Jakarta, CNN Indonesia -- Menanggapi pertarungan abad ini antara Floyd Mayweather dan Manny Pacquiao, petinju berdarah Meksiko-Amerika Oscar de La Hoya mengatakan bahwa hatinya mendukung Pacquiao namun otaknya mengatakan Mayweather.
Hal ini bukan suatu keanehan. Banyak pecinta tinju yang mendukung The People's Champ Pacquiao karena keberaniannya dalam bertarung secara agresif, namun menyadari bahwa Mayweather adalah petinju yang sulit untuk dikalahkan.
Dalam khasanah tinju, Mayweather sendiri bisa dikategorikan sebagai
boxer ketimbang
fighter. Ia
bukan seorang yang ganas, bukan senang menghabisi lawannya hingga tak bersisa, namun ia lebih cepat, lebih pintar, dan lebih pandai menghitung tinggi dan jangkauan lawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mayweather selalu dalam kondisi seimbang dan selalu mengendalikan situasi. Tak pernah berhenti bergerak, ia merunduk dan menunduk, lalu bergerak ke kanan ke kiri.
Sekilas, tak ada celah bagi PacMan untuk mengalahkan Mayweather. Apalagi sang petinju Filipina juga sudah tidak berada puncak penampilan. Ia bukan lagi mesin petarung yang membuat de La Hoya pensiun dan membuat Ricky Hatton tak bersisa. (Baca Juga:
Pacquiao Pemilik Tangan Kiri Mematikan)
Namun, sebagaimana diungkap oleh pelatih Pacquiao, Freddie Roach, ada satu kelemahan Mayweather yaitu kakinya tak secepat dulu. Dengan usianya yang sudah mencapai 38 tahun, Mayweather memang tak mungkin lagi bertarung seperti dulu menghabiskan ronde demi ronde berlari ke setiap sudut ring.
Karenanya, Roach telah menyiapkan fisik Pacquiao sebaik mungkin untuk menyerang dengan cepat, terutama di ronde-ronde awal.
Tipe
fighter agresif seperti Pacquiao pun terbukti pernah menyulitkan Mayweather. Misalnya saja yang pernah terjadi ketika Mayweather bertemu dengan Zab Judah atau Shane Mosley. Apalagi Pacquiao adalah
fighter terbaik yang akan ditemui Mayweather.
Hal lain yang akan menguntungkan Pacquiao adalah kondisi mentalnya. Dalam sesi jumpa media, PacMan sendiri terlihat sangat santai dan bahkan membuat Mayweather tertawa.
Sementara itu, satu hal lain yang akan menambah nilai positif bagi Pacquiao adalah hakim Las Vegas punya rekam jejak memihak petinju yang sering melontarkan pukulan, meski tidak mendarat di tubuh lawan.
Seperti dilansir
The Guardian, misalnya saja ketika Pacquiao bertarung dengan Timothy Bradley untuk pertama kali. Pacquiao mampu mencatatkan 253 pukulan tepat sasaran dari total 751 (34 persen), namun Bradley yang membuat 839 pukulan membuat juri terkesan meski hanya 159 -nya yang mendarat sempurna.
Hal-hal di atas memang tidak menjamin kemenangan untuk Pacquiao, namun setidaknya mengalahkan Mayweather terlihat bukan suatu kemustahilan.
(vws)