Jakarta, CNN Indonesia -- Dana White, komisioner Ultimate Fighting Championship (UFC), mengatakan bahwa musim pertama The Ultimate Fighter (TUF) tayang di televisi adalah layaknya "kuda troya" yang menyusup ke balik benteng pertahanan lawan dan menghancurkan dari dalam.
Sebelumnya, pemilik UFC yaitu Lorenzo Fertitta dan Frank Fertitta memang sempat putus asa. Membeli kepemilikan UFC dari tangan Semaphore Entertainment Group (SEG) pada 2001 silam dengan merogoh kocek US$ 2 juta, mereka justru kehilangan US$ 40 juta pada empat tahun berikutnya.
Kala itu, Fertitta bersaudara membisniskan laga-laga UFC seperti pertarungan tinju biasa, yaitu dijual per pertandingan dengan sistem
pay-per-view. Mereka ingin mendapatkan uang hanya dengan memanfaatkan kontroversi UFC sebagai pertarungan kotor namun dengan peraturan lebih ketat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama tiga tahun pertama berada di tangan Fertitta bersaudara, UFC pun tak berkembang.
Pada 2004, mereka lalu menciptakan
reality show "The Ultimate Fighter" sebagai cara terakhir untuk menutup kerugian. Jika cara tersebut tidak berhasil, maka Lorenzo dan Frank sudah bersiap-siap menjual UFC.
Di tayangan musim pertama, karena merujuk konsep
reality show, UFC tidak terlalu fokus pada pertarungan dan lebih menunjukkan bagaimana para atlet melakukan serangkaian tantangan. Mereka dikumpulkan di satu pusat pelatihan di Las Vegas, Nevada, dan pemirsa bisa melihat bagaimana para petarung berlatih dan saling bersaing.
Ada 16 petarung yang dibagi ke dalam dua tim yang masing-masing akan dilatih oleh Chuck Liddell dan Randy Couture, dua legenda UFC pada satu dekade sebelumnya. Para peserta akan berebut menjadi juara dengan iming-iming hadiah kontrak UFC senilai enam digit.
Dengan konsep seperti itu, UFC mulai dikenal di Amerika Serikat. Namun, hingga jelang laga final, UFC tidak menimbulkan kehebohan yang membuat mata para penduduk Paman Sam terbelalak.
Pihak televisi pun tidak tertarik menawari Fertitta bersaudara perpanjangan kontrak untuk musim kedua.
Semua ini berubah di partai final antara Forrest Griffin melawan Stephan Bonnar. Hingga saat ini, laga final pada 9 April 2005 tersebut dikatakan sebagai laga yang mengubah takdir UFC dan menjadi pertarungan terbaik dalam sejarah UFC.
Kabar Pertarungan Tersebar LuasPada partai final itu, Griffin dan Bonnar memang memberikan seluruh kemampuan mereka. Meski dengan pelipis yang sobek dan darah mengucur di muka, kedua petarung tak mau berhenti untuk saling melayangkan kepalan tinju dan tendangan hingga ke batas terakhir.
Dengan cepat kabar tentang adanya pertarungan menarik itu tersebar luas. Pemirsa yang sedang menyaksikan laga itu menghubungi teman dan kerabatnya untuk mengatakan "hey, coba cek televisimu, ada dua orang yang berkelahi dengan hebat."
Jika semula hanya kurang dari 2 juta orang menyaksikan acara saat pra-laga, baku hantam antara Griffin dan Bonnar membuat jumlah tersebut melonjak menjadi 3,3 juta orang.
Penonton yang berada di dalam arena pun menambah riuh suasana dengan berdiri dan berteriak memberikan dukungan, karena mereka melihat baik Griffin dan Bonnar tak mau menyerah.
Di akhir laga, Griffin dinyatakan sebagai pemenang oleh juri. Namun, Fretitta bersaudara mengambil keputusan impulsif untuk juga memberikan kontrak hadiah kepada Bonnar karena pertarungan memang berjalan dengan sangat ketat.
Keputusan itu langsung diumumkan seketika, sesaat setelah Griffin dinyatakan menang. Para penonton yang memang bersimpati pada kedua petarung pun sontak ikut bersorak-sorai. Pertarungan dan drama tersebut itu lah yang membuat pemirsa televisi mendapatkan tontonan menarik yang baru.
Saat itulah Fretitta bersaudara paham bahwa garis takdir UFC sedang berubah, bahwa pertarungan antara Griffin dan Bonnar telah menjadi pintuk masuk bagi bela diri campuran menuju hati masyarakat Amerika.
Berkat laga itu pula UFC dengan mudah mendapatkan kontrak untuk musim kedua. Dalam waktu sepuluh tahun setelah pertarungan Griffin versus Bonnar, bisnis UFC juga telah benar-benar berubah. Dari semula dibeli oleh Fretitta bersaudara dengan nilai US$ 2 juta, kini telah bernilai US$ 3 miliar.
Semua hanya karena satu pertarungan.
(vws)