Palembang, CNN Indonesia -- "Belu!!!" teriak Julio Bria, 27, ketika melihat Denny Hitarihun yang menantinya di lorong ke ruang ganti petinju dalam kejuaraan tinju amatir Internasional, Piala Presiden 2015, Palembang, Sabtu (25/4) malam WIB.
Kedua pria itu lantas berpelukan bahagia. Suara
jepretan dan kilat lampu kamera dari kanan-kiri pun menemani aksi mereka.
Julio Bria baru saja memenangkan pertarungan final kelas 52 kg melawan petinju asal Vietnam, Bui Trang Thai. Kemenangan yang diperoleh petinju pelatnas itu menjadi puncak bagi tim Indonesia karena itu adalah partai terakhir dalam malam final Piala Presiden ke-22 tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah 20 tahunan kita menanti medali emas dari Piala Presiden," kata Ketua Umum PP Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Reza Ali pada malam itu kepada
CNN Indonesia.Julio Bria yang masuk dalam tim utama Indonesia di Piala Presiden itu adalah peraih medali perak dalam Sea Games terakhir. Ia akan kembali menjadi andalan Indonesia dalam Sea Games mendatang di Singapura.
Julio Bria adalah petinju asal Belu, Nusa Tenggara Timur, sementara pria yang ia tunjuk sambil berteriak 'Belu' dan dipeluknya itu, Denny, adalah senior sekaligus kawannya dari dunia tinju amatir di NTT.
Kebetulan pula keduanya pernah bersama dalam tim tinju Sea Games 2011 di kota yang sama, Palembang.
Denny, 35, merupakan salah satu pelatih tim Indonesia-C atau unggulan ketiga dari tim nasional dalam ajang Piala Presiden. Ia merupakan seorang pegawai negeri sipil di lingkungan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) di Kupang, NTT.
Anak latihnya di tim Indonesia C, Mario Kali, telah lebih dulu memenangkan medali emas dari kelas 49 kg. Keberhasilan Mario mengalahkan petinju asal Malaysia Muhammad Fuad Ridzuan itu pun menjadi pemecah telor penantian medali emas tim Indonesia di Piala Presiden.
"Kemenangan itu (Mario) untuk Indonesia, terutama untuk masyarakat NTT," kata Denny singkat tentang kemenangan Mario sembari menyaksikan pertarungan Julio Bria versus Thai.
 etinju putra Indonesia Julio Bria melakukan pendinginan usai laga final kejuaraan amatir Piala Presiden, Palembang, 25 April 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Mario, seorang pemuda berusia 19 tahun yang baru mengikuti ujian nasional itu adalah putra dari Atambua, NTT. Keberhasilannya menembus partai puncak dan menjuarainya dinilai mengejutkan. Pasalnya Mario adalah petinju nonpelatnas yang masuk dalam tim Indonesia-C. Mario juga hanya memiliki waktu persiapan singkat sebelum mengikuti Piala Presiden. (Baca Juga:
Kisah Mario, Petinju Atambua yang Bikin Indonesia Bangga)
Namun, keberhasilan Mario itu belum menempatkan dirinya ke dalam jejeran atlet pelatnas.
Seperti yang diungkapkan pelatih pelatnas yang menjadi tim Indonesia-A, Adi Swandana, komposisi petinju putra untuk pelatnas Sea Games sudah ditetapkan. Sementara yang putri diperkirakan akan ada perubahan tergantung hasil evaluasi.
"Tetapi itu tidak ditentukan dari Piala Presiden ini saja," ujar Adi di ruang ganti petinju pada malam final Piala Presiden di Palembang Sport and Convention Center, Sabtu (25/4) malam WIB. "Susunan pelatnas merupakan hasil evaluasi berbulan-bulan. Bukan ini saja. Tentang siapa-siapa (yang terpilih) itu rahasia. Biarkan saja anak-anak berlatih maksimal."
Hal itu tak menciutkan hati Mario. Usianya masih muda dan sedang menunggu hasil UN pada 15 Mei nanti. Ia pun berhasrat melanjutkan pendidikan lebih tinggi sesuai minatnya di SMKN I Atambua, yakni teknologi informasi.
Keberhasilan Julio Bria dan Mario Kali pun disambut bahagia oleh rekannya yang bertarung di kelas 64 kg, Vinky Montolalu. Sayang Vinky kalah di partai final melawan petinju asal Mongolia, Chin Zorig.
"Yah enggak apa-apa (dapat) perak juga, Ayo kita berpose dulu," ajak Vinky kepada Julio dan Mario untuk memamerkan medali mereka kepada para wartawan foto yang menanti momen itu.
Vinky pun berjanji kekurangannya dalam laga Piala Presiden itu akan menjadi evaluasi tersendiri sebagai ajang persiapan jelang Sea Games mendatang.
(vws)