Perempuan dan Formula 1

M. Arby Rahmat | CNN Indonesia
Sabtu, 14 Mar 2015 14:43 WIB
Sejarah mencatat pebalap perempuan sudah turut andil dalam ajang balap jet darat tersebut sejak 1958. Bagaimana kisahnya kini?
Monisha Kaltenborn berada di tengah para pemimpin tim Formula 1 lainnya, seperti Toto Wolff dari Mercedes. (REUTERS/Mark Dadswell)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski masih minim, pebalap wanita di Formula One (F1) tetap memiliki cerita tersendiri. Sejarah mencatat pebalap wanita sudah turut andil dalam ajang balap jet darat tersebut sejak 1958.

Adalah Maria Teresa de Filippis yang mencatatkan sejarah sebagai pebalap wanita pertama di F1. Filippis lahir di Naples, Italia, pada 11 November 1926. Di usianya ke-22, Filippis mulai terjun ke dunia balap.

Aksinya dalam sebuah kejuaraan balap mobil Italia dan berakhir di urutan kedua pada musim 1954, membuat Maserati tertarik terhadap potensi yang dimiliki Filippis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bersama tim Maserati dan mengendarai Behra-Porsche, debutnya dimulai pada 18 Mei 1958 di GP Monaco. Filippis berpartisipasi dalam lima seri Grand Prix, meski tidak mencetak poin dalam kejuaraan.

Kehadirannya menjadi inspirasi empat pebalap wanita lainnya untuk memasuki ajang F1: Maria Grazia Lombardi (1974ñ1976), Divina Maria Galica (1976ñ1978), Desire Randall Wilson (1980), dan Giovanna Amati (1992).

Belakang Layar

Sudah lebih dari dua dekade tahun sejak F1 kali terakhir memiliki pebalap wanita (Amati, 1992). Namun, kaum wanita tetap memiliki peran penting dalam sejarah F1, terutama di belakang layar.

Pelan-pelan tanpa disadari, mereka yang gemar terhadap dunia balap tersebut muncul kembali dan turut andil dalam kegiatan bisnis, operasi, maupun teknis di dalam tim F1.

Bos Sauber, Monisha Kaltenborn, adalah tim prinsipal wanita pertama dalam sejarah F1. Kaltenborn juga memiliki 33 persen saham Sauber dan menjadi CEO tim pada 2000.

Kaltenborn mengatakan, meski F1 terkesan maskulin, namun kehadiran wanita akan menghasilkan keuntungan tersendiri.

"Saya berharap ada banyak perempuan yang akan masuk dan yang terpenting adalah memberi mereka kesempatan. Perempuan punya pendidikan, kepercayaan diri dan kompetensi, yang mereka butuhkan hanya kesempatan," ujar Kaltenborn seperti dilansir BBC Sport.

Direktur McLaren, Martin Whitmarsh, mengatakan, saat ini komposisi perempuan di timnya tidak lebih dari 2 persen. "Seorang mekanik cenderung jantan. Mekanik motor lebih jantan, apalagi mobil balap," ucapnya.

Menanti kesempatan

Musim ini, ada dua pebalap perempuan yang akan meramaikan F1 2015: Susie Wolff (Williams) dan Carmen Jorda (Lotus).

Williams memastikan Susie akan mendapatkan jam terbang yang lebih banyak sepanjang tahun 2015. Awal musim ini pebalap 32 tahun tersebut ditunjuk sebagai test driver Williams.

Musim lalu, istri direktur eksekutif Mercedes, Toto Wolff, tampil di dua latihan bebas F1 2014, di GP Inggris dan Jerman. Musim ini, Susie sudah mencoba mobil FW37 di tes pramusim di Barcelona.

"Fokus kami tahun ini adalah meneruskan sukses dari 2014. Saya berlatih keras sepanjang musim dingin dan saya secara fisik berada di bentuk terbaik. Jadi saya siap menjalani musim 2015," ujar Susie kepada Sky Sports.

Wolff menjadi perempuan pertama sejak Giovanna Amati pada 1992 ikut serta dalam seri F1 ketika tampil di sesi latihan bebas GP Inggris, meski hasilnya hanya bertahan empat lap karena kegagalan mesin.

Sama dengan Susie, Jorda yang merupakan pebalap perempuan asal Spanyol, sedang hangat diperbincangkan. Lotus mempercayainya sebagai development driver yang merupakan program mengembangkan kemampuan para pebalap muda.

"Rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Saya sudah balapan sejak 10 tahun, jadi ini adalah mimpi saya untuk mengendarai mobil F1," ucap Jorda.

Pebalap 26 tahun itu tahu kesempatan yang didapatnya merupakan awal dari banyak tantangan yang telah menunggunya.

Tidak bisa dipungkiri, kesempatan pebalap perempuan di ajang F1 masih kalah dari sejumlah seri balap mobil lainnya. Seperti Danica Patrick di NASCAR, Liz Halliday di American Le Mans, dan Katherine Legge di IndyCar.

Mantan pebalap McLaren, Heikki Kovalainen, mengungkapkan pandangannya mengenai minimnya pebalap perempuan di ajang F1. Kovalainen mengatakan, perempuan tidak cukup kuat mengendarai mobil F1.

"Anda harus latihan untuk menjaga kondisi Anda berada di puncak," ujar Kovalainen.

Sementara, bos McLaren, Martin Whitmarsh, tidak yakin akan ada wanita yang mau membuat leher mereka serasa hanya 22 inchi.

"Bayangkan berat di kepala Anda, ditambah sebuah helm, dikali lima," ucapnya. (har/vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER