Shanghai, CNN Indonesia -- Liu Xiang membuat para penggemarnya di Stadion Shanghai menangis pada Minggu (17/5) seusai salah satu atlet terbaik Tiongkok sepanjang masa itu mengucapkan selamat tinggal pada karier gemilangnya.
"Saya merasa terhormat bisa menjadi seorang atlet," kata Liu kepada para penggemarnya dengan bibir bergetar karena emosi. "Saya sangat senang karena hari ini saya mendapatkan kesempatan mengucapan selamat tinggal."
"Saya terharu melihat perhatian, pengertian, dan juga dorongan dari Anda semua. Saya sangat bersyukur dan juga merasa sangat terhormat," ucap pelari halang rintang tersebut pada acara penutupan Diamond League -- acara tahunan yang digelar Federasi Asosiasi Atletik Dunia-- yang juga digunakan untuk mengingat dan merayakan karier Liu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan lawan-lawan Liu juga memenuhi stadion untuk terlibat dalam acara tribut untuk Liu dan menemaninya mengelilingi lapangan untuk memberikan salut kepada penonton. Bagaimana pun juga, pencapaian Liu sebagai atlet memang mengagumkan dan jarang bisa dicapai -- seorang juara dunia, pemenang medali emas Olimpiade, dan juga pemecah rekor dunia.
Liu yang beberapa waktu terakhir menderita cedera akhirnya melepas harapan bisa kembali berlomba pada usia 31 tahun. Namun, ia berencana untuk terlibat dalam membentuk masa depan atletik Tiongkok.
 Liu Xiang mengucapkan selamat tinggal kepada para penggemar. (Reuters/Aly Song) |
Pada Minggu (17/5) ia menyaksikan dua atlet wanita terbaik Tiongkok, yaitu atlet tolak peluru Gong Lijiao dan juga pelempar lembing Lu Huihui, mendapatkan gelar.
"Hari ini, saya memberikan dukungan untuk teman-teman (atlet Tiongkok), pada setiap langkah dan rintangan mereka," kata Liu. "Saya yakin bahwa kami akan memiliki atlet dengan pencapaian yang lebih luar biasa lagi."
Pada ajang Diamond League, juara dunia David Oliver telah memenangkan nomor halang rintang 110 meter dalam waktu 13,17 detik setelah melewati pertarungan mengagumkan dengan pelari Kuba, Orlando Ortega.
Meski demikian, Oliver tidak marah sorotan hari itu tertuju seluruhnya pada Liu.
"Menjadi bagian dari hal yang mengagumkan seperti pensiunnya Liu adalah suatu kehormatan bagi saya," katanya. "Sangat emosional melihatnya berada di pengujung karier. Hal sama juga terjadi pada dirinya. Saya melihat para penggemarnya menangis. Ia memiliki arti besar bagi penduduk Tiongkok."
Demikian juga bagi dunia atletik.
"Saya ingin membuktikan kepada dunia bahwa orang Asia bisa berlari dengan sangat cepat," kata Liu.
Ia mampu melakukannya. Rekor dunia 12,88 detik yang ia pecahkan di Lausanne sembilan tahun lalu hingga saat ini masih menjadi rekor ketiga tercepat di dunia.
(vws)