Liverpool, CNN Indonesia --
Tulisan berikut adalah bagian pertama dari seri tentang gelandang Brasil yang bermain untuk Liverpool, Philippe Coutinho, yang disadur dari artikel asli di CNN dengan judul Philippe Coutinho: The Secret life of 'O Mágico'***
Philippe Coutinho dengan sabar telah menunggu, dan tiba juga masa final. Manajer Liverpool Brendan Rodgers mengeluarkan sebuah surat di dalam ruang ganti pada 13 April tahun lalu--jelang melawan Manchester City --ia membacakan kata-kata yang ditulis ibu dari gelandang asal Brasil tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Membacakan surat dari salah satu ibu pemain adalah komunikasi terakhir yang para pemain Liverpool dengar sebelum merumput di Stadion Anfield, sebuah pendekatan yang tak konvensional, namun salah satu yang menginspirasi dan secara tak terduga telah memukau di jalannya Liga Inggris.
"Saya saat itu sangat gelisah untuk mendengar itulah giliran saya, ketika manajer membacakan surat dari mama saya," kenang Coutinho kepada
CNN Sport.
"Saya telah menunggu dan menunggu untuk itu. Manajer telah berbicara kepada para ibu setiap pemain di tim ini, mereka telah membacakan setiap pesan sebelum pertandingan selama berbulan-bulan dan akhirnya giliran (surat dari ibu) saya datang."
Saat mengenang kembali kisah pada laga tahun lalu tersebut, di luar sedang mendung, sebuah sore yang muram di fasilitas latihan Liverpool, Melwood. Langit berawan dan juga gelap, membasahi mereka yang berada di bawahnya dengan air hujan yang semakin deras.
Di sebuah kamar di tingkat atas komplek tersebut, Coutinho menyaksikan hujan yang jatuh dan dia menceritakan kenangannya dengan berbeda---penuh emosi.
"Semula, saya tidak tahu bahwa manajer akan membacakan surat darinya (Ibu Coutinho), kemudian dia menyebut namanya dan saya sungguh gelisah," ujar Coutinho menyambung. "Dia mengatakan dia mencintai saya, bangga kepada syaa, dan selalu bersama saya dan merindukan saya."
"Ada lagi, tetapi hanya kata-kata itu saya yang saya butuhkan untuk didengar. Ini telah mengisi (semangat) saya. Para pemain lain juga tersentuh karena setiap pekan, tak peduli ibu siapa akan datang dengan pesan ini, kami semua terinspirasi dan emosional."
"Kami menjadi sangat kuat, terpacu oleh kata-kata dan itu mendorong kami sangat," tukas pria yang kini berusia 22 tahun tersebut.
Saat laga melawan Manchester City pada April tahun lalu itu, Coutinho berhasil mencetak gol kemenangan dari sudut sempit. Liverpool berjaya dengan skor 3-2, dan Steven Gerrard--sang kapten--berteriak emosional hingga menangis terharu.
Sayang, ketika optimisme untuk juara mengembang usai laga tersebut, Liverpool justru terpleset di dua pertandingan selanjutnya dan gagal merebut titel juara untuk pertama kalinya sejak 1989/1990.
(kid/kid)