Jakarta, CNN Indonesia -- Suporter Persebaya 1927 atau yang akrab dipanggil bonek (bondo nekat) menyatakan bahwa mengambil jalan rekonsiliasi hanya akan mengulangi praktek masa lalu yang terjadi di sepak bola Indonesia.
"Pada prinsipnya, menerima rekonsiliasi sama saja dengan melakukan yang selama ini terjadi di sepak bola Indonesia, seperti pinjam meminjam SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) atau penyatuan klub seperti yang terjadi saat ini antara PBR dan Persipasi," kata presidium bonek Andy Kristiantono yang akrab dipanggil Andie Peci ketika dihubungi CNN Indonesia pada Rabu (29/4).
"Itu bukan sepak bola bersih," tegas Andie. (Baca Juga:
Bonek Tolak Rekonsiliasi dengan 'Persikubar')
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya beredar kabar bahwa akan terjadi proses mediasi antara Persebaya 1927 dan Persebaya Surabaya.
Ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia, Noor Aman, kepada
CNN Indonesia mengatakan bahwa BOPI memang membuka ruang jika klub-klub yang sedang berselisih karena masalah dualisme dan legalitas itu ingin mengambil jalan tengah dengan berkompromi.
Sementara Komisaris Utama PT Persebaya Indonesia, Saleh Ismail Mukadar, mengatakan bahwa hingga saat ini belum terjadi proses mediasi dan gugatan yang dilayangkan PT Persebaya Indonesia kepada PT Mitra Muda Inti Berlian (perusahaan yang menaungi Persebaya Surabaya) akan terus berlangsung.
Baca Juga:
Saleh Mukadar Bantah Persebaya Sedang RekonsiliasiAndie menuturkan, bonek telah menyatakan sikap mereka yang tak mau berkompromi, baik kepada BOPI mau pun pengurus klub Persebaya 1927.
"Kami sudah menghubungi Heru (Nugroho, Sekjen BOPI), Pak Saleh Mukadar (Komisaris Utama PT Persebaya Indonesia), dan juga Pak Cholid (Goromah, Direktur PT Persebaya Indonesia) untuk memastikan posisi kami."
Menurut Andie, ia memahami posisi BOPI yang coba membuka jalan mediasi. Namun, ia kembali mengingatkan untuk tidak salah mengartikan keinginan suporter Persebaya 1927.
"Kami tidak sedang merengek-rengek untuk bermain di ISL. Yang kami butuhkan hanyalah pengakuan terhadap klub kami. Bahkan jika kami bermain di liga paling bawah di Liga Nusantara pun kami sanggup."
"Akui saja Persebaya (1927)," kata Andie. "Atau biarkan saja dua klub berjalan."
Karena Persebaya 1927 yang tidak diakui, selama beberapa tahun terakhir bonek mengambil sikap untuk tidak mengakui Persebaya Surabaya, salah satunya dengan tidak menghadiri pertandingan Liga Super Indonesia.
Andie kemudian bertutur bahwa tuntutan bonek tidak berhenti sampai pada pengakuan Persebaya 1927, namun juga mendesak adanya RUPS Persebaya 1927 agar kepemilikan dikembalikan kepada klub-klub internal Persebaya.
"Selain itu kami juga mengagas partisipasi suporter dalam bentuk kepemilikan saham. Sebagai contohnya adalah koperasi suporter."
"Dengan cara ini, suporter pun akan bertanggung jawab kepada klub, misalnya saja ketika terjadi kerusuhan. Selama ini yang menanggung
kan klub. Tapi jika suporter memiliki saham, maka secara hukum juga akan bertanggung jawab," kata Andie.
(vws)