Jakarta, CNN Indonesia -- Kebangkrutan Parma FC jelas membuat banyak pecinta Serie A terhenyak. Maklum, Parma sempat hadir dalam persaingan papan atas Serie A pada dekade 90-an, saat Liga Italia disebut Liga terbaik di dunia.
Dengan demikian, maka jelas Parma saat itu adalah salah satu klub elit, bukan hanya di tataran kompetisi domestik, melainkan juga di Eropa dan dunia.
Pada dekade 90-an, di kancah domestik Parma memenangi Piala Italia 1991/1992, 1998/1999, serta Piala Super Italia pada 1999. Mereka pun pernah menjadi runner up Serie A di musim 1996/1997.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu di Eropa, Parma pun mampu berbicara banyak dengan dua kali mengangkat trofi Piala UEFA pada 1994/1995 dan 1998/1999, serta satu kali Piala Winners pada musim 1992/1993. Kemenangan di Piala Winners itu pun berlanjut dengan keberhasilan menjuarai Piala Super Eropa 1993.
Banyak bintang-bintang legendaris yang pernah berkostum Biru-Kuning dan berikut CNN Indonesia akan menampilkan 11 pemain terbaik yang pernah berkostum Parma pada era 90-an.
Formasi yang akan digunakan untuk tim impian ini adalah 4-3-3.
Kiper : Gianluigi BuffonGianluigi Buffon adalah produk asli Parma. Ia adalah salah satu kunci sukses Parma di dekade 1990-an. Sejak usia 18 tahun Buffon sudah secara reguler menjadi kiper nomor satu di Parma.
Berkat performa gemilang di Parma inilah Buffon juga sudah mendapatkan kesempatan membela tim nasional di usia 18 tahun.
Sejak usia muda Buffon sudah disebut-sebut sebagai kiper masa depan Italia dan hal itu akhirnya terbukti. Buffon benar-benar tidak tergantikan dan jadi salah satu pemain besar di sejarah sepak bola Italia.
Bersama Parma, Buffon memenangkan Piala UEFA, Piala Italia, dan Piala Super Italia.
Bek : Lilian Thuram, Fabio Cannavaro, Nestor Sensini, Antonio BennarivoInilah empat bek terbaik yang pernah dimiliki oleh Parma di dekade 1990-an.
Thuram adalah bek kanan yang tangguh. Mobilitasnya di sisi kanan benar-benar mengundang decak kagum banyak orang. Stamina yang prima membuat bek asal Prancis ini mampu turun-naik sepanjang pertandingan.
Cannavaro adalah ikon muda Parma. Saat Lazio identik dengan Alessandro Nesta, AS Roma identik dengan Francesco Totti, maka Parma identik dengan Cannavaro.
Meski bertubuh kecil, kemampuan membaca serangan yang dimiliki Cannavaro sudah sering disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik yang pernah ada di dunia.
Sensini juga masuk sebagai salah satu pemain yang patut dikenang. Ia adalah pemain yang sering dianggap sebagai senior oleh rekan-rekan setimnya. Kepemimpinannya membuat skuat Parma yang juga diisi banyak pemain muda saat itu terlihat seimbang.
Bennarivo juga identik dengan Parma karena ia menghabiskan 13 musim di tim tersebut. Bennarivo memiliki kemampuan untuk bermain di dua sisi lini pertahanan dan juga masuk dalam bek yang aktif membantu serangan
Gelandang Bertahan : Dino BaggioDino Baggio menghabiskan enam musim bersama Parma dan merupakan salah satu gelandang bertahan terbaik yang dimiliki Italia saat itu.
Dengan postur yang besar, Dino Baggio mampu membuat gentar tim lawan karena ia sangat kuat dalam duel udara namun juga cukup cepat untuk melakukan cegatan dengan tackle.
Salah satu momen istimewa Dino Baggio bersama Parma adalah saat ia mencetak gol pada dua leg final Piala UEFA 1994/1995 dimana Parma sukses menjadi juara dengan mengalahkan Juventus.
Gelandang Serang : Tomas Brolin, Gianfranco ZolaBrolin adalah salah satu kunci sukses awal di awal era 90-an. Pemain asal Swedia ini menjadi salah satu pemegang peranan vital saat Parma memenangi Piala Italia, Piala Winners, dan Piala Super Eropa.
Kreativitas Brolin di lini tengah Parma membuatnya menjadi salah satu gelandang elit di Serie A ketika itu. Nama Brolin pun makin lekat dengan Parma karena begitu ia hengkang dari Parma namanya langsung turun dan meredup.
Zola memang hanya bermain tiga musim di Parma namun ia juga meninggalkan kesan manis bagi para pendukung Parma. Saat Zola hijrah dari Napoli ke Parma, Zola ketika itu adalah salah satu pemain top yang diburu oleh banyak klub besar.
Gelar Piala UEFA 1994/1995 dan Piala Super Eropa 1993 adalah persembahan terbaik Zola bagi Parma. Di musim 1994/1995, Zola mencetak 19 gol namun sayangnya hal itu hanya mampu membawa Parma finis di posisi kedua di akhir musim.
Penyerang : Enrico Chiesa, Faustino Asprilla, Hernan CrespoDuet Enrico Chiesa-Hernan Crespo adalah salah satu duet yang paling dikenang di Serie A pada era 90-an selain duet Alessandro Del Piero-Filippo Inzaghi milik Juventus atau Christian Vieri-Marcelo Salas milik Lazio.
Chiesa dan Crespo adalah mesin gol produktif bagi Parma. Chiesa merupakan partner paling klop bagi Crespo sehingga pemain Argentina itu menjelma menjadi salah satu bomber maut di dunia.
Crespo bahkan menjadi pemain termahal di dunia saat Parma menjualnya ke Lazio,
Satu tempat lagi di lini depan menjadi milik Faustino Asprilla. Sebelum era Chiesa-Crespo, Asprilla adalah ujung tombak Parma.
Pemain asal Kolombia itu terkenal eksplosif di depan gawang dan selebrasi koprol dan salto miliknya merupakan salah satu trade mark yang terus membekas di benak pecinta Serie A.
Asprilla adalah salah satu tulang punggung Parma di paruh pertama dekade 90-an, bersama pemain macam Zola dan Brolin yang sukses mengangkat Parma berjaya di domestik dan juga tanah Eropa lewat gelar Piala Winners, Piala UEFA, dan Piala Super Eropa.
Cadangan :Untuk pemain cadangan, Parma dekade 1990-an masih memiliki sejumlah nama tenar seperti Sebastian Frey, Luigi Apolloni, Massimo Crippa, Diego Fuser, Juan Sebastian Veron, dan Marco Di Vaio.
(ptr/ptr)