Jakarta, CNN Indonesia -- Dualisme KONI-KOI menjadi salah satu penyebab lemahnya prestasi Indonesia dalam ajang SEA Games 2015.
Demikian pernyataan Ketua Satlak Prima, Suwarno, dalam evaluasi hasil SEA Games ke-28 tersebut di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI, Jakarta, Kamis (25/6).
Dalam pesta olahraga kawasan Asia Tenggara yang digelar di Singapura awal bulan ini, Indonesia hanya mendapat 47 medali emas. Pada SEA Games sebelumnya, 2013 silam, Indonesia meraih 65 medali emas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada dualisme di KONI-KOI," kata Suwarno, Kamis sore (25/6). "Dualisme ini menimbulkan adanya dualisme cabang olahraga yang bisa menyebabkan perpecahan atlet."
Atas dasar itu Suwarno pun menyarankan revisi UU Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional guna mengakhiri dualisme KONI dan KOI atau menjadikan dua lembaga itu kembali satu.
"Kebijakan yang dibuat pemerintah sudah lumayan, tinggal komitmennya saja. Dan juga semoga struktur birokrasi tidak panjang lagi. Ini untuk merah putih dan masukan untuk perbaikan kita semua," katanya.
Salah satu yang menjadi catatan penting dalam evaluasi SEA Games itu adalah pada masa persiapan terutama terkait penyediaan perlengkapan dan peralatan untuk berlatih dan bertanding.
Ia menyontohkan ada cabor yang perlengkapan pertandingannya datang lebih dulu dibandingkan perlengkapan latihan.
"Dukungan obat, bahan habis pakai, alat bantu (mengatasi) cedera, dan suplemen tidak tersedia selama program latihan. Evaluasi fisik ada beberapa yang tidak bagus fisiknya, beberapa cabor termasuk panahan fisiknya masih jelek," kata Suwarno.
Sementara perwakilan Tim Monitoring dan Evaluasi, Hari Setiono, salah satu evaluasinya menyorot kualitas atlet Indonesia dalam hal fisik dan tingkat kompetisi.
(kid/kid)