapi mengerti, Jerman mengerti tapi ga lancar, tapi Spanyol, Mandarin dan Inggris lancar."
Meski fasih berbicara dalam bahasa asing, pebulutangkis asal Bandung ini mengaku dirinya juga masih fasih berbicara bahasa Sunda.
"Sunda ya karena saya orang Sunda," ujar peraih gelar All England pertama dari Indonesia tersebut. "Ya kacang jangan lupa sama kulitnya lah."
"Ketika ditanya orang-orang juga saya orang apa, saya juga selalu menjawab saya orang Indonesia."
"Saya otaknya tidak pernah tidak jalan, jadi selalu dipake terus," ujar Tan Joe Hok menambahkan. "Tapi kadang itu tidak bagus karena saya istirahatnya jadi kurang."
Menjadi atlet bulutangkis yang berhasil mengharumkan nama bangsa di turnamen internasional, Tan Joe Hok memang tidak melupakan betapa pentingnya pendidikan.
Bahkan, secara mengejutkan Tan Joe Hok pernah memutuskan menggantung raket dan melanjutkan pendidikannya. Tak tanggung-tanggung, keputusan itu diambil pada usia yang tergolong belia untuk seorang atlet, 21 tahun.
Ia meninggalkan tanah air untuk kuliah di Universitas Baylor, Texas, dengan jurusan studi Kimia dan Biologi, pada 1959.
Telisik punya telisik, pemikiran Tan Joe Hok terinspirasi getirnya kehidupan seorang atlet bulu tangkis ternama asal Malaya (Malaysia dan Singapaura) yang juga sahabatnya, Ismail Marjan. Sang sahabat memintanya terus berusaha yang terbaik agar kehidupan Tan Joe Hok tak seperti dirinya.
Meski sebagai pebulutangkis andal di negerinya, Ismail Marjan ternyata tetap harus bersusah payah menjadi Satpam kala malam tiba. Kehidupan Ismail pun tak seperti layaknya atlet ternama.
Sejak mengetahui hal itu, Tan Joe Hok menemui pihak gereja dan menyatakan keinginannya melanjutkan kuliah. Ia lantas memperoleh beasiswa dan hijrah untuk menuntut ilmu ke Negeri Paman Sam.
Ia sangat menyadari bahwa tak bisa selamanya menjadi seorang atlet, karena faktor fisik yang menjadi nyawa seorang atlet memang tak mungkin abadi.
"(Karier) Bulutangkis itu kan hanya tahan beberapa tahun saja, setelah itu kamu mau menjadi apa?" ujar Tan Joe Hok.
"Saya mengalami sendiri, jadi saya bisa ngajarin. Bahkan sampai ke anak saya, saya memberikan pilihan. Kamu tinggal pilih saja lah, kita nabung sedikit-sedikit agar kamu nanti pilih sekolah di sini atau di luar."
Memprioritaskan pendidikan sendiri jadi prinsip yang terus dipegang Tan Joe Hok bahkan hingga saat ini. Ia tak pernah kehilangan semangat untuk belajar, bahkan dari yang terkecil yaitu menggunakan tablet miliknya untuk membaca berita dan mengikuti perkembangan dunia.
"Saya selalu bilang kepada anak saya, nomor satu itu pendidikan," ujar Tan Joe Hok tegas.
Pentingnya FokusMenurut atlet yang pertama kali meraih medali emas di ajang Asian Games ini, para atlet bulutangkis dan juga olahraga lainnya juga harus mempersiapkan masa depan mereka.
"Mereka harus hemat, harus ingat saat nanti tidak lagi menjadi jagoan, tidak ada sumber penghasilan," ujar Tan Joe Hok melanjutkan.
"Saat ini jangan hanya bersenang-senang saja, berapa banyak yang masa bermainnya telah berakhir hidupnya sengsara?"
Selain itu Tan Joe Hok juga berharap para pebulutangkis Indonesia saat ini, selain tetap mementingkan pendidikan, juga selalu fokus saat pertandingan berlangsung.
"Dari awal itu jangan lengah, fokus," ujar peraih gelar All England pertama bagi Indonesia tersebut. "Karena kamu membuat sedikit kesalahan saja, kamu akan kehilangan angka."
Setelah menggantung raket, Tan Joe Hok kini hidup tenang di kediamannya yang berada di daerah Pancoran. Legenda bulutangkis Indonesia ini juga seringkali memberi makan burung-burung liar yang terkadang menyambangi rumahnya di sore hari.