Perjalanan Panjang Leonel Mecci Menjadi Messi

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2015 20:16 WIB
Meski mendapatkan sanjungan dari seluruh dunia, seorang Lionel Messi justru kesulitan untuk diterima oleh rakyat Argentina sendiri.
Federasi Sepak Bola Argentina salah mengeja nama Lionel Messi dalam surat pemanggilan sang pemain ke tim nasiona. (REUTERS/Tyrone Siu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Panas dingin hubungan Lionel Messi dengan tim nasional Argentina telah terekam baik selama beberapa tahun terakhir. Meski menjadi salah satu pemain terbaik di dunia, Messi memang tak selalu diterima di tanah kelahirannya sendiri.  

Misalnya saja yang terjadi empat tahun lalu di pertandingan kedua fase grup Copa America 2011 yang diselenggarakan di Argentina.

Berhadapan dengan Kolombia dalam pertandingan krusial, para suporter Tim Tango lebih senang menaruh harapan pada pundak seorang Carlos Tevez ketimbang Messi. Padahal, kala itu Messi adalah pemain terbaik di dunia dan dua tahun sebelumnya membawa Barcelona meraih treble.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di stadion, lebih banyak pendukung Argentina yang mengenakan baju dengan nama "Tevez" di punggung ketimbang "Messi".

Ketika penyiar stadion membacakan nama-nama anggota tim sebelum pertandingan, ia memperkenalkan Messi sebagai "el mejor del mundo" atau "yang terbaik di dunia" yang kemudian disambut dengan tepuk tangan seadanya.

Namun, ketika ia membacakan nama Tevez sebagai "Y con la 11, el jugador del pueblo" atau "dan yang ke-11 adalah pemain dari kampung", suporter yang memadati stadion justru bergemuruh memberikan sambutan untuk Tevez.

Bahkan, ketika tim Argentina terlihat kesulitan memainkan Messi dan Tevez secara bersama-sama, bukan sekali dua kali para pendukung Tim Tango yang justru meminta Messi untuk dicadangkan.

Tidak Lahir di Argentina

Salah satu penyebab Messi sukar untuk diterima oleh negaranya sendiri adalah karena Messi dianggap "tidak lahir" dari sepak bola Argentina.

Messi meninggalkan kota kelahirannya, Rosario, pada usia 13 tahun karena ia harus mendapatkan pengobatan untuk masalah kekurangan hormon perkembangan tubuh. Barcelona menjadi satu-satunya klub yang sanggup membayar biaya pengobatan Messi yang kala itu mencapai US$ 900 dolar per bulan.

Tak seperti Diego Maradona, Carlos Tevez, Sergio Aguero, atau Juan Roman Riquelme yang memulai langkah mereka tepat di hadapan mata publik Argentina, Messi memang melakukannya nun jauh di Eropa.

Laga debut, gol pertama, kartu merah pertama, atau umpan sempurna pertama Messi tak pernah disaksikan langsung oleh Argentina. Tak pernah ada keterikatan antara sang pemain dan penonton lewat berbagai momen spesial. Publik Argentina seperti orang tua yang hak untuk menikmati momen-momen pertama dengan anak mereka direnggut oleh Barcelona.

Mereka hanya mendengar bahwa di Eropa sana ada seorang pemain asal Argentina yang permainannya dikatakan mirip Diego Maradona. Bahkan, pelatih tim nasional pun "melihat" bakat Messi pertama kali hanya melalui rekaman video.

Asingnya Messi bagi negaranya sendiri juga bahkan terlihat ketika Messi dipanggil oleh Federasi Sepak Bola Argentina ke tim nasional untuk pertama kali. Dalam surat pemanggilan, mereka justru menuliskan nama "Leonel Mecci" dan bukan "Lionel Messi".

Kondisi ini diperparah dengan Messi yang sering kesulitan untuk beradaptasi baik dengan rekan setimnya atau media. Pribadinya yang pendiam membuat Messi sukar untuk bersosialisasi dalam acara-acara di luar lapangan. Tak jarang Messi tak mengucapkan sepatah kata pun ketika tim sedang berkumpul.

Messi juga sering menerima tuduhan tak nasionalis, karena ia tak menyanyikan lagu kebangsaan dengan lantang. Apalagi prestasi Messi di timnas tak baik-baik amat. Debutnya berakhir dengan kartu merah, dan ia juga gagal menyarangkan gol di momen-momen penting.

Hal-hal inilah yang kemudian membuat Messi terkadang terlihat tak disukai di negaranya sendiri, meski mendapatkan sanjungan dari seluruh dunia.  

Sepuluh tahun berselang, tembok antara Messi dan Argentina kian terkikis. Perlahan Messi mulai membuktikan bahwa ia memang berjuang untuk negaranya. Di bawah tangan pelatih yang tepat seperti Alejandro Sabella, ia juga bisa mereplikasi permainan terbaiknya di Barcelona ke tim nasional.

Peran krusial Messi juga mulai terlihat ketika Argentina bisa menembus partai final Piala Dunia 2014. Selalui ada peran Messi di setiap kemenangan La Albiceleste.

Di Copa America 2015, Messi kini pun berdiri tegak menjadi seorang kapten yang siap mengakhiri puasa gelar Argentina selama 22 tahun terakhir. Ia membuka ruang untuk rekan-rekan setimnya, memberikan umpan matang, dan menjadi seorang pencipta.

Kini ia bukan lagi Leonel Mecci, pemain berbakat yang terasing dari rakyat Argentina. Pemain yang lahir tepat 28 tahun lalu itu kini telah menjadi Lionel Messi.

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER