Alasan 28 Ribu Kilogram Stroberi Dihabiskan di Wimbledon

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Kamis, 18 Jun 2015 21:35 WIB
Grand slam Wimbledon bukan hanya identik dengan budaya tua Inggris namun juga beribu-ribu kilogram stroberi yang habis dikonsumsi setiap tahun.
Tumpukan gelas berisi stroberi dan mangkuk berisi cream yang dijajakan di area Wimbledon. (Getty Images/Julian Finney)
London, CNN Indonesia -- Baik hujan maupun terik matahri bisa menjadi pertanda musim panas di Inggris, namun turnamen Wimbledon tidak akan pernah sama tanpa stroberi dan krim.

Memang, stroberi telah memiliki tempat tersendiri di dunia tenis, sejak turnamen grand slam tertua dan paling terkenal itu dimulai pada 1877.

Bahkan, hingga saat ini, buah merah itu tetap menjadi bagian dari turnamen Wimbledon di abad ke-21, sehingga tidak heran sekitar 28 ribu kilogram stroberi disantap pada turnamen tersebut tiap tahunnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para penonton turnamen yang digelar di All England Club itu, selalu rutin mengunyah stroberi ketika mereka menyaksikan pertandingan, kebiasaan yang terus berlanjut dari dulu hingga sekarang.

Lantas mengapa stroberi? Tidak ada jawaban yang pasti, tetapi penjelasan yang paling memungkinkan adalah kombinasi berbagai situasi sederhana.

"Mungkin ada dua hal. Stroberi sedang dalam musimnya saat turnamen dimulai. Selain itu, di jaman Victorian, stroberi juga menjadi makanan populer," ujar ketua Hubungan Masyarakat All England Club, Johny Perkins.

"Stroberi merupakan bagian dari jamuan teh sore, yang menjadi sebuah ritual populer sekaligus juga salah satu akar Wimbledon."

Perkins juga merasa 10 buah stroberi yang disajikan dengan keranjang seharga 3,90 dolar AS (krim dan gula bersifat opsional) merupakan bagian dari budaya tua Inggris yang menjadi bagian dari Wimbledon.

Buah-buah tersebut dihasilkan di perkebunan di bagian selatan Kent dan dikirimkan ke ibukota Inggris, London, tempat turnamen Wimbledon berlangsung.

Namun proses ini sendiri menjadi sebuah operasi logistik yang besar, yang dimulai sebelum matahari bersinar, selama 13 hari turnamen berlangsung.

"Teknologi telah begitu maju di dunia yang terus berkembang, sehingga supplai (stroberi) akan terjamin meski dalam kondisi cuaca apapun," ujar Perkins menjelaskan.

"Stroberi kini dipetik di hari mereka disajikan. Mereka dikumpulkan sekitar pukul 4 pagi dan pada pukul 11 diinspeksi."

"Hal itu menunjukkan betapa cepatnya mereka dipetik untuk kemudian disajikan kepada para suporter," ujar Perkins melanjutkan.

All England Club sendiri kini tak hanya menarik perhatian turis saat turnamen Wimbledon berlangsung saja. Sepanjang tahun pun banyak turis yang mendatangi museum dan menikmati tur di lapangan tenis ternama dunia tersebut.

"Seringkali ketika orang memikirkan Wimbledon, hal yang mereka ingat adalah stroberi dan krim, serta segelas Pimm (sari buah beralkohol yang populer di Wimbledon selama lebih dari setengah abad)," ujar juru bicara museum.

"Orang-orang dari berbagai belahan dunia ingin mengetahui tradisi di sini, dan stroberi merupakan salah satu di antaranya."

Daya tarik Wimbledon --dan stroberinya-- juga ditunjukkan penulis asal Austria, Peter Bodo, lewat bukunya yang berjudul Courts of Babylon pada 1996 lalu.

"Orang-orang menyukai Wimbledon seperti orang menyukai celana jins biru ataupun pasangan hidup mereka," tulis Bodo dalam bukunya tersebut.

Namun jika Anda seorang petenis yang kebetulan berlaga di Wimbledon, mungkin Anda harus berkaca pada kisah GW Hillyard, enam kali juara Wimbledon, yang takluk di semifinal pada 1907.

Saat itu Hillyard menganggap dirinya takluk di semifinal setelah mengkonsumsi stroberi saat jeda hujan (yang rutin terjadi di Wimbledon).

Namun protes Hillyard itu tak berbuah apapun.

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER